BAB IV
TASHRIF ISIM
- Jamid dan Musytaq
Isim ada dua macam, yaitu jamid dan musyataq.
Isim jamid adalah isim yang tidak diambil dari fi'il, seperti : حجرٍ وسَقفٍ ودرهمٍ, termasuk juga mashdar fi'il tsulatsi mujarrod yang bukan mimi, seperti عِلْمٍ وقراءةٍ.
Adapun mashdar tsulatsi mazid, ruba'i mujarrod dan mazid itu bukan termasuk isim jamid, karena ia dibangun atas fi'il madhi, ia adalah musytaq. Demikian pula mashdar mimi, ia termasuk musytaq dengan menambah mim di awalnya. Sebagaimana kamu tahu pada pembahasan mashdar pada juz pertama.
Isim musytaq adalah isim yang diambil dari fi'il, seperti : عالمٍ ومُتعلِّمٍ ومِنشارٍ ومُجتَمَعٍ ومستشفىً وصَعْبٍ وأدعجَ.
Yang termasuk kategori isim muystaq itu ada 10, yaitu sebagai berikut :
- Isim fa'il
- Isim maf'ul
- Sifat musybahat
- Mubalagho isim fa'il
- Isim tafdhil
- Isim zaman
- Isim makan
- Mashdar mimi
- Mashdar diatas tsulatsi mujarrod
- Isim alat
Isim itu ada yang mutamakkin (mu'rob) dan ada yang ghoir mutamakkin (mabni). Musytaq itu hanya ada yang mutamakkin, karena ia hanya mu'rob. Sedangkan jamid, ada yang mutamakkin dan ada yang ghoir mutamakkin, karena ada yang mu'rob dan mabni. Ghoir mutamakkin (isim mabni) tidak ada kaitan urusan dengan tashrif. Ada yang satu huruf, seperti ta dhomir, ada yang dua huruf, seperti هو – من ada yang tiga huruf seperti كيف – إذا, dan ada yang tiga huruf, seperti كيف dan ada yang lebih dari itu, seperti مهما – أيان sedangkan mutamakkin itu adalah pembahasan dalam tashrif
- Mujarrod dan Mazid
Pada asal ketetapannya, isim mutamakkin itu adalah mabni. Ada yang tiga huruf, seperti حجر, ada yang empat huuf, seperti جعفر, ada yang lima huruf seperti سفرجل ada yang lebih dari lima, seperti خندريس dan ada yang kurang dari tiga, seperti أب – يد – فم dan asalhnya adalah أبو – يدي – فوه
Dilihat dari segi hurufnya isim tersebut ada yang mujarrod, yaitu yang semua hurufnya asli seperti رجل – درهم – سفرجل dan ada yang mazid, mazid satu huruf, seperti حصان – قنديل mazid dua huruf, seperti حصباح – إحرنجام, mazid tiga huruf, seperti إنطلاق – إسبطرار dan mazid empat huruf, seperti إستغفار.
Mujarrod itu ada yang tiga, seperti ورق, ada yang empat, seperti سلهب dan ada yang lima seperti فرزدق, mazidnya itu ada yang asalnya tiga seperti سلاح, ada yang empat sseperti عصفور dan ada yang lima seperti قبعضري
Tambahan isim yang paling puncak adalah tujuh huruf, seprti إستغفار.
- Wazan-wazan Isim
Setia[ isim mutamakkin itu memiliki wazan yang diwazankan kepadanya.
Jika kamu hendak mewazankan isim kamu datangkan dengan huruf فعل yang disesuaikan dengan harokat dan sukunnya. Wazan فرس adalah فعل jika setelah tiga huruf tersisa satu huruf asli maka kamu ulangi lam pada فعل , seperti درهم adalah wazan فعل, dan jika tersisa dua huruf asli maka kamu ulang lam dua kali, سفرجل adalah wazan فعلل.
Jika pada isim ada tambahan maka engkau tambahkan pada wazannya. Maka فضاربٌ على وزنِ "فاعلٌ" ومضروبٌ على وزن "مفعولٌ" ومفتاحٌ على وزن "مِفعالٌ" وانطلاقٌ على وزن "انفِعالٌ"، واستغفارٌ على وزن "استفعالٌ". Kecuali jika tambahan itu pada huruf jenis isim, maka diulang pada mizan dengan yang sebanding dengan hurufnya. فَمُعظَمٌ على زون "مُفَعّلٌ"، بتكرار عينِ الميزان. ومُغْرَوْرِقٌ على وزن "مُفْعَوْعِلٌ"بتكرار عينِ الميزان، واسودادٌ على وزن "افعِلالٌ" بتكرار لام الميزان. Huruf tambahan tidak ditambahkan pada mizan, maka tidak diucapkan pada wazan معظم dengan wazan مفعظل pada wazan مغرورق dengan مفعورل dan pada wazan اسوداد dengan إفعلال.
Wazan-Wazan Isim Tsulatsi Mujarrod
Bagi tsulatsi mujarrod ada 10 wazan, yaitu sebagai berikut :
(1) فَعْلٌ، ويكونُ اسماً كشمسٍ، وصفةً كسَهْلٍ.
(2) فَعَلٌ، ويكونُ اسماً كفَرَسٍ، وصفةً كبَطلٍ.
(3) فَعِلٌ، ويكونُ اسماً ككَبِدٍ، وصفةً كحَذِرٍِ.
(4) فَعُلٌ، ويكونُ اسماً كرَجُلٍ، وصفةً كيَقُظٍ.
(5) فِعْلٌ، ويكونُ اسماً كعِدْلٍ، وصفةً كنِكْسٍ.
(6) فِعَلٌ، ويكونُ اسماً كعِنَبٍ، وصفةً كماءٍ رَوِيٍّ.
(7) فِعِلٌ، ويكون اسماً كإبلٍ، وصفةً كأتانٍ إِبدٍ.
(8) فُعْلٌ، ويكونُ اسماً كقُفْلٍ، وصفةً كحُلْوٍ.
(9) فَعَلٌ ويكونُ اسماً كصُرَدٍ، وصفةً كحُطمٍ.
(10) فُعُلٌ، ويكونُ اسماً كعُنُقٍ، وصفةً كجُنُبٍ.
Wazan-wazan Isim Ruba'I Mujarroh
Wazan-wazan ruba'i mujarrod itu ada enam, yaitu sebagai berikut :
(1) فَعْلَلٌ، ويكونُ اسماً كجعفَرٍ، وصفةً كشَهْربٍ.
(2) فِعْلِلٌ، ويكونُ اسماً كزِبرجٍ، وصفةً كخِرمِسٍ.
(3) فِعْلَلٌ، ويكونُ اسماً كدِرْهمٍ، وصفةً كهِبْلَعٍ.
(4) فُعْلَلٌ، ويكونُ اسماً كُبرْثُنٍ، وصفةً كجُرْشِعٍ.
(5) فِعْلَلٌ، ويكونُ اسماً كفطَحْلٍ، وصفةً كسِبَطْرٍ.
(6) فُعْلَلٌ، ويكون اسماً كجُخْدَبٍ، وصفةً كجرْشعٍ.
Isim dan sifat yang menggunakan wazan yang keenam, boleh menggunakan wazan yang keempat. Oleh karena itu jumhur ulama mngelompokan bahwa ia itu adalah cabang darinya.
Ditetapkan berdasarkan pengamatan bahwa ruba'i itu huruf kedua dan keduanya mesti sukun agar empat huruf tidak berurutan dalam satu kalimat, dan hal itu dilarang.
Wazan-wazan Isim Lima Huruf (Khumasi)
Wazan-wazannya ada empat, yaitu sebagai berikut :
(1) فَعَلْلٌ، ويكونُ اسماً كسفَرجلٍ، وصفةً كشَمَرْدَلٍ.
(2) فَعْلَلِلٌ، ولم يجيءْ إلا صفةً كجَحْمَرِشٍ.
(3) فُعَلَّلٌ، ويكونُ اسماص كخُزَعْبِلٍ، وصفةً كقُذَعْمِلٍ.
(4) فِعْلَلٌّ، ويكونُ اسماً كزِنْجَفْرٍ، وصفةً كجِردَحْلٍ.
Perlu diketahui bahwa wazan mujarroh tsulatsi, ruba'i dan khumasi mujarrod yang keluar dari wazan diatas maka ia itu adalah syadz atau tambahan, atau ada yang dibuang, atau murokkab atau a'jami.
Wazan-wazan Isim Mazid
Isim-isim mazid memiliki wazan yang banyak, dan tidak ada kaidah baginya.
Huruf tambahan tersebut ada 10, yaitu سألتمونيها.
Tidak ditetapkan tambahan satu huruf kecuali jika asalnya tiga huruf asli.
Huruf yang mesti adanya perubahan kalimat adalah huruf asli. Dan yang gugur pada sebagian tashrifannya adalah huruf tambahan.
Adanya ketetapan tambahan dan asli itu hanya ada pada isim 'arobiyyah mutamakkinah. Adapun isim mabni, isim 'ajami maka tidak ada ketetapan tambahan sedikitpun padanya.
- Mutsanna dan Hukumnya
Mutsanna adalah isim mu'rob yang menggantikan dua mufrod yang sama secara lafadz dan makna dengan cara menambahkan alif nun atau ya nun, dan kedua mufrod itu layak ditajrid.
Jika berbeda dalam lafadz maka tidak dapat dimutsannakan dengan satu lafadz. Tidak bisa dikatakan untuk كتاب – قلم dengan ungkapan كتابان umpamanya. Adapun contoh العمرين itu adalah bagi عمر بن الخطاب وعمرو بن هشام، ولأبي بكر وعمر. Dan contoh أبوين itu adalah untuk الأب و الأم. القمرين untuk الشمس و القمر, dan مروتين untuk الصفا و المروة dan hal itu merupakan kebiasaan (taghlib), maksdunya salah satu dari dua lafadz mengalahkan yang lain. Dan itu adalah sima'i, tidak bisa diqiyaskan. Contoh seperti itu tidak bisa dinamakan mutsanna, karena itu satu lafadz dari dua mufrod yang berbeda, tapi dinamai mulhaq bil mutsanna dari segi I'rob.
- Jama' Mudzakar Salim
- Jama' Muannats Salim
- Jama' Taksir
- Nisbah dan Hukumya
- Tashgir
BAB V
TASHRIF MUSYTAROK ANTARA FI’IL DAN ISIM
- IDGHOM
- Pengertian Idghom
Idghom adalah memasukan satu huruf kepada huruf lain yang sejenis sehingga keduanya menjadi satu huruf yang ditasydid. Contoh : مدَّ يمدُّ مدّاً asalnya adalah مدَدَ يمدُدُ مدْداً . hukum dua huruf pada idghom, yang pertama dari keduanya sukun, sedangkan yang kedua berharokat tanpa ada pemisah.
- Klasifikasi Idghom
- Wajib Idghom
- Boleh Idghom
- Terhalangnya Idghom
- I’LAL
- Pengertian I’lal
- I’lal dengan dibuang
- I’lal dengan dibalikan
- I’lala dengan disukun
- I’lala Hamzah
- IBDAL
- Pengertian Ibdal
- Kaidah-kaidah Ibdal
- WAQOF
- Pengertian Waqof
- Hukum Waqof bagi yang berharokat
- Waqof dengan Ha Sakt
- KHOT
- Pengertian Khot
- Tulisan yang berbeda dengan lafadz
- Dilafadzkan, tidak ditulis
- Ditulis, tidak dilafadzkan
- Dilafadzkan, berbeda dengan tulisan
- PENULISAN HAMZAH
- Penulisan Hamzah diawal
- Penulisan Hamzah diakhir
- Penulisan Hamzah ditengah
- WASHL DAN FASHL
BAB VI
PEMBAHASAN FI’IL YANG BER’IROB
Fi’ilI’robiyyah
- Fi’ilMabnidanMu’rob
Semuafi’iladalahmabni.Tidakadafi’ilmu’robkecuali yang menyerupaiisim, yaitufi’ilmudhore yang tidakbersambungdengandua nun taukiddan nun niswah.Adanykeserupaaninihanyaterdapatantaramudhoredanisimfa’il, yang keduanyaserupadarisegilafadzdanmakna. Dari segilafadz, mudhoredanisimfa’ilsamajumlahhuruf, harokatdansukunnya. sepertilafadzيكتبdanكاتب , يكرم danمكرم . darisegimakna, keduanyabermaknahaldanistiqbal. Denganadanyakesamaaninilahdinamaimudhore’ yang bermaknamusyabih, yaituserupaatausama. Jikafi’ilmudhorebersambungdengansalahsatu nun taukiddan nun inatsmakaiamabni. Karena nun-nun tersebutmerupakankekhususanbagifi’il.Bersambungmudhoredengan nun tersebutmakajauhdarikesamaandenganisimfa’il, makakembalilahfi’ilmudhoreitukepadabina, yang merupakanasalpadafi’il.
- BinaFi’ilMabni
Binapadafi’ilmadhiyaitusebagaiberikut :
- Binaatasfathah
Binaatasfathahmerupakanpokokasalpadamadhi, sepertiكتبَjikamu’talakhirdenganalifsepertiرمى –دعا makamabninyaatasfathahmuqoddaroh di akhirnya. Jikamadhibersambungdengna ta tanitsmakaakhirnyadibuangkarenaberkumpulnyaduasukun, yaitupadaalifdan ta.Sepertiرمت – دعتasalnyaرمات – دعاتdanmabninyaatasfathahmuqoddarohatasalif yang dibuangkarenabertemunyaduasukun.
Harokat yang adasebelum ta ta’nitspadacontohtersebutbukanharokatbinamadhiatasfathah, karenaharokatabinaitusepertiharokatpadaI’rob.Tidakterjadikecualipadahurufakhirpadasuatukalimat.Dan hurufakhirpadacontohtersebutdibuang.
Jikamu’talakhirnyadenganwauatauyamakamabninyasepertishohihakhir, yaitumabniatasfathahdzhohiroh, sepertiسروت - رضيت
- Binaatasdhomah
Madhimabniatasdhommahjikabersambungdenganwaujama’ah, karenawaujama’ahituadalahhuruf mad, yang menunjukansebelumnyaharokat yang sejenisdengannya.Makamabniatasdhommah agar menyesuaikandenganwau.Contoh :كتبوا . jikamu’talakhirdenganalifmakadhommahdibuangkarenabertemunyaduasukun, dantetapnyasebelumwaiitufathah. Seperti رموا – دعواasalnyaadalahرماوا – دعاواdanketikaitumabnidhommahmuqoddarohpadaalif yang dibuang.Harokatsebelumwaubukanharokatbinamadhiatasfathah, karenamadhi yang disertaiwaujama’ahitumabniatasdhommah.KarenaharokatbinaitusepertiharokatI’rob, yang terjadipadahuruifakhir, danhurufakhirdisinidibuang.Jikamu’talakhirnyadenganwauatauyamakaakhirnyadibuangdan di dhommahsebelumnyauntukmenyeseuaikandenganwaujama’ah.Contoh : دعوا – سروا – رضوا asalnyaadalah دعيوا – سرووا – رضيواwazanكتبوا – ظرفوا – فرحوا . dhommahdirasaberatataswaudanyamakadhommahdibuanguntukmenghilangkanberatnya. Laluberkumpulahduasukunpadahurufillatdanwaujama’ah, makadibuanglahhurufillatkarenamenghalangibertemunyaduasukun.Kemudiansebelumwaujama’ahdiberiharokatdengandhommahkarenauntukmenyesuaikannya.Binacontohtersebutadalahdhommahmuqoddarohatashurufillat yang dibuangkarenaberkumpulnyaduasukun.Harokatsebelumwaupadacontohtersebutbukanharokatbinamadhiatasdhommah, tapiharokat yang sesuaidenganwausetelahdibuanghurufakhir, yang mengandungbinadhommah.
- Binaatassukun
Madhimabniatassukunjikabersambungdengandhomirrofa’ yang berharokat, karenadibenciberkumpulnyaempatharokatsecaraberurutanpadafi’ilsepertisatukalimat.contoh : كتبتُ – كتبتَ – كتبنَ – كتبنا . haldemikiankarenafi’ildanfa’ildhomirmuttashilitusepertisatuwalaupunkeduanyaituduakalimat. Karenadhomirmuttasildenganfi’ilnyaitudihitungsepertisuatubagian.Adapun
Jikafi’ilmu’talakhirdenganalifbersambungdengandhomirrofa’ yang berharokatmakaalifdigantiolehyajikafi’ilmu’taltersebutempathurufataulebihatautigahuruf yang asalnyaya.Contoh :أعطيتُ – إستحييتُ – أتيتُjikamu’taltersebuttigahuruf yang asalnyawaumakadikembalikanpadanya. Contoh :علوتُ – سموتُjikamu’talakhirdenganwauatauyamakatetappadakeadaansemula. Contoh :سروتُ - رضيتُ
- BinaAmr
- Binaatassukun
Pokokasalbinaamradalahatassukun, jikabersambungdengan nun niswahsepertiأكتبنataushohihakhir yang tidakbersambungdenganapapun.Sepertiأكتبْ
- Binaatashadzfulakhir
Binaatashadzfulakhirjikaamrnyamu’talakhirdantidakbersambungdenganapapun.Contoh :إنجُ – إسعَ - إرمِ
- Binaatashadzfunnun
Binaatashadzfunnunjikabersambungdenganaliftatsniyah, waujama’ahdanyamukhotobah.Contoh :أُكتبا – أكتبوا أكتبي
- Binaatasfathah
Binaatasfathahjikabersambungdengansalahsatudari nun taukid.Contoh :أكتبَن – أكتبَنّ
Jika nun taukid yang bertasydidbersambungdengandhomirtatsniyyah, waujama’ahdanyamukhotobah
- I’robdanBinaMudhore
BAB VII
I’ROB DAN BINA ISIM
- Isim-isim Mabni dan Mu'rob
Semua isim mu'rob kecuali sedikit yang mabni.
Isim dimu'rob jika selamat dari menyerupai huruf. Dan isim dimabnikan jika serupa dengan huruf dalam hal wadh'i, ma'na, iftiqor dan isti'mal.
Penyerupaan itu ada empat bentuk, yaitu :
- Menyerupai secara wadh'i jika isim itu dibentuk untuk satu huruf, seperti huruf ت pada lafadz كتبتُ atau dua huruf seperti نا pada lafadz كتبنا
Dhomir-dhomir itu dimabnikan karena menyerupai huruf dalam hal peletakannya, karena kebanyakan huruf itu diletakan untuk satu atau dua huruf. Demikian pula dhomir yang lebih dari tiga huruf itu dimabnikan karena dibawa kepada saudara-saudaranya, karena yang paling sedikit isim yang dimabnikan itu adalah tiga huruf. Jika ada isim yang datang kurang dari tiga huruf maka ia mabni karena huruf dalam hal wadh'i. Adapun contoh يد dan دم itu mu'rob karena pada asalnya tiga huruf yaitu دمَو ويديْ
- Menyerupai secara ma'nawi
Menyerupai secara maknawi jika isim itu menyerupai huruf dalam hal maknanya. Hal itu terbagi kepada dua, yaitu: a)menyerupai huruf yang maujud seperti isim syarat dan isim istifham. b) menyerupai huruf yang tidak maujud. Haknya yaitu harus ada tapi tidak diletakan seperti isim isyarah.
Isim-isim tersebut do mabni kan karna mengandung makna-makna huruf. Karna makna yang dikandungnya haknya yaitu dikelompokan kedalam huruf. Isim-isim syarat menyerupai huruf syarat yaitu إن . Dan isim istifham menyerupai huruf istifham yaitu hamzah. Dan isim isyarah menyerupai huruf yang tidak ada. Isim_isim tersebut dimabnikan karna mengandung makna huruf yang sseharusnya ada tapi tidak ada. Karna isim isyarah itu memiliki makna yang dikategorikan huruf tetapi para ulama tidak menetapkan huruf untuk isyarah. Sebagaimana mereka menetapkan makna keinginan(tamani)untuk ليت, makna harapan(taroji)untuk لعل dan istifham dengan huruf hamzah dan هل dan makna syarat dengan huruf إن
- Menyerupai secara iftiqari al mulazim
Yaitu membutuhkan kepada yang setelahnya kebutuhan yang kekal untuk menyempurnakan maknanya. Hal itu seperti isim mausul dan sebagian dzorof yang mesti idlofah kepada jumlah.
Isim-isim mausul dimabnikan karna disetiap keadaanya membutuhkan sillah yang dapat menyempurnakan maknanya. Hal itu seperti huruf yang membutukan pada kalimat setelahnya untuk menampakan maknanya. Dan dzorof yang mesti idlofah kepada jumlah seperti حيث – إذا – منذ dimabnikan karna membutuhkan kepada jumlah yang menjadi mudlof ilai baginya. Hal itu seperti huruf yang membutuhkan kepada kalimat setelahnya.
- Menyerupai secara isti'mali
Menyerupai secara isti'mali ada dua macam yaitu: a) menyerupai huruf 'amil dalam penggunaan, seperti isim fi'il, ia digunakan untuk memberikan pengaruh dan tidak dapat dipengaruhi. Karna isim itu beramal seperti amal fi'il, dan yang lainya tidak dapat beramal padanya. Yaitu seperti huruf jar dan huruf amil lainya yang mempengaruhi kalimat lain dan tidak dipengaruhi oleh kalimat lain. b)menyerupai huruf 'atil(yang tidak beramal)dalam penggunaanya. Dari segi isim itu sama dengan huruf 'atil dalam hal tidak mempengaruhi da tidak dipengaruhi seperti isim aswat. Isim aswat itu seperti huruf istifham dan huruf tanbih dan tahdid dan yang lainya dari huruf-huruf 'atil, tidak mempunyai amal pada yang lainya dan tidak pula yang lainya memberikan amal padanya.
- Isim-isim Mabni
Pokok asal pada isim itu adalah 'irob. Isim di mabnikan karna menyerupai huruf. Yang termasuk kategori isim mabni itu adalah lafadz-lafadz tertentu.
Isim mabni itu terbagi kepada dua, yaitu: isim mabni yang harus mabni dan isim yang mabni pada sebagian keadaan.
- Isim-isim yang harus mabni
Isim-isim yang mesti mabni yaitu isim dlomir, isim isysrah, isim maushul, isim syarat, isim istifham, isim kinayah, isim fi'il dan isim aswat. Termasuk juga sebagin dzorof yaitu: لَدَى وَلدُنْ والآنَ وأَمسِ وقطّ وعوْضُ
قطّ yaitu dzorof zaman yang bermakna lampau dengan cara menghabiskan (istigraq)
عوص yaitu dzorof zaman yang bermakna akan (mustaqbal) dangan cara menghabiskan (istigraq). Ia bermakna أبدا kamu ucapkan ما فعلتهُ قطُّ، ولا أَفعلهُ عوْضُ makna nya adalah aku tidak akan melakukan hal itu selamanya.
Yang termasuk kategori isim yang harus mabni itu adalah dzorof yang mesti mudlof kepada jumlah seprti حيث – إذ – إذا dan مذ منذ jika keduanya dijadikan dzorof.
حيث adalah dzorof yang mesti modlof kepada jumlah. Jaika setelahnya ada isim mufrad maka ia rofa menjadi mubtada dan khabarnya diniatkan. Contoh: لا تجلس إلاّ حيثُ العلمْ" أَي حيثُ العلمُ موجودٌ
مذ و منذ keduanya terkadang bermakna permulaan masa seperti ما رايتك مُذ يومُ الجمعة dan terkadang seluruh masa, seperti ما رأيتك منذُ يومان. Isim setelahnya adalah marfu' menjadi fa'il bagi fi'il yang dibuang. Taqdirnya adalah مُذ كان يومُ الجمعة، ومنذ كان يومانِ. كان taqdir pada contoh tesebut adalah tam bukan naqish. Jika kamu memajrurkan dengan keduanya maka keduanya itu adalah huruf jar, bukan dzhorof.
إذ adalah dzhorof bagi waktu yang telah lalu. Sedangkan إذا adalah dzhorof bagi waktu yang akan datang. Keduanya itu selamanya mduhof kepada jumlah. Hanya saja, untuk إذ itu boleh mudhof kepada jumlah fi'liyyah dan jumlah ismiyyah. Sedangkan pada إذا tidak mudhof kepada jumlah fi'liyyah.
Yang termasuk kategori isim yang mesti mabni lainnya adalah murokkab majzi yang kalimat keduanya mengandung makna huruf athof atau kaliamt yang diakhiri dengan ويه . contoh yaitu : أحدَ عشَرَ إلى تسعةَ عشرَ، إلاّ اثنيْ عشَرَ، ونحو "وَقعُوا في حَيْصَ بَيْصَ، وهو جاري بَيتَ بَيتَ، والأمرُ بَيْنَ بَيْنَ، وآتيكَ صباحَ مساءَ وتفرَّق العدوُّ شَذَرَ مذَرَ". Ia itu mabni atas fathah pada dua bagian (fathul juzain). Contoh untuk ويه yaitu : جاءَ سيبَويهِ، ومررتُ بسيبويهِ
Huruf ta'rif dan dihofah tidak mengosongkan mabni pada adad murokkab. Seperti الأحدَ عشَرَ وخمسَةَ عَشَر
Jika tidak mengandung makna huruf athof dan tidak diakhiri dengan ويه maka bagian keduanya itu dii'rob sebagaimana I'rob ghoir munshorif karena dipandang alam dan tarkib majzi. Adapun bagian awalnya mabni atas fathah. Seperti : بعلبك وحضرموت وبختنص jika akhirnya bukan ya maka mabni atas suku seperti : معد يكربjika diakhiri dengan ويه seperti سيبويه maka bagian pertamanya mabni atas fathah dan bagian keduanya mabni atas kasroh.
Adapun untuk إثنا عشر bagian pertamanya dii'rob seperti I'rob mutsanna. Rofa' dengan alif, nashab dan jar dengan ya. Dan bagian keduanya selamanya mabni. Dan tidak ada mahal I'rob, karena ia menempati nun pada isim mutsanna.
Yang juga termasuk isim yang mesti mabni itu adalah wazan فعال nama bagi wanita. Seperti : حَذامِ ورقاشِ atau cacian untuk wanita seperti ياخَباث ويا كَذابِ maka ia itu mabni atas kasroh, karena dengan wazan tersebut ia menyerupai isim fi'il. Seperti نزال – حذار sebagaimana ia menyerupainya dalam hal wazan, demikian pula ia menyerupainya juga dalam hal 'adal. Maka خباثِ معدولةٌ عن خبيثةٍ، وكذابِ معدولةٌ عن كاذبة sebagaimana halnya "نَزالِ" معدولة عن انزلْ، و "حَذارِ" عن احذَرْ jarang sekali penggunaan wazan فعال yang bermakna cacian untuk wanita melainkan harus disertai nida.
- Isim-isim yang tidak mesti mabni
Diantara dzhorof, ada sebagian isim yang tidak mesti makna. Dalam arti, pada sebagian keadaan ia itu mabni, dan pada keadaan yang lain ia mu'rob. Contoh : قَبْل وبعد ودون وأَوَّل والجهاتِ الستِّ
Jika pada dzhorof tersebut terputus pada idhofah secara lafadz, bukan secara taqdir (tidak dilupakan mudhof ilaih) maka ia mabni atas dhommah. Contoh : للهِ الأمرُ من قبلُ ومن بعدُ - جلست أمامُ، ورجعتُ إلى وراءُ".
Jika idhofatnya secara lafadz maka dzhorof tersebut dii'rob. Contoh : جئتُ قبلَ ذلك، وجلستُ أمامَ المِنبرِ
Jika kosong dari idhofah baik secara lafadz ataupun taqdir (mudhof ilaih dilupakan karena tidak ada tujuan khusus) maka ia dii'rob. Contoh : جئتُ قَبلا، وفعلتُ ذلك من بعدٍ
Ada kalimat yang dimulahakan dengan dzhorf-dzhorf ini yaitu lafadz حسب ketika terputus darai idhofah. Contoh : "حَسْبي"، بمعنى يكفيني. Terkadang pada lafadz حسب itu ditambahkan denga fa yang bertujuan untuk menghiasi lafadz. Contoh : "الكتابُ سَميري فَحسبُ" أي هو يكفيني عن غيره dan ia mabni atas dhommah
Kalimat lain yang dimulhakan dengan dzhorof ini adalah lafadz غير setelah naïf. Contoh : فعلتُ هذا لا غيرُ"، أو "ليسَ غيرُ" dan ia juga mabni atas dhommah.
- Macam-macam I'rob Isim
Macam-macam i'rob pada isim ada tiga, yaitu : rofa', nashab dan jar. Tanda i'robnya ada yang dengan harokat, ada yang dengan huruf. Pokok asal adalah i'rob dengan harokat.
- Isim-isim yang mu'rob dengan harokat
Isim-isim yang dii'rob dengan harokat ada tiga macam, yaitu : isim mufrod, jama taksir dan jama' muannats salim. Yaitu rofa' dengan dhommah, nashab dengan fathah, jar dengan kasroh kecuali jama' maunnats salim, dinashab dengan kasroh sebagai pengganti fathah. Contoh : أَكرمتُ الفتياتِ المجتهداتِ dan isim ghoir munshorif, majrur dengan fathah sebagai pengganti kasroh. Contoh : ما الفقير القانعُ بأفضلَ من الغني الشاكرِ
Harokat-harokat tersebut tampak pada akhir isim jika shohih akhir yang tidak mudhof kepada ya mutakallim. Contoh الحق منصور . jika mu'tal akhir dengan alif maka dikira-kirakan (taqdir) dengan tiga harokat karena sulit (ta'addzur). Contoh :
إن الهَدى مُنى الفتى dan jika mu'tal akhirnya dengan ya maka taqdirnya akhirnya adalah dhommah dan kasroh. Contoh : حكَم القاضي على الجاني. Adapun fathah maka tampak pada yak arena ringannya. Contoh : أجيبوا الداعيَ إلى الخير
- Isim Ghoer Munshorif
Isim la yanshorif dinamai juga mamnu' min shorof adalah isim yang tidak boleh bersambung dengan tanwin dan kasroh, seperti أحمد – بعقوب – عطشان
Isim ghoir munshorif terbagi kepada dua macam, yaitu : yang mamnu' karena satu sabab dan mamnu' karena dua sabab.
- Mamnu' min shorof satu sabab
Yaitu setiap isim yang akhirnya alif ta'nits mamdudah seperti : صحراءَ وعذراءَ وزكريَّاءَ وأَنصِباءَ
- Mamnu' min shorof dua sabab
- Isim-isim yang mu'rob dengan huruf
BAB VIII
ISIM-ISIM MARFU’
Isim-isim marfu' itu ada sembilan, yaitu : fa'il, naibul fa'il, mubtada, khobar mubtada, isim fi'il naqsih, isim huruf ليس, khobar huruf yang menyerupai fi'il, khobar لا nafiyah lil jinsi dan tabi' marfu'.
A. Fa’il
1. Pengertian Fa’il
Fa’il adalah musnad ilaih yang terletak setelah fi’il tam ma’lum atau yang semakna dengannya. Contoh: فاز المجتهدُ و السابقُ فَرسُهُ فائزٌ
Lafadz المجتهد disandarkan kepada fi'il tam ma'lum yaitu فاز dan الفرس disandarkan kepada yang menyerupai fi'il tam ma'lum, yaitu السابق, keduanya itu fa'il, karena disandarkan kepadanya.
Yang dimaksud yang serupa dengan fi'il ma'lum itu adalah sebagai berikut :
ü Isim fa'il
ü Mashdar
ü Isim tafdhil
ü Shifat musyabahat
ü Mubalaghoh isim fa'il
ü Isim fi'il.
Semuanya itu merofa'kan fa'il seperti fi'il ma'lum. Yang juga termasuk yang serupa dengan fi'il ma'lum yaitu isim musta'ar. Contoh : أكرِمْ رجلا مِسكاً خُلُقُه lafadz خلق adalah fa'il dari مسك yang memarfu'kan. Karena isim musta'ar itu dita'wil dengan yang menyerupai fi'il ma'lum. Taqdirnya yaitu : صاحب رجلا كالمسك. Dan ta'wil dari ucapanmu, yaitu رأيت رجلا أسداً غلامه" "رأَيت رجلا جريئاً غلامه كالأسد"
2. Hukum-hukum Fa’il
Fa'il memiliki tujuh hukum, yaitu sebagai berikut :
ü Wajib marfu'. Terkadang dimajrurkan secara lafadz dengan diidhofatkan kepada mashdar. Contoh : إكرام المرءِ أباهُ فرضٌ عليه atau kepada isim mashdar, seperti سَلمْ على الفقيرِ سلامَكَ على الغني, seperti hadits من قُبلة الرجلِ امرأتَهُ الوُضوءُ atau majrur oleh ba, min dan lam zaidah. Contoh : ما جاءَنا من أحدٍ، وكفي بالله شهيداً، وهَيهات هيهاتَ لما توعَدون
ü Letaknya wajib setelah musnad. Jika fa'il fil makna mendahuluinya maka fa'ilnya adalah dhomir mustatir yang kembali kepada fa'il fil makna tersebut. Contoh :علي فام . yang mendahuluinya itu terkadang mubtada seperti contoh diatas, dan jumlah setelahnya adalah khobarnya. Terkadang maf'ul bih bagi yang sebelumnya. Contoh : رأيت علياً يفعل الخير dan terkadang fi'ilnya mahdzuf, seperti : وإن أحد من المشركين استجارك فأجره lafadz أحد pada contoh tersebut adalah fa'il dari fi'il yang dibuang, yang ditafisrkan oleh fi'il sebelumnya.
Para ulama Kuffah memandang boleh mendahulukan fa'il daripada musnad. Mereka memandang boleh lafadz زهير pada ucapanmu زهير قام itu menjadi fa'il bagi قام . sedangkan ulama Bashroh melarang hal tersebut. Menurut mereka, yang didahulukan itu adalah mubtada, sedangkan khobarnya adalah jumlah setelahnya. Implikasi munculnya dari perbedaan dua golongan ini yaitu, menurut Ulama Kuffah, ungkapan الرجال جاء itu boleh. Dengan pertimbangan bahwa الرجال adalah fa'il yang didahulukan bagi جاء. Sedangkan menurut ulama Bashroh, ungkapan tersebut tidak boleh, tetapi seharusnya الرجال جاءوا . dengan pertimbangan bahwa lafadz الرجال tersebut menjadi mubtada, dan khobarnya adalah jumlah dari جاءوا yaitu fi'il dan fa'ilnya dhomir mustatir bariz. Yang benar adalah pendapat Bashroh. Ulama Kuffah berpegang teguh kepada ucapan Azzuba', yaitu :
ما للجمال مشيها وئيدا؟ * أجندلا يحملن أم حديدا؟
Menurut mereka, tidak boleh lafadz مشيها menjadi mubtada, karena ia tidak memilik khobar, karena وئيدا itu manshub menjadi hal. Dengan demikian maka wajib ia itu menjadi fa'il yang didahulukan dari وئيدا . menurut Bashroh, hal itu darurat, atau itu mubtada yang khobarnya di buang, dan hal menempati posisi khobar, yaitu ما للجمال مشيها يبدو وئيداً. Ia tidak perlu kepada hal itu.
ü Fa'il mesti ada dalam kalam. Jika tampak dalam lafadz maka itu fa'ilnya, jika tidak maka fa'il tersebut dhomir yang kembali kepada :
· Yang disebut sebelumnya. Contoh : المتجهدُ ينجحُ
· Yang ditunjukan oleh fi'il. Seperti hadits : لا يزني الزاني حينَ يزني وهو مؤمنٌ. ولا يشربُ الخمرةَ حين يشربُها وهو مؤمن
· Yang ditunjukan oleh kalam, seperti ucapanmu ketika menjawab, هل جاءَ سليمٌ؟ "نَعَمْ جاءَ
· Yang ditunjukan oleh maqom. Contoh : كلاّ إذا بَلغت التراقيَ dan ucapan penyair Farazdaq :
*إذا ما أَعرْنا سَيِّداً من قَبيلةٍ * ذُرا مِنْبرٍ صَلى عَلينا وسَلَّما*
· *إذا ما غَضِبْنا غَضْبةً مُضَرِيَّةً * هَتكنا حِجابَ الشَّمْس، أو قَطَرَتْ دَما
· Yang ditunjukan olelh hal musyahadah. Contoh : إن كانَ غداً فائتني dan ucapan penyair : *إذا كان لا يُرضيكَ حتى تَرُدَّني * إلى قَطَريٍّ، لا إخالُكَ راضيا*
ü Fa'il ada dalam kalam dan fi'ilnya dibuang, karena ada qorinah yang menunjukan kepadanya. Seperti :
· Jawab nafi, contoh : بلى سعيد pada jawaban orang yang berkata ما جاء أحد diantaranya ucapan sya'ir : تَجلَّدْتُ، حتى قيلَ لم يَعْرُ قلبَهُ * من الوجْدِ شيءٌ، قُلْتُ بلْ أعظمُ الْوَجْدِ
· Jawab istifham, kita bertanya, من سافر maka dijawab سعيد, dan kamu katakana هل جاءك أحد maka dijawab, نعم خليل. Firman Allah : لَئِن سألتَهم من خلقَهم؟ ليقولَنَّ الله . terkadang istifihmanya itu muqoddar, seperti firman Allah : يسبِّح له فيها بالغُدُوَّ والآصال، رجالٌ لا تلهيهم تجارةٌ ولا بيعٌ عن ذكر اللهada orang yang membaca, يسبح itu di majhul. Diantaranya ucapan sya'ir : ليُبْكَ يَزيدُ، ضارعٌ لِخصُومَةٍ * ومختَبِطٌ مما تُطيحُ الطَّوائحُ yang fi'ilnya dibuang dan fa'ilnya tetap. Setiap isim marfu' setelah adat yang dikhususkan untuk fi'il , maka wajib di buang. Contoh : وإن أحد من المشركين استجارك، فأجِرهُ حتى يسمع كلامَ الله، ثم أبلغْه مأمنَه} ونحو {إذا السماءُ انشقَّت contoh lain, لوْ ذاتُ سِوارٍ لطمتني ucapan Imroul Qois : إذا المرءُ لم يخزُن عليْه لسانهُ * فَلَيْسَ عل شَيءٍ سِواهُ بخزَّانِ ucapan samuail : إذا المرءُ لم يدْنَس من اللؤْمِ عرضُهُ * فكلُّ رِداءٍ يَرتَديهِ جَميلُ lafadz أحد – السماء – ذات – المرء itu adalah fa'il bagi fi'il yang dibuang, yang ditafsirkan oleh fi'il yang disebut setelahnya.
ü Fi'il harus tetap dalam satu bentuk walaupun fa'ilnya mutsanna atau jama'. Seperti kamu katakan إجتهدالتلميذُ demikian pula kamu bisa katakana اجتهدَ التلميذان، واجتهد التلاميذُ kecuali pada bahasa yang lemah pada sebagain orang Arab, maka fi'il dan fa'il itu harus sesuai. Menurut bahasa ini harus diucapakanأكرماني صاحباك، وأكرموني أصحابك ada ucapan penyair : نُتِجَ الربيعُ مَحاسِناً * أَلقَحنها غُرُّ السَّحائِبْ ucapan lain : تَولّى قِتال المارقينَ بنفسِه * وقد أَسلماهُ مُبْعِدٌ وحَميمٌ yang datang dalam kalam yang fasih………………………………………………………………………….
ü Pokok asal itu fa'il harus bersambung dengan fa'ilnya, kemudian setelahnya datang maf'ul bih. Terkadang hal tersebut terbalik, maf'ul didahulukan, fa'il diakhirkan. Contoh : أكرمَ المجتهدَ أستاذُهُ pembahasan itu akan datang pada bab maf'ul bih.
ü Jika fa'il muannats maka fi'il dimuannatskan dengan ta sukun pada akhir madhi dan ta mudhoro'ah pada awal mudhore'. Contoh : جاءت فاطمةً، وتذهبُ خديجةُ
Dari segi mudzakkar dan muannats, fi'il dan fa'il ada tiga keadaan, yaitu : wajib mudzakkar, wajib muannats dan boleh kedua-duanya.
3. Wajib memudzakarkan Fi’il bersama Fa’il
Wajib memudzakarkan fi'il bersama fa'il pada dua tempat, yaitu :
ü Fa'ilnya mudzakkar, mufrod, mutsanna atau jama' mudzakkar salim. Baik mudzakkarnya itu secara lafadz, seperti ينجحُ التلميذُ، أو المجتهدان، أو المجتهدون atau secara makna, tidak secara lafadz, seperti جاء حمزة, baik fa'ilnya itu dzhohir seperti contoh diatas, atau dhomir, seperti المجتهدُ ينجحُ، والمجتهدان ينجحان، والمجتهدون ينجحون، وإنما نجح هو، أو أنتَ، أو هما، أو أنتم
Jika fa'ilnya itu jama' taksir seperti رجال atau mudzakkar yang dijma' oleh alif ta seperti طلحات – حمزات atau mulhaq dengan jama' mudzakkar salim seperti بنين maka fi'ilnya itu boleh mudzakkar atau muannats. Adapun jika fa'ilnya itu jama' mudzakkar salim, yang shohih adalah wajib mudzakkar bersama fi'ilnya. Sementara itu ulama Kuffah memandang boleh muannats, dan itu pendapat itu lemah. Mereka membolehkan ungkapan أفلح المجتهدون – أفلح المجتهدات
ü Dipisah antara fi'il dan fa'il muannats yang dzhohir dengan إلاّ, contoh : ما قام إلا فاطمة. Hal tersebut karena pada hakikatnya failnya itu adalah mustasana minhu yang dibuang, taqdirnya yaitu : ما قام أحد إلاّ فاطمة. Ketika fa'il dibuang maka fi'il tersebut sampai kepada kalimat setelah إلاّ. Maka setelahnya itu dirofa' menjadi fa'il secara lafadz bukan secara makna. Jika fa'ilnya dhomir munfashil yang diselang antaranya dan antara fi'ilnya dengan إلاّ maka fi'ilnya itu boleh dua cara sebagaimana kamu ketahui.
Terkadang dimuanatskan dengan diselang oleh إلاّ dan fa'ilnya isim dzhohir, dan itu sedikit. Jumhur ahli nahu mengkhususkan hal itu untuk syi'ir. Seperti ungkapan : ما بَرِئَتْ منْ ريبةٍ وذَمٍّ * في حَربِنا إلا بناتُ العَمٍّ
4. Wajib memuanatskan Fi’il bersama Fa’il
Wajib memuantaskan fi'il bersama fa'il pada tiga tempat, yaitu :
ü Fa'ilnya adalah muannats hakiki, dzhohir yang bersambung dengan fi'ilnya, baik itu mufrod, mutsanna atau jama' muannats salim. Contoh : جاءت فاطمةُ، أو الفاطمتان، أو الفاطماتُ
Jika fa'ilnya dzhohir muannats majazi seperti شمس atau jama' taksir seperti فواطم atau dhomir munfashil seperti إنما قام هي atau mulhaw dengan jama' muannats salim seperti بنات atau diselang antara fa'il dan fa'ilnya maka boleh mudzakkar dan muannats, sebagaimana akan diterangkan. Adapun jama' muannts salim, yang shohih adalah fi'il dimuanatskan. Ulama Kuffah dan sebagai ulama Bashroh memandang boleh fi'il dimudzakkarkan. Mereka mengatakan : جاءت الفاطمات. وجاء الفاطمات
ü Fa'ilnya dhomir mustatir yang kembali kepada muannats hakiki atau majazi. Contoh : خديجةُ ذهبت، والشمسُ تطلعُ
ü Fa'ilnya adalah dhomir yang kembali kepada jama' muannats salim, jama' taksir atau jama' mudzakkar ghoir 'aqil. Hanya saja ia dimuanatskan oleh ta atau nun jama' muannats. Contoh : الزِّينَباتُ جاءتْ، أو جئنَ، وتجيءُ أو يجئنَ" و (الفواطِمُ أقبلتْ أو أقبلنَ) و (الجمالُ تسيرُ أو يسرْنَ)
5. Boleh memudzakarkan dan memuanatskan Fi’il
Boleh memudzakkarkan dan memuannatskan fi'il pada sembilan urusan, yaitu :
ü Fa'ilnya muannats majazi yang dzhohir (bukan dhomir). Contoh : طلعتِ الشمسُ، وطلعَ الشمسُ dimuannatskan adalah lebih fasih.
ü Fa'ilnya muannats hakiki yang diselang antara fi'il dan fa'il tersebut oleh penyelang (fashil) selain إلاّ. CONTOH : حضَرتْ، أَو حضَرَ المجلسَ امرأةٌ Ucapan penyair : إن امرءًا غَرَّهُ مِنْكُنَّ واحدةٌ * بعدي وبَعْدكِ في الدُّنيا لمغْرُورُ dimuannatskan adalah lebih fasih.
ü Fa'ilny adalah dhomir munfashil bagi muannats. Contoh : إنما قامَ، أو إنما قامت هي" "ما قامَ، أو ما قامت إلا هي yang baik adalah tidak dimuannatskan.
ü Fa'ilny adalah muannats dzhohir, dan fi'ilnya نعم – بئس – ساء yang bermakna celaan. Contoh : نِعمَتْ، أو نِعمَ، وبئسَتْ، أو بِئسَ، وساءت، أو ساء المرأةُ دَعدٌ dimuannatskan itu lebih baik.
ü Fa'ilnya adalah mudzakkar yang jama'oleh alif ta. Contoh : جاء، أو جاءت الطلحاتُ dimudzakkarkan itu lebih baik.
ü Fa'ilny adalah jama' taksir bagi mudzakkar dan muannats. Contoh : جاء، أو جاءت الفواطمُ، او الرجالُ yang utama adalah dimudzakkarkan untuk mudzakkar dan dimuannatskan untuk muannats.
ü Fa'ilnya adalah dhomir yang kembali kepada jama' taksir mudzakkar 'aqil. Contoh : الرجال جاءوا، أو جاءت dimudzakkarkan dengan dhomir jama''aqil itu adalah lebih fasih.
ü Fa'ilny adalah mulhaq jama' mudzakkar salim atau jama' muannats salim. Contoh pertama جاء أو جاءت البنونَ contoh muannats yaitu firman Allah : آمنتُ بالذي آمنتْ به بنو إسرائيل. Contoh kedua yaitu قامت، أو قام البناتُ contoh mudzakkar adalah ucpan penyair yang bernama Abdah bin Thobib : فبكى بناتي شجْوَهُنَّ وزَوجَتي * والظّاعنُون إليَّ، ثم تَصَدَّعوا. Mudzakkar dipandang kuat bersama mudzakkar dan. Muannats dipandang kuat bersama muannats.
ü Fa'ilny itu adalah isim jama' atau isim jenis jama'. Contoh pertama : جاء، أو جاءت النساء، أو القومُ، أو الرهط، أو الإبل contoh kedua : قال، أو قالت العربُ، أو الروم، أو الفرس، أو التركُ"، ونحو أوراق أو أروقتِ الشجر
Ada lagi kondisi yang dibolehkan mudzakkar dan muannats pada fi'il, yaitu jika fa'il mudzakkar yang mudhof kepada muannats dengan syarat yang kedua mencukupkan yang pertama jika dibuang. Kamu ucapkan : مرَّ، أو مرَّت علينا كرورُ الايام" و "جاء، أو جاءت كلُّ الكاتبات .fi'il dimudzakkarkan dan dimuannatskan, karena boleh membuang mudhof yang disebut dan mudhof ilaih yang muannats menempati mudhof tersebut. Diungkpankan: مرَّت الايام" و "جاءت الكاتبات ada ungkapan penyair : كما شرقت صدرُ القناة من الدَّم hanya saja fi'il dimudzakkarkan itu fasih dan banyak digunakan. Adapun fi'il dimuannatskan itu dho'if. Banyak para penulis zaman sekarang ini yang menggunakan contoh yang dho'if ini.
Adapun jka tidak layak dibuangnya mudhof mudzakkar dan mudhof ilaih muannats menempati posisi mudhof, ketika maknanya akan rusak maka fi'il wajib dimudzakkarkan. Contoh : جاء غلامُ سعادَ selamanya tidak sah diungkapkan : جاءت غلامُ سعاد karena mudhof disini tidak layak dibuang. Tidak bisa diungkapkan جاءت سعاد sedangkan kamu bermaksud anaknya.
6. Klasifikasi Fa’il
Fa'il ada tiga macam, yaitu : shorih, dhomir dan muawwal.
Shorih seperti فاز المجتهد
Dhomir itu ada yang muttashill seperti seperti ta pada قمتُ, wau pada قاموا, alif pada قاما, ya pada تقومين. Ada yang munfashil seperti أنا – نحن pada contoh : ما قام إلاّ أنا – إنما قام نحن. Ada yang mustatir seperti أقوم – تقوم – نقوم – سعيد يقوم – سعاد تقوم. Mustatir itu ada dua, yaitu mustatir jawaz, yang terdapat pada madhi dan mudhore yang disandarkan kepada mufrod ghoib dan mufrodah ghoibah. Dan mustatir wujub, yang terdapat pada mudhore dan amr yang disandarkan kepada mufrod mukhotob, mudhore yang disandarkan kepada mutakallim baik mufrod atau jama', isim fi'il yang disandarkan kepada mutakallim seperti أف atau kepada mukhotob seperti صه, pada fi'il ta'ajjub yang menggunakan wazan ما أفعل seperti ما أحسن العلم dan pada fi'il istitsna seperti خلا – عدا – حاشا, contoh : جاء القوم ما خلا سعيدا. Dhomir mustatir pada fi'il-fi'il istitsna itu kembali kepada sebagain yang difahami dari kalam. Taqdirnya ucapanmu جاء القوم ما خلا سعيدا yaitu جاءوا ما خلا البعض سعيدا. ما nya itu adalah mashdariyah dzorfiyyah, dan setelahnya dita'wil mashdar yang disandarkan kepada waktu yang difahami darinya. Taqdrinya yaitu : جاءوا زمن خلوهم من سعيد taqdirnya جاؤوا خالين من سعيد
Fa'il muawwal itu datang dengan bentuk fi'il, dan fa'ilnya itu adalah mashdar yang difahami dari fi'il setelahnya. Contoh : يحسن أن تجتهد. Fa'il disini adalah mashdar yang difahami dari تجتهد. Ketika fi'il yang setelah أن itu dita'wil mashdar yang ia itu sebagai fa'ilnya maka dinmaianya fi'il tersebut muawwal. Fi'il dita'wil mashdar itu setelah lima huruf, yaitu : أنّ – إنّ – كي – ما – لو mashdariyah. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
ü يُعجبني أن تجتهدَ
ü يُعجبني أن تجتهدَ"، والتقديرُ "يُعجبني اجتهادك
ü بلغني أنك فاضلٌ"، والتقديرُ "بلغني فضلُك
ü أعجبني ما تجتهدُ"، والتقديرُ "أعجبني اجتهادك
ü جئت لكي أتعلّمَ" والتقديرُ "جئتُ للتعلُّم كي tidak menta'wil fi'il setelahnya kecuali kecuali dengan mashadar yang majrur oleh lam.
ü وَدِدتُ لو تجتهد"، والتقدير "وَدِدتُ اجتهادَك لو tidak menta'wil fi'il setelahnya kecuali maf'ul sebagaimana kamu lihat.
Tiga pada contoh diatas f'I'il menta'wil setelahnya dengan marf', manshub dan majrur. Jumlah yang tersusun dari f'il dan marfu'nya itu dinyatakan sebagai jumlah fi'liyyah.
7. Faidah
…………………..
B. Naibul Fa’il
1. Pengertian Naibul Fa’il
Naibul fa'il adalah musnad ilaih yang terletak setelah fi'il majhul atau yang serupa dengan fi'il majhul. Contoh : يُكرمُ المجتهدُ، والمحمودُ خُلقُهُ ممدوحٌ
المجتهد disandarkan kepada fi'il majhul yaitu يكرم dan خلقه disandarkan kepada yang serupa dengan fi'il majhul yaitu المحمود. Maka keduanya itu adalah naibul fa'il yang disandarkan kepadanya.
Yang dimaksud dengan yang serupa dengan fi'il majhul itu adalah isim maf'ul, isim mansub ilaih. Isim maf'ul sebagaimana contoh diatas. Contoh isim mansub ilaih yaitu: صاحب رجلا نبويا خلقه lafadz خلقه pada contoh tersebut adalah naibul fa'il dari نبوي yang memarfu'kannya. Karena isim mansub itu adalah ta'wil isim maf'ul. Taqdirnya yaitu : صاحب رجلا منسوبا خلقه إلى الأنبياء
Naibul fa'il itu menempati posisi fa'il setelah fa'il itu dibuang. Karena terkadang fa'il itu dibuang dalam kalam untuk salah satu tujuan. Maka naibul fa'il menggantikan posisi fa'il setelah fa'il dibuang.
2. Sebab-sebab dibuangnya Fa’il
ü Karena fa'il sudah diketahui, maka fa'il tersebut tidak perlu disebut. Contoh : وخُلِقَ الإنسان ضعيفاً
ü Karena tidak diketahui, kepastiannya tidak memungkinkanmu. Contoh : سرق البيت jika kamu tidak mengetahui pencuri tersebut.
ü Ingin menyembunyikannya agar mennjadi samar, conth : ركب الحصان jika kamu tahu penungga, tapi kamu tidak ingin menampakannya
ü Karena takut padanya. Contoh : ضرب فلان jika kamu tahu pemukul, tapi kamu takut kepadanya. Maka kamu pun tidak menyebutnya
ü Karena kasihan padanya. Contoh : سرق الحصان jika kamu tahu pencuri, tapi kamu tidak menyebutkannya karena kamu kasiihan kepadanya. Umpamanya ia itu jelek
ü Karena untuk memuliakannya. Conth : عمل عمل منكر jika kamu tahu yang berbuat tapi kamu tidak menyebutnya karena untuk menjaga kemuliannya.
ü Tidak ada kaitan dengan faidah. Contoh : وإذا حُييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو رُدُّوها. Dengan disebutnya orang yang memberikan penghormatan itu tidak ada faidahnya. Yang menjadi tujuannya yaitu wajibnya membalas penghormatan kepada orang yang memberikan penghormatan.
3. Sesuatu yang menggantikan Fa’il
Yang menggantikan fa'il setelah fa'il dibuang yaitu salah satu dari empat perkara, yaitu :
ü Maf'ul bih. Contoh : يكرم المجتهد. Jika didapatkan dalam suatu kalam, tidak ada yang menggantikannya selain maf'ul, padahal maf'ul bih itu ada maka maf'ul lebih utama untuk menggantikan dibandingkan dengan yang lainnya. Karena fi'il itu selain membuthkan fa'il, sangat membutuhkan kepada maf'ul. Maka maf'ul tersebut dimarfu' karena menjadi pengganti fa'il, dan kalimat lainnya di masnhub. Contoh : أُكرمَ زهيرٌ يوم الجمعةِ أمام التلاميذِ بجائزةٍ سنية إكراماً عظيماً
Terkadang majrur oleh huruf jar menggantikan posisi fa'il, padahal ada maf'ul bih shorih. Dan hal itu sangat jarang. Seperti ucapan penyair : لم يُغْنَ بالعلياء إلا سَيِّداً * ولا شفى ذا الغَيِّ إلا ذو هُدَى ucapan lain : وإنما يرضي المنِيبُ رَبَّهُ * ما دام مَعْنياً بِذِكْرِ قلبَهُ dan ucapan orang yang membaca : ليُجزى قوماً بما كسَبوا
Jika fi'ilnya memiliki dua maf'ul atau tiga maka maf'ul pertama menemapati posisi fa'il, maka ia dirofa' karena mengganti posisi fa'il, dan maf'ul yang lain dinashab. Contoh : أُعطيَ الفقيرُ دِرهماً، وظُن زهيرُ مجتهداً، ودُريتَ وفيّاً بالعهد، وأُعلمتَ الامرَ واقعاً. Boleh maf'ul kedua mengganti posisi fa'il pada bab أعطى jika tidak terjadi pencampuran. Contoh : كُسيَ الفقيرَ ثوبٌ، وأُعطيَ المسكينُ دينارٌ jika tidak aman dengan ada pencampuran maka tidakk boleh kecuali maf'ul awal yang menggantikan fa'il. Contoh : اعطي سعيد سعداً tidak bisa dikatakan أعطي سعيداً سعد jika kamu bermaksud bahwa yang member si Sa'id dan yang diberi si Sa'ad. Jika kamu bermaksud itu maka kamu harus mendahulukannya. Kamu katakana : أعطي سعد سعيداً agar menjadi jelas antara orang yang member dan yang diberi. Karena masing-masing dari keduanya itu layak memberi dan diberi. Maka tidak dipastikan yang member kecuali dengan cara mendahulukannya dan ia menggantikan posisi fa'il.
ü Majrur dengan huruf jar. Contoh : نظر في الأمر. Contoh lain firman Allah : ولما سُقِطَ في أيديهم dengan syarat huruf jar tersebut bukan menunjukan kepada ta'lil (alas an). Tidak bisa dikatakan : وُقِفَ لكَ، ولا من أجلِكَ kecuali jika kamu menjadikan naibul fa'ilnya itu dhomir وقوف yang difahami dari وقف maka taqdirnya yaitu : وقف الوقوف الذي تعهد لك أو من أجلك
Jika majrur oleh huruf jar menggantikan fa'il maka dalam I'robnya diungkapkan majrur secara lafadz oleh huruf jar, marfu' secara mahal karena ia menjadi naibul fa'il. Jika majrur tersebut muannats maka fi'ilnya tidak dimuannatskan, tapi mesti tetap mudzakkar. Kamu katakan : ذهب بفاطمة tidak bisa diucapkan ذهبت بفاطمة
ü Dzhorof muttashorrif mukhtash. Contoh : مُشيَ يومٌ كاملٌ، وصيمَ رمضانُ
Yang dimaksud dzhorof muttashorif itu adalah yang layak menjadi musnad ilaih, seperti : يوم وليلة وشهور ودهر وأمام ووراء ومجلس وجهة ونحو ذلك. Sedangkan dzhorof ghoir muttashorrif yaitu yang tidak bisa menjadi musnad ilaih, ia hanya bisa menjadi dzhorof, seperti حيث وعوض وقط والآن ومع واذا atay dzhorof yang majrur oleh من seperti عند ولدى ولدن وقبل وبعد وثم (بفتح الثاء) أو بالى، كمتى، أو بمن والى. كأين. Dzhorof ghoir muttashorrfi tersebut tidak bisa menggantiakn fa'il, karena ia bukan musnad ilaih, dan tidak boleh rofa'. Tidak seperi yang disandarkan kepada يوم – شهر – رمضان kamu ucapkan : جاء يوم الجمعة، ومضى على الامر شهر، ورمضان شهر مبارك
Dzhorof muttashorrif tidak boleh menggantikan fa'il kecuali jika disamping muttashorrfinya tersebut, ia juga mukhtash. Yang dimaksud kemukhtasannya itu adalah member faidah, tidak mubham. Yaitu dikhusukan untuk sifat. Contoh : جلس مجلس مفيد atau idhofah, seperti سهرت ليلة القدر atau 'alamiyah, seperti صيم رمضان. Tidak boleh menggantikan fa'il seperti lafadz زمان – وقت – مكان dan dzhorof mubham lainnya yang tidak mukhtas. Tidak boleh dikatakan : وقف زمان" ولا "انتظر وقت" ولا "جلس مكان jika dikhususkan dengan salah satu pengikat maka boleh menggantiakannya. Contoh : وقف زمان طويل، وانتظر وقت قصير، وجلس مكان رحب
ü Mashdar muttashorrif mukhtash. Contoh : احتُفلَ احتفالٌ عظيمٌ. Yang dimaksud mashdar muttashorrif yaitu mashdar yang bisa menjadi musnad ilaih seperti اكرام واحتفال وإعطاء وفتح ونصر ونحوها.sedangkan ghoir muttashorrfi itu adalah yang tidak bisa menjadi musnad ilaih, ia hanya bisa manshub menjadi mashdar, yaitu maf'ul muthlaq. Contoh : معاذ الله وسبحان الله.contoh tersebut tidak bisa menggantikan fa'il, karena ia tidak bisa rofa menjadi musnad ilaih. Tidak seperti yang bisa menjadi musnad ilaih seperti إكرام – فتح – نصر contoh : اكرام الضيف سنة العرب"، ونحو "اذا جاء نصر الله والفتح
Mashdar muttashorrif tidak bisa menggantikan fa'il kecuali jika disamping muttashorrif, ia juga mukhtash. Yang dimaksud mukhtasnya itu adalah muqoyyad yang tidak mubham. Di mukhtaskannya itu oleh sifat seperti وقف وقوف طويل, menjelaskan bilangan seperti نظر في الأمر مظرتان أو نظرات atau menjelaskan macam, seperti : سير سير الصالحين
Terkadang, dhomir mashdar muttashorrif mukhtas itu menggantikan fa'il, seperti kamu katakana : هل كتبت كتابة حسنة ؟ maka kamu katakana كتبت. Naibul fa'ilnya adalah dhomir mustatir yang kembali kepada الكتابة. Terkadang dhomir itu kembali kepada mashdar fi'il walaupun ia tidak disebut karena sudah difahami, dipastikan bagi pendengar, seperti firman Allah : وحيلَ بينهم وبين ما يشتهون maksudnya حيل الحؤول yang dipastikan oleh ingatan. Naibul fa'il adalah dhomir mashdar yang difahami pada kalam, diantaranya ucapan Farozdaq : يُغْضِي حَياءً، ويُغْطَى من مهابته * فما يُكَلَّمُ إلا حينَ يبْتَسِمُ maksudnya : يُغْضَى الإغضاءُ الذي تَعهدُ، وهو إغضاءُ الإجلال، مهابة له naibul fa'ilnya adalah dhomir الإغضاء yang difahami dari يغضى
4. Hukum-hukum Naibul Fa’il
5. Klasifikasi Naibul Fa’il
C. Mubtada dan Khobar
1. Pengertian Mubtada dan Khobar
Mubtada dan Khobar adalah dua isim yang tersusun dari jumlah mufidah. Contoh : الحق منصور – الإستقلال ضامن سعادة الأمة . Untuk membedakan Mubtada dari Khobar yaitu, Mubtada itu yang diterangkan, sedangkan Khobar yang menerangkan.
Mubtada adalah musnad ilaih (pokok pembicaraan atau subyek) yang tidak didahului oleh amil. Sedangkan Khobar adalah sesuatu yang disandarkan kepada Mubtada, Khobar itu menyempurnakan suatu faidah bersama Mubtada. Jumlah yang tersusun dari Mubtada dan Khobar adalah Jumlah Ismiyyah.
2. Hukum-hukum Mubtada
Mubtada memiliki lima hukum, yaitu sebagai berikut :
a. Wajib rofa', terkadang jar dengan الباء و من tambahan (zaidah) dan رُبَّ huruf jar syabih biz zaid. Contoh jar dengan Ba zaidah : بحسبك الله . Contoh jar dengan من zaidah : هل من خالق غير الله يرزقكم . Contoh jar dengan رُبَّ syabih biz zaid : يا رُبَّ كاسية في الدنيا عارية يوم القيامة
b. Mubtada wajib Ma'rifat. Contoh : محمد رسول الله atau Nakiroh Mufidah, contoh : مجلس علم ينتفع به خير من عبادة سبعين سنة . Keberadaan Nakiroh Mufidah itu harus memenuhi satu diantara 14 syarat, yaitu sebagai berikut :
· Idhofah secara lafadz, contoh : خمس صلوات كتبهنّ الله atau secara makna, contoh : كلٌّ يموت – قل كلٌّ يعمل على شاكلته أي : كلُّ أحد
· Shifat secara lafadz, contoh : لعبد مؤمن خير من مشرك atau secara taqdir, contoh : شرٌّ أهر ذا ناب – أمر أتى بك أي : شر عظيم و أمر عظيم atau secara makna, dengan pertimbangan bahwa shifat itu mushoggor, contoh : رجيلٌ عندنا أي رجل حقير , karena tashgir itu memiliki makna shifat.
· Khobarnya adalah dzhorof atau jar majrur yang mendahului Nakiroh Mufidah tersebut. Contoh : و فوق كلّ ذي علم عليم ، و لكلّ أجل كتاب
· Nakiroh Mufidah tersebut terletak setelah nafi, istifham, لولا atau إذا al-fujaiyyah. Contoh setelah nafi : ما أحدٌ عندنا contoh setelah istifham : أ إله مع الله ؟ contoh setelah لولا : لولا اصطبار لأودى كلُّ ذي مقة لما استقلت مطاياهنّ للظعن. Contoh setelah إذا الفجائية : خرجتُ فإذا أسد رابض
· Nakiroh Mufidah tersebut menjadi Amil. Contoh : إعطاءٌ قرشا في سبيل العلم ينهض با لأمة – أمر بمعروف صدقة، و نهي عن منكر صدقة. Lafadz إعطاء pada lafadz tersebut adalah amil nashab bagi قرشا yang berkedudukan sebagai maf'ul bih. Dan أمر و نهي yang keduanya itu muta'allaq dengan jar majrur menjadi amil bagi maf'ul ghoer shorih.
· Nakiroh Mufidah tersebut itu mubham, seperti isim syarat, isim istifham, ma ta'ajjubiyyah dan kam khobariyyah. Contoh isim syarat : من يجتهد يفلح. Contoh isim istifham : من مجتهد ؟ - كم علما في صدرك Contoh ma ta'ajjubiyyah : ما أحسن العلم Contoh kam khobariyyah : كم مأثرة لك
· Nakiroh Mufidah tersebut berfaidah do'a terhadap kebaikan atau kejelekan. Contoh do'a kebaikan : سلام عليكم. Contoh do'a kejelekan : ويل للمطففين
· Nakiroh Mufidah tersebut pengganti maushuf. Contoh : عالم خير من جاهل. أي : رجل عالم. ضعيف عاذ بقرملة.
· Nakiroh Mufidah tersebut terletak pada awal jumlah haliyyah yang diikat oleh wau atau yang lainnya. Contoh :سَرَيْنا ونَجْمٌ قَدْ أَضاءَ، فَمُذْ بَدا مُحيَّاكَ أَخفَى ضَوْؤُهُ كُلَّ شارِقِ- الذِّئبُ يَطرُقُها في الدَّهرِ واحدةً وكُلَّ يَوم تَراني مُدْيَةٌ بِيدي
· Yang dimaksud oleh Nakorih Mufidah tersebut adalah tanwi', maksudnya adalah rincian dan pembagian. Contoh seperti ucapan Imroul Qois *فأَقبَلْتُ زَحْفاً على الرُّكْبَتَيْنِ * فَثَوْبٌ لَبِسْتُ، وثَوْبٌ أَجُرّ* - *فيومٌ عَلَيْنا، ويومٌ لَنا * ويَوْمٌ نُساءُ، ويَوْمٌ نُسَرُّ*
· Nakiroh Mufidah tersebut athof kepada Ma'rifat atau Ma'rifat athof kepadanya. Contoh Nakiroh Mufidah yang athof : خالدٌ ورجلٌ يتعلمان النحو Contoh Ma'rifat yang athof : رجلٌ وخالدٌ يتعلمانِ البيانَ
· Nakiroh Mufidah tersebut athof kepada nakiroh maushufah, atau nakiroh maushufah athof kepadanya. Contoh Nakiorh Mufidah yang athof : قولٌ معروفٌ ومغفرة خيرٌ من صدقة يَتبعُها أذىً Contoh nakiroh maushufah yang athof : طاعةٌ وقولٌ معروف
· Yang dimaksud oleh Nakiroh Mufidah tersebut adalah hakikat suatu jenis, bukan suatu hal. Contoh : "ثمرةٌ خيرٌ من جَرادة" و "رجلٌ أقوى من امرأة"
· Nakiroh Mufidah tersebut terletak sebagai jawaban. Contoh lafadz "رجلٌ" pada jawaban orang yang bertanya "siapa yang ada disisimu ?"
·
c. Mubtada boleh dibuang jika ada dalil. Contoh, "كيف سعيدٌ؟" maka jawabannya adalah "مجتهدٌ"maksudnya هو مجتهد contoh lainnya yaitu firman Allah swt {من عَملَ صالحاً فلِنفسه، ومن أساءَ فعلَيها} وقوله {سُورةٌ أنزلناها}. Taqdir pada ayat pertama yaitu "فعمله لنفسه، وإساءته عليها" maka dengan demikian, mubtadanya adalah العمل والإساءة dan jar yang muta'allaq kepada khobarnya itu dibuang. Taqdir pada ayat kedua yaitu : "هذه سورة"
d. Mubtada wajib dibuang pada empat tempat, yaitu :
· Jika jawab qosam menunjukan kepadanya. Contoh : "في ذِمَّتي لأفعلنَّ كذا"، أي في ذِمَّتي عَهدٌ أو ميثاقٌ.
· Jika khobarnya mashdar sebagai pengganti dari fi’ilnya. Contoh : "صبرٌ جميلٌ" و "سمعٌ وطاعةٌ"، أي صَبري صبرٌ جميلٌ، وأمري سمعٌ وطاعةٌ.
· Jika khobar makhsus dengan madh atau dzam setelah نعم, بئس yang diakhirkan dari keduanya. Contoh : نعمَ الرجلُ أبو طالبٍ، وبِئسَ الرجلُ أبو لَهبٍ، فأبو، في المثالينِ، خبرٌ لمبتدأ محذوفٍ تقديرُهُ "هوَ"
· Jika khobar pada asalnya na’at, diputuskan dari kena’atannya ketika dihadapkan pada pujian, celaan dan kasih sayang. Contoh : "خُذُ بيدِ زهيرٍ الكريمُ" و "دَعْ مجالسةَ فلانٍ اللئيمُ" و "احسِنْ الى فلانٍ المسكينُ".
·
e. Pada asalnya Mubtada itu mendahului Khobar. Terkadang, Khobar wajib mendahului Mubtada, dan terkadang boleh dua-duanya.
3. Klasifikasi Mubtada
Mubtada terbagi kepada tiga bagian, yaitu :
a. Shorih, contoh : "الكريمُ محبوبٌ"
b. Dhomir Munfashil, contoh : "أنتَ مجتهد" "
c. Muawwal, contoh : "وأن تَصوموا خيرٌ لكمْ"، ونحو {سَواءٌ عليهم أأنذَرتهُمْ أم لم تُنذِرهمْ}، ومنهُ المثَلُ "تَسمعُ بالمُعَيديّ خيرٌ من أن تراه".
4. Hukum-hukum Khobar Mubtada
Khobar Mubtada memiliki tujuh hukum, yaitu :
a. Wajib Rofa'
b. Pada asalnya Khobar Mubtada itu nakiroh musytaq, terkadang jamid. Contoh : هذا حجر
c. Wajib sesuai dengan mubtada dalam hal mufrod, mutsana, jama’, mudzakar dan muanats
d. Boleh dibuang jika ada dalil. Contoh : "خرجتُ فاذا الأسدُ"، أي فاذا الأسدُ حاضرٌ engkau mengatakan, "مَن مجتهدٌ؟" فيقالُ في الجواب "زُهيرٌ" أي "زهيرٌ مجتهدٌ"، ومنه قوله تعالى {أُكلُها دائمٌ وظِلُّها} أي وظلُّها كذلك.
e. Wajib dibuang pada empat tempat, yaitu :
1. Menunjukan kepada shifat muthlaq, maksudnya : menunjukan kepada keadaan yang umum. Hal itu pada dua masalah, pertama : sifat tersebut berkaitan dengan dzhorof atau jar majrur. Contoh : "الجنة تحتَ أقدامِ الأمَّهاتِ" و "العلمُ في الصّدورِ". Kedua : terletaka setelah لولا أو لوما contoh : "لولا الدِّينُ لهَلَكَ النَّاسُ"، و "لوما الكتابةُ لضاعَ أكثرُ العلمِ". Jika sifatnya mufidah (menunjukan kepada keadaan yang khusus, seperti lafadz المشي والقعود والركوب والأكل والشرب ونحوها maka wajib disebut jika tidak ada dalil yang menunjukan. Contoh : "لولا العدو سالمنا ما سلم" ونحو "خالد يكتب في داره، والعصفور مفرد فوق الغصن" ومنه حديث "لولا قومك حديثو عهد بكفر لبنيت الكعبة على قواعد ابراهيم" jika ada dalil yang menunjukan atasnya, maka boleh dibuang atau disebut. Contoh : "لولا أنصاره لهلك". أو "لولا أنصاره حموه لهلك"، ونحو "علي على فرسه" أو "علي راكب على فرسه".
2.
f. Boleh berbilang dan mubtadanya Satu
g. Pokok asal pada khobar diakhirkan dari mubtada, dan terkadang mendahuluinya itu boleh atau wajib
5. Khobar Mufrod
6. Khobar Jumlah
7. Wajib mendahulukan Mubtada
8. Wajib mendahulukan Khobar
9. Mubtada Shifat
D. Fi’il Naqish
1. Pengertian Fi’il Naqish
Fi'il naqish adalah fi'il yang masuk pada mubtada dan khobar, merofa'kan yang pertama sebagai bentuk penyerupaan dengan fa'il dan menashabkan yang kedua sebagai bentuk penyerupaan dengan maf'ul. Contoh : كان عُمرُ عادلاً mubtada setelah dimasuk fi'il naqsih disebut isimnya, dan khobar disebut khobarnya.
Fi'il-fi'il tersebut dinmaia fi'il naqish karena kalam yang sempurna tidak sempurna hanya dengan marfu' saja, tetapi mesti dengan menyebutkan masnhubnya untuk menyempurnakan kalam. Manshubnya itu bukan fadhlah, tetapi umdah, karena pada asalnya ia itu adalah khobar mubtada. Hanya saja ia dimanhubkan karena menyerupai fadhlah, berbeda dengan fi'il-fi'il tam, karena kalam terikat dengan disebutnya marfu' sedangkan manshubnya adalah fadhlah, yang keluar dari hakikat tarkib.
2. Klasifikasi Fi’il Naqish
Fi'il naqish itu terbagi kepada dua bagian, yaitu كان dan saudara-saudaranya dan كاد dan saudara-saudaranya. Dan fi'il-fi'il ini dinamai af'al muqorobah.
a. كانdan saudara-saudaranya
كان dan saudara-saudaranya yaitu : كان وأمسى وأصبحَ وأضحى وظلَّ وباتَ وصارَ وليسَ وما زالَ وما انفكَّ وما فَتيءَ وما بَرِحَ وما دامَ. Terkadang lafadz آض ورجَعَ واستحال وعادَ وحارَ وارتدَّ وتَحوَّل وغدا وراحَ وانقلبَ وتَبدَّل itu bermakna صار maka, jika maknanya datang seperti itu hukumnya sama dengan صار.
1. Makna-makna كان dan saudara-saudaranya
ü كان mensifati musnad ilaih dengan musnad pada waktu yang lampau. Terkadang pensifatannya itu secara tetap jika terdapat qorinah, seperti firman Allah وكانَ اللهُ عليماً حكيماً yaitu Allah terus menerus tetap Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.
ü أمسى mensifat musnad ilah dengan musnad pada waktu sore
ü أصبح mensifati musnad ilaih dengan musnad pada waktu pagi
ü أضحى mensifati musnad ilaih dengan musnad pada waktu dhuha
ü ظلّ mensifati musnad ilaih dengan musnad pada waktu siang
ü بات mensifati musnad ilaih dengan musnad pada waktu malam
ü صار dan yang semakna dengannya bermakna menjadi
ü ليس bermakna meniadakan keadaan sekarang. Ia dikhususkan untuk meniadakan keadaan sekarang, kecuali jika ditaqyid dengan sesuatu yang bermakna lampau atau akan datang maka maknanya itu disesuaikan denga taqyidnya. Contoh : ليس عليَّ مُسافراً أمسِ أو غداً ليس itu adalah fi'il madhi yang bermakna meniadakan (naïf) yang dikhususkan untuk isim. ليس itu adalah fi'il yang menyerupai dengan huruf. Dan seandainya ia tidak menerima tanda fi'il seperti : ليستْ وليسا وليسوا ولسنا ولسن pasti kami tetapkan kehurufannya.
ü ما زال وما انفكَّ وما فتيءَ وما برحَ adalah tetapnya musnad untuk musnad ilaih. Jika kamu katakana ما زالَ خليلٌ واقفاً maka maknanya adalah tetapnya berhenti pada waktu yang lalu
ü ما دام adalah terus menerusnya sifat musnad ilah pada musnad. Makna firman Allah : وأوصاني بالصلاة والزكاةِ ما دُمتُ حياً maknanya adalah ia mewasiatkan kepadaku shalat dan zakat sepanjang hayatku.
Terkadang lafadz كان وأمسى وأصبح واضحى وظلَّ وبات itu bermakna صار jika ada qorinah yang menunjukan bahwa yang dimaksud bukan mensifati musnad ilaih dengan musnad pada waktu tertentu sebagimana yang ditunjukan oleh fi'il-fi'il tersebut. Diantaranya yaitu firman Allah : {فكان من المُغرَقينَ} أي صار، وقوله {فأصبحتم بنعمتهِ إخواناً}، أي صرتم، وقوله {فظلتْ أعناقُهم لها خاضعين}، أي صارت، وقوله {ظلَّ وجهُهُ مسوداً}، أي صار
2. Syarat-syarat sebagian saudara كان
3. Klasifikasi كان dan saudara-saudaranya
4. Tamnya كان dan saudara-saudaranya
5. Hukum-hukum isim dan khobar كان
6. Hukum-hukum isim dan khobar كان dalam taqdim dan takhir
7. Kekhususan-kekhususan كان
8. Khususiyah كان dan ليس
b. كادdan saudara-saudaranya atau Af’aalul Muqorobah
1. Pengertian
2. Klasifikaasi كاد dan saudara-saudaranya
3. Syarat-syarat khobar كاد dan saudara-saudaranya
4. Khobar yang disertai أن
5. Hukum khobar yang disertai أن dan tidak disertai أ
6. Muttashorrif dan ghoer muttashorrif pada Fi’il-Fi’il ini
7. Kekhususan-kekhususan عسى, اخلولق, أوشك
E. Huruf-huruf yang serupa dengan ليسdalam beramal
1. ما yang serupa dengan ليس
2. لا yang serupa dengan ليس
3. لات yang serupa dengan ليس
4. ان yang serupa dengan ليس
F. Huruf-huruf yang serupa dengan fi’il
1. Hukum huruf-huruf yang serupa dengan fi’il
2. Makna huruf-huruf yang serupa dengan fi’il
3. Khobar mufrod, jumlah dan syabih bil jumlah
4. Membuang khobar huruf-huruf yang serupa dengan fi’il
5. Mendahulukan khobar huruf-huruf yang serupa dengan fi’il
6. Lam taukid setelah ان yang dikasroh
7. Syarat-syarat sesuatu yang disertai Lam taukid
8. Penjelasan tentang Lam ibtida
9. ما al-Kaffah setelah huruf-huruf yang serupa dengan fi’il
10. Athaf pada isim-isim huruf-huruf yang serupa dengan fi’il
11. ان yang dikasroh dan difathah
12. Tempat-tempat wajibnya ان yang dikasroh hamzahnya
13. Tempat-tempat wajibnya ان yang difathah hamzahnya
14. Tempat-tempat bolehnya ان dikasroh dan difathah hamzahnya
15. Takhfi pada ان ان كأن لكن
16. ان yang ditakhfif yang dikasroh
17. ان yang ditakfif yang difathah
18. كأن yang ditakhfif
19. لكن yang ditakhfif
G. لا Nafiyah lil jinsi
1. Pengertian لا nafiyah lil jinsi
2. Amal لا nafiyah lil jinsi dan syarat amalnya
3. Pembagian isim لا nafiyah lil jinsi dan hukum-hukum isimnya
4. Hal ihwal isim dan khobar لا
5. Hukum-hukum لا apabila diulang-ulang
6. Hukum-hukum na’at isim لا
kalo boleh tau referensi nya dari mana ya??? soalnya belum smua diterangin di sini.. cuma ada abjad nya aza,,,, thanks
BalasHapus