MUQODIMAH
- Bahasa Arab dan Ilmu-Ilmunya
- Pengertian Bahasa (Lughoh) dan Bahasa Arab (Lughoh ‘Arobiyah)
Bahasa adalah lafadz-lafadz yang diungkapkan oleh suatu kaum untuk menyampaikan maksud-maksud mereka. Bahasa di dunia sangat banyak, berbeda dari segi lafadz sama dari segi makna. Maksudnya makna yang satu yang diungkapkan oleh isi hati manusia adalah satu, akan tetapi tiap-tiap kaum mengungkapkan lafadz yang berbeda.
Bahasa Arab adalah kalimat- kalimat yang diungkapkan oleh orang Arab untuk menyampaikan tujuan-tujuan mereka. Bahasa Arab sampai kepada kita melalui periwayatan, Alquran, Hadits dan juga diriwayatkan oleh ahli bahasa melalui prosa dan puisi mereka.
- Pengertian ‘Ulumul ‘Arobiyah dan Macam-macamnya
Ketika orang-orang Arab merasa takut hilangnya bahasa Arab setelah mereka bergaul dengan orang-orang asing, maka mereka menyusun kamus-kamus dan menetapkan beberapa qaidah untuk memelihara bahasa Arab dari kesalahan, dan qaidah-qaidah ini dinamai Ulumul Arobiyyah.
Ulumul Arobiyyah yaitu ilmu-ilmu yang menjadi perantara untuk menjaga lisan dan tulisan dari kesalahan. ‘Ulumul Arobiyyah terdiri dari 13 ilmu yaitu:
1. Shorof
2. I’rob (Keduanya ini dinamai Nahwu)
3. Rosm
4. Ma’ani
5. Bayan
6. Badi’
7. Arudh
8. Qowafi
9. Qordhu Syi’ri
10. Insya
11. Khitobah
12. Tarikh Adab
13. Matan Lughoh
- Pengertian Shorof dan Pokok Pembahasannya
Perlu diketahui bahwa kalimat-kalimat bahasa Arab terbagi kepada dua keadaan yaitu, keadaan ifrod (terpisah) dan keadaan tarkib (tersusun). Pembahasan ifrod untuk mengetahui atas suatu wazan yang khusus dan keadaan yang khusus, dan inilah yang menjadi objek kajian ilmu shorof. Sedangkan pembahasan tarkib untuk mengetahuhi akhir suatu kalimat yang sesuai dengan ketentuan manhaj ucapan orang Arab yaitu berupa rofa’, nashab, jar, jazm atau tetapnya dalam suatu keadaan tanpa adanya perubahan, dan inilah yang menjadi objek kajian ilmu I’rob. Apa yang dimaksud ilmu shorof dan I’rob itu.
Ilmu Shorof yaitu suatu ilmu yang membahas tentang qaidah-qaidah untuk mengetahui shighoh-shighoh berbagai kalimat Arab dan keberadaannya yang bukan i’rob dan bukan pula bina. Ilmu Shorof membahas tentang berbagai kalimat dari segi lahirnya kalimat itu yang berupa tashrif, i’lal, idghom, dan ibdal. Dengan Ilmu Shorof, kita dapat mengetahui kepastian bentuk suatu kalimat sebelum tersusun dalam suatu jumlah atau kalam. Yang menjadi objek kajian ilmu shorof ini yaitu isim mutamakin (mu’rob) dan fi’il mutashorif, dan ilmu ini tidak membahas isim mabni, fi’il jamid dan huruf.
Pada awalnya ilmu shorof merupakan bagian dari ilmu nahwu. Ilmu nahwu yaitu ilmu yang membahas hal ihwal kalimat-kalimat berbahasa Arab baik itu mufrod atau murakkab. Ilmu shorof merupakan ilmu bahasa Arab yang paling penting, karena sebagai pegangan dalam menentukan bentu-bentuk kalimat, tashgir dan nisbah suatu kalimat, menentukan qiyasi, sima’i dan syadznya suatu kalimat dan juga mengetahui kalimat yang berbentuk i’lal, idghom, dan ibdal serta pokok-pokok yang lainnya yang wajib diketahui oleh kalangan ahli sastra.
- Pengertian Irob dan Pokok Pembahasannya
Ilmu i’rob yang sekarang lebih populer dengan sebutan ilmu nahwu yaitu ilmu tentang qaidah-qaidah untuk mengetahui hal ihwal berbagai kalimat berbahasa Arab dari segi I’rob dan bina. Maksudnya dari segi lahirnya kalimat itu dalam susunan. Dengan ilmu I’rob kita dapat mengetahui kepastian akhir suatu kalimat berupa rofa’, nasab, jar, jazm atau tetap dalam suatu keadaan setelah kalimat itu tersusun dalam suatu jumlah. Mengetahui ilmu ini merupakan hal yang urgen bagi yang menekuni kitabah, khithobah dan pelajaran sastra Arab.
- Kalimat dan Pembagiannya
- Pengertian dan Pembagian Kalimat
Kalimat adalah suatu lafadz yang menunjukan kepada suatu arti. Kalimat terbagi kepada tiga yaitu: isim, fi’il dan huruf.
- Pengertian dan Ciri Isim
Isim adalah kalimat yang memiliki suatu makna yang tidak disertai waktu. Untuk menentukan kalimat isim dapat diketahui dari ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut:
- Ta, alif dan wau yang bersambung dengan kalimat fi’il
- Alif lam
- Tanwin
- Huruf nida
- Huruf Jar
- Pengertian dan Pembagian Tanwin
Tanwin merupakan salah satu ciri isim. Dalam pembahasannya tanwin dibahas secara rinci. Tanwin adalah nun yang bersukun sebagai tambahan yang secara lafadz bersambung dengan akhir kalimat isim dan secara tulisan dan kenyataan berpisah dengan ismi. Tanwin terbagi kepada tiga, yaitu:
- Tanwin Tamkin atau Tanwin Shorof
Tanwin tamkin yaitu tanwin yang bersambung dengan isim-isim mu’rob yang mutashorrif.
- Tanwin Tankir
Tanwin Tankir yaitu tanwin yang beranbung dengan sebagian isim-isim mabni, seperti isim fi’il dan isim alam yang di akhiri oleh ويه , sebagai pembeda antara ma’rifat dan nakiroh. Isim yang pakai tanwin nakiroh, sedangkan isim yang tidak pakai tanwin ma’rifat. Contoh : ايه, ايهٍ, صه, صهٍ, مه, مهٍ
مررت بسبويهٍ أخر . Jika lafadz Sibawaih tidak pakai tanwin, maka itu ma’rifat, yang dimaksud adalah Sibawaih ahli nahwu. Sedangkan jika lafadz Sibawaih pakai tanwin, maka itu nakiroh, yang dimaksud adalah seseorang yang bernama Sibawaih.
Ketika kita mengatakan صَهْ , maka yang diminta kepada mukhotob itu adalah diam dari pembicaraan yang sedang dibicarakan. Jika kita mengatakan مَهْ maka kita meminta kepada mukhotob agar ia berhenti dari perbuatan yang sedang dilakukan. Jika kita mengatakan اِيْهْ maka kita meminta kepada mukhotob agar menambah dari pembicaraan yang sedang dibicarakan kepada kita. Akan tetapi, jika kita mengatakan صَهٍ, مَهٍ, اِيْهٍ dengan pakai tanwin, maka kita meminta kepada mukhotob agar ia diam dari semua yang pembicaraan, berhenti dari segala perbuatan dan meminta tambahan dari ucapan yang mana saja.
- Tanwin ‘Iwadh
Tanwin ‘Iwadh terbagi kepada tiga macam yaitu:
1. Tanwin Iwadh dari mufrod, yaitu tanwin yang bersambung dengan lafadz كُلاًّ, بَعْضاَ, أَياً sebagai pengganti dari mudhof ilaih yang dibuang. Contoh : كُلٌّ يَمُوْتُ yang dimaksud adalah كُلٌّ اِنْسَانٍ . Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
2. Tanwin Iwadh dari Jumlah, yaitu tanwin yang bersmbung dengan lafadz اِذْ sebagai pengganti dari jumlah yang disebut sebelumnya. Contoh seperti firman Allah:
3. Tanwin Iwadh dari huruf, yaitu tanwin yang bersambung dengan isim-isim manqush yang mamnu’ dari shorof dalam keadaan rofa’ atau jar, sebagai pengganti dari akhirnya yang dibuang. Contoh: جوارٍ, غواشٍ, عوادٍ, أعيمٍ, راجٍ dan yang lainnya yang dari setiap isim manqush yang mamnu’ dari shorof. Tanwinnya itu bukan tanwin shorof seperti yang terdapat pada isim-isim mutashorif, karena isim-isim itu terhalang dari shorof, tanwin iwadh dari shorof itu hanya sebagai ganti dari ‘ya’ yang dibuang. Asalnya yaitu : جواري, غواشي, عوادي, أعيمي, راجي . Adapun jika isim tersebut dalam keadaan nashab, maka isim itu menggunakan ‘ya’ dan dibaca manshub tanpa tanwin. Contoh : دفعتُ عنك عواديَ, أكرمتُ أعيميَ فقيرا, علّمت الفتاة راجيَ
- Pengertian dan Pembagian Fi’il
Fi’il adalah kalimat yang menunjukan kepada suatu makna yang disertai denga waktu. Contoh : جاء, يجيء, جيئ Untuk mengetahui kalimat fi’il, maka dapat dilihat dari ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut:
1. Didahului قد, س, سوف
2. Bersambung dengan ‘ta’ ta’nits sakinah
3. Bersambung dengan dhomir yang kedudukannya sebagai fa’il
4. Bersambung dengan nun taukid
- Pengertian dan Pembagian Huruf
Huruf adalah kalimat yang memiliki makna bersama dengan kalimat lain, seperti هل, في, لم, على, انّ, من Huruf tidak memiliki ciri yang dapat membedakan dengan kalimat lain, hal ini berbeda dengan isim dan fi’il yang memiliki ciri yang dapat membedakan dengan yang lainnya. Huruf terbagi kepada tiga bagian yaitu :
1. Huruf yang khusus untuk isim, seperti huruf jar dan huruf-huruf yang menasabkan isim dan merofa’kan khobar
2. Huruf yang khusus untuk fi’il, seperti huruf nasab
3. Huruf yang bisa untuk isim dan fi’il, seperti huruf athof dan huruf istifham
- Macam-Macam Murokkab dan I’robnya
- Pengertian dan Pembagian Murokkab
Murakkab adalah ungkapan yang tersusun dari dua kalimat atau lebih untuk memberi faidah, baik itu faidah secara sempurna atau faidah secara naqish. Murakkab terbagi kepada enam macam yaitu :
1. Murakkab Isnadi
2. Murakkab Idhofi
3. Murakkab Bayani
4. Murakkab ‘Athfi
5. Murakkab Mazji
6. Murakkab ‘Adadi
- Pengertian dan Rukun Murakkab Isnadi / Jumlah serta Pengertian Kalam
Isnad adalah menetapkan sesuatu terhadap sesuatu, seperti menetapkakn Zuhair terhadap Ijtihad pada ungkapan زهير مجتهد Mahkum bih (mujtahid) disebut musnad, dan mahkum’alaih (Zuhair) disebut musnad ilaih. Musnad adalah sesuatu yang ditetapkan terhadap yang lain, sedangkan musnad ilaih adalah sesuatu yang dijadikan ketetapan oleh yang lain.
Murakkab Isnadi atau Jumlah yaitu murakkab yang tersusun dari musnad dan musnad ilaih. Contoh : Kesabaran itu indah : الحلم زين orang yang berijtihad akan beruntung : يفلح المجتهد . Lafadz الحلم adalah Musnad ilaih karena lafadz tersebut dijadikan sandaran dan ketetapan oleh lafadz زين , sedangkan lafadz زين adalah musnad karena lafadz itu disandarkan dan ditetapkan kepada الحلم . Dan pada contoh kedua lafadz يفلح adalah musnad karena disandarkan kepada المجتهد , sedangkan lafadz المجتهد adalah musnad ilah
Yang termasuk kategori musnad ilaih yaitu sebagai berikut :
- Fa’il
- Naibul Fa’il
- Mubtada
- Isim Fi’il Naqish (isim كان dan saudara-saudaranya)
- Isim huruf-huruf yang beramal seperti amal ليس
- Isim انّ dan saudara-saudaranya
- Isim لا nafiyah lil jinsi
Yang termasuk kategori musnad yaitu sebagai berikut :
- Fi’il
- Isim Fi’il
- Khobar Mubtada
- Khobar Fi’il Naqish ( Khobar كان dan saudara-saudaranya)
- Khobar huruf-huruf yang beramal seperti amal ليس
- Khobar انّ dan saudara-saudaranya
Kalam yaitu jumlah mufidah yang memiliki makna yang sempurna. Contoh : رأس الحكمة مخافة الله , فاز المتقون , من صدق نجا . Jika jumlah tersebut tidak memiliki faidah makna yang sempurna maka tidak dinamai kalam, contoh ان تجتهد في عملك Jumlah ini faidahnya tidak sempurna, karena jawab syarat pada jumlah tersebut tidak disebut dan tidak diketahui, oleh karena itu jumlah tersebut bukan kalam. Tetapi jika jawab syaratnya disebut maka menjadi kalam, yaitu : ان تجتهد في عملك تنجح
- Pengertian Murokkab Idhofi
Murokkab Idhofi yaitu murakkab yang tersusun dari mudhof dan mudhof ilaih, contoh : كتاب التلميذ, خاتم فضة, صوم النهار . Hukum bagi lafadz yang kedua yaitu mudho ilaih, selamanya dibaca majrur.
- Pengertian dan Pembagian Murokkab Bayani
Murakkab Bayani yaitu setiap dua kalimat yang kedua dari kalimat itu menjelaskan makna yang pertama. Murakkab Bayani terbagi kepada tiga bagian :
- Murakkab Washfi, yaitu murakkab yang tersusun dari sifat dan mausuf.
Contoh : فاز التلميذ المجتهد
- Murakkab Taukidi, yaitu murakkab yang tersusun dari muakkaid dan muakkad. Contoh : أكرمتُ القوم كلهم
- Murakkab Badali, yaitu murakkab yang tersusun dari badal dan mubdal minhu. Contoh : مررتُ بخليل أخيك
Hukum bagian yang kedua (tabi’) pada murakkab bayani mengikuti kepada I’rob sebelumnya (matbu’).
- Pengertian Murokkab ‘Athfi
Murakkab ‘Athfi yaitu murakkab yang tersusun dari ma’thuf dan ma’thuf ‘alaih dengan perantara huruf athof diantara keduanya. Contoh : فاز أحمد و محمود . Hukum I’rob setelah huruf ‘athof (ma’thuf) mengikuti kalimat sebelumnya (ma’thuf ‘alaih).
- Pengertian Murokkab Majzi
Murakkab Majzi yaitu setiap dua kalimat yang disusun dan dijadikan menjadi satu kalimat. Contoh : بعلبك, بيت لحم, حضر موت, سيبويه, صباح مساء, شذر مذر.
Jika Murakkab Majzi itu berbentuk alam, maka I’robnya seperti isim la yan shorif. Contoh : سكنتُ بيت لحم, سافرتُ الى حضر موت.
Kecuali jika kalimat kedua dari isim alam itu berakhiran ويه , maka kalimat itu selamanya mabni atas kasroh. Contoh : رأيتُ سبويه عالما كبيرا, قرأتُ كتاب سبويه.
Dan jika murakkab majzi itu bukan isim alam, maka kedua kalimat itu mabni atas fathah. Contoh : زرني صباح مساء, أنت جاري بيت بيت.
- Pengertian dan Ketentuan Murakkab ‘Adadi
Murakkab ‘Adadi itu merupakan bagian dari Murakkab Majzi, yaitu setiap dua bilangan yang diantara keduanya itu ada huruf athof yang muqoddar. Bilangan yang dimaksud yaitu dari 11 sampai 19. Adapun jika bilangan itu dari 20 sampai 99, maka itu bukan Murakkab ‘Adadi karena huruf athofnya disebut, akan tetapi bilangan tersebut termasuk Murakkab ‘Athfi.
Dalam Murakkab ‘Adadi, kedua bilangannya wajib fathah baik dalam keadaan marfu’ seperti جاء أحدَ عشرَ رجلا manshub seperti رأيتُ أحد عشر كوكبا ataupun majrur seperti أحسنتُ الى أحد عشر فقيرا maka ketika itu keadaanya mabni fathah atas dua bagian bilangan itu marfu’, manshub dan majrur secara mahal. Akan tetapi hal itu dikecualikan pada bilangan 12 yaitu اثني عشر lafadz pertama (اثني ) di I’rob dengan I’rob mutsanna yaitu rofa’ dengan alif seperti جاء اثنا عشر nasab dan jar dengan ya seperti
أكرمتُ اثنتي عشرة فقيرا باثني عشر درهما sedangkan ladadz kedua (عشر ) itu mabni fathah dan la mahalla lahu minal I’rob, maka lafadz tersebut menempati nun dari mutsanna.
Jika ‘adad yang tersusun dari bilangan sepuluh menggunakan wazan فاعل seperti الحادي عشر sampai التاسع عشر maka itu juga mabni atas fathah pada dua bagian bilangan itu, seperti جاء الرابع عشر, رأيتُ الرابعة عشْرةَ, مررتُ بالخامس عشر . kecuali bilangan yang pertamanya diakhiri dengan ya, maka bagian pertamanya itu mabni atas sukun, seperti جاء الحادي عشر والثاني عشر, رأيتُ الحادي عشر والثاني عشر, مررتُ بالحادي عشر و الثاني عشر.
- Hukum ‘Adad bersama Ma’dud
Jika adadnya satu dan dua, maka disesuaikan dengan ma’dudnya, jika ma’dud mudzakar adad di mudzakarkan dan jika ma’dud muanats maka adadnya pun dimuanatskan. Contoh : رجل واحد, امرأة واحدة, رجلان اثنان, امرأة اثنتان.
أحد itu seperti واحد , contoh, أحد الرجال, احدى النساء
Jika adadnya dari tiga sampai 10, maka adad dimuanatskan jika mad’dudnya mudzakar, dan adad dimudzakarkan jika ma’dud muanats. Contoh : ثلاثة رجال, ثلاثة أقلام, ثلاث نساء, ثلاث أيد . Jika bilangan sepuluh murakkab maka ia harus sesuai dengan ma’dudnya, di mudzakarkan jika ma’dud mudzakar dan di muanatskan jika ma’dud muanats, seperti : ثلاثة عشر رجلا, ثلاث عشرة امرأة.
Jika adad menggunakan wazan فاعل maka mesti disesuaikan dengan ma’dud secara mufrod atau murokkab. Contoh : الباب الرابع, الباب الرابع عشر, الصفحة العاشرة, الصفحة التاسعة عشرة. .
ش pada lafadz عشرة dan عشر di fathah jika ma’dud mudzakar, dan di sukun jika ma’dud muanats. Contoh : عشَرةَ رجال, أحد عشر رجالا, عشْر نساء, احدي عشرة امراة
- I’rob dan Bina
Jika berbagai kalimah tersusun dalam suatu jumlah, maka kalimah-kalimah itu ada yang berubah dengan kedudukan yang berbeda karena berbedanya amil yang mendahului kalimat itu, dan ada juga kalimah yang tidak berubah walaupun sebelumnya di dahului oleh amil. Yang berubah disebabkan di dahului oleh amil disebut Mu’rob, dan yang tidak berubah walaupun di dahului amil disebut Mabni.
- Pengertian I’rob, Bina, Mu’rob dan Mabni
- I’rob adalah bekas yang dipengaruhi oleh amil pada akhir kalimah. Maka akhir kalimah itu bisa marfu’, manshub, majrur atau majzum tergantung tuntutan amil yang mendahuluinya.
- Bina adalah tetapnya akhir kalimah dalam satu keadaan walaupun didahului oleh amil yang berbeda beda. Maka amil yang berbeda beda itu tidak mempengaruhi pada kalimah mabni.
- Mu’rob adalah kalimah yang berubah akhirnya disebabkan perubahan amil-amil yang mendahuluinya. Seperti kalimat السماء, الأرض, الرجل, يكتب.
- Mabni adalah kalimah yang tetap akhirnya pada satu keadaan, ia tidak berubah walupun berubahnya amil-amil yang mendahuluinya. Seperti kalimah هذه, أين,كتب, أُكتب.
- Klasifikasi Mu’rob dan Mabni.
- Yang termasuk kalimah mu’rob yaitu :
- Fi’il Mudhore yang tidak bersambung dengan dua nun inats dan nun taukid
- Semua isim kecuali isim mabni yang sepuluh
- Yang termasuk kalimah mabni yaitu :
1. Semua huruf
2. Fi’il madhi dan fi’il amr
3. Fi’il mudhore yang bersambung dengan dua nun taukid dan nun inats.
4. Sebagian isim (jumlahnya ada 10)
Pokok asal pada huruf dan fi’il itu bina, sedangkan pokok asal pada isim itu i’rob.
- Macam-Macam Bina
Macam-macam bina ada empat, yaitu :
- Sukun, seperti أُكتب, لم ungkapannya مبني على السكون
- Dhomah, seperti حيث, كتبوا ungkpannya مبني على الفتح
- Fathah, seperti كتب, أين ungkapannya مبني على الفتح
- Kasroh, seperti هؤلاء, بِ ungkapannya مبني على الكسرة
Pengetahuan tentang mabni pada isim dan huruf di dasarkan kepada mendengar dan periwayatan yang shohih. Isim dan huruf itu ada yang mabni atas dhomah, fathah, kasroh dan sukun. Tidak ada qaidah yang tetap untuk mengetahui kalimah mabni.
- Macam-Macam I’rob
I’rob ada empat macam, yaitu rofa’, nasab, jar dan jazm. Mu’rob dapat terjadi pada fi’il dan isim. Mu’rob pada fi’il ada tiga yaitu rofa’, nasab dan jazm. Contoh : يكتبُ, لن يكتبَ, لم يكتبْ . Mu’rob pada isim juga ada tiga yaitu rofa’, nasab dan jar. Contoh : العلم نافع, رأيتُ العلم نافعا, اشتغلتُ باالعلم النافع
Berdasrkan hal ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa rofa’ dan nasab dapat terjadi pada fi’il dan isim, jazm khusus pada fi’il mu’rob dan jar khusus pada isim mu’rob.
- Alamat-Alamat I’rob
Alamat i’rob ada tiga yaitu harokat, huruf dan hadzf (dibuang).
- Harokat ada tiga yaitu dhomah, fathah dan kasroh
- Huruf ada empat yaitu alif, nun, wau dan ya
- Hadzf (dibuang) ada tiga yaitu dibuang harokat (sukun), dibuang akhir dan dibuang nun.
- Alamat Rofa’
Alamat rofa’ ada empat yaitu
- Dhomah (ُ ) يُحبُّ الصادقُ
- Wau (و ) أفلح المؤمنون
- Alif ( أ) يكرم التلميذان المجتهدان
- Nun (ن ) تنطقون بالصدق
- Alamat Nasab
Alamat nasab ada lima yaitu
- Fathah (َ ) جانب الشر فتسلم
- Alif (أ ) أعط ذا الحق حقه
- Ya (ي ) يحب الله المتقين
- Kasroh (ِ ) أكرم الفتيات المجتهدات
- Dibuang nun لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون
- Alamat jar
Alamat jar ada tiga yaitu
- Kasroh (ِ ) تمسك بالفضائل
- Ya (ي ) تقرب من الصادقين وانأ عن الكاذبين
- Fathah (َ ) أطع أمر أبيك
- Alamat jazm
Alamat jazm ada tiga yaitu
- Sukun (ْ ) منْ يفعلْ خيرا يجدْ خيرا
- Dibuang akhir (hadzful akhir) لا تدع الاّ الله
- Dibuang nun (hadzfun nun) قولوا خيرا تغنموا و اسكتوا عن شر تسلموا
- Mu’rob dengan Harokat dan Huruf
Isim-isim yang mu’rob terbagi kepada dua bagian yaitu di’irob dengan harokat dan di’irob dengan huruf. Yang termasuk isim yang mu’rob dengan harokat ada empat macam yaitu isim mufrod, jama’ taksir, jama’ muanats salim dan fi’il mudhore yang tidak bersambung dengan apapun. Semua isim-isim itu rofa’ dengan dhomah, nasab dengan fathah, jar dengan kasroh dan jazm dengan sukun. Kecuali pada isim ghoer munshorif, jar dengan fathah, jama’ muanats salim di nasab dengan kasroh dan fi’il mudhore mu’tal akhir di jazm dengan di buang akhir (hadzful akhir).
Yang termasuk isim mu’rob dengan huruf ada empat macam yaitu Mutsanna dan mulhaqnya, jama’ mudzakar salim dan mulhaqnya, isim-isim yang lima (asmaul khomsah) dan fi’il-fi’il yang lima (af’alul khomsah).
Isim-isim yang lima itu ialah أبو, أخو, حمو, فو,ذو
Fi’il-fi’il yang lima itu ialah setiap fi’il mudhore yang akhirnya bersambung dengan dhomir tastniyah, wau jama’ah dan ya muanats mukhotobah, seperti يذهبان, تذهبان, يذهبون, تذهبون, تذهبان. .penjelasan semua itu akan dibahas secara rinci pada pembahasan I’rob fi’il dan isim.
- Pembagian I’rob
I’rob terbagi kepada tiga macam, yaitu lafdzhi, taqdiri dan mahalli.
- I’rob lafdzhi
I’rob Lafdzi adalah jejak atau bekas yang tampak di akhir suatu kalimah yang disebabkan oleh amil. I’rob lafdzi terdapat pada kalimah-kalimah mu’rob yang bukan mu’tal akhir. Contoh : يكرم الأستاذ المجتهد.
- I’rob Taqdiri
I’rob Taqdiri adalah jejak atau bekas yang tidak tampak di akhir suatu kalimat yang disebabkan oleh amil, harokatnya muqoddaroh karena harokat itu tidak terlihat. I’rob taqdiri terdapat pada kalimat-kalimat mu’rob yang mu’tal akhir dengan alif, wau dan ya, mudhof kepada ya mutakallim, mahki (jika bukan jumlah), dan kalimat musamma bih dari kalimah-kalimah mabni atau jumlah.
- I'rob Mu'tal Akhir
Pada alif dikira-kira (taqdir) tiga harokat (fathah, kasroh dhommah) karena ta'adzdzur1. Contoh : يهوى الفتى الهدى للعلى . Adapun jika keadaan jazm maka alifnya dibuang karena jazm. Contoh : لم نخش إلاّ الله
Sedangkan pada wau dan ya, dikira-kira (taqdir) dhommah dan kasroh karena tsiqol2. Contoh : يقضي القاضي على الجاني – يدعو الداعي إلى النادي adapun jika dalam keadaan nashab, maka fathah tampak pada keduanya (wau dan ya) karena ringan. Contoh : لن أعصيَ القاضيَ – لن أدعوَ إلى غير الحق . Adapun jika dalam keadaan jazm maka wau dan ya dibuang karena jazm. Contoh : لن أقضِ بغير الحق – لا تدع إلاّ الله
- I'rob yang Mudhof kepada Ya Mutakallim
Isim yang mudhof kepada ya mutakallim (jika bukan maqshur, manqush, mutsanna dan jama' mudzakkar salim) di'irob rofa' dan nashab dengan dhommah dan fathah muqoddaroh diakhirnya, karena kasroh munasabah menghalangi tampak keduanya (dhommah dan fathah). Contoh : ربي الله – أطعتُ ربي . Adapun jika dalam keadaan jar, berdasarkan pendapat yang shohih, maka dii'rob dengan kasroh yang tampak (kasroh dzhohiroh) diakhirnya. Contoh : لزمتُ طاعة ربي . Ini merupakan pendapat sekelompol muahaqiq, diantaranya Ibnu Malik. Sedangkan jumhur memandang bahwa itu mu'robh dalam keadaan jar juga dengan kasroh muqoddaroh diakhirnya. Karena mereka memandang bahwa kasroh yang ada itu bukan ciri jar, akan tetapi kasroh tersebut adalah kasroh yang dituntut oleh ya mutakallim ketika bersambung dengan isim, dan kasrohnya itu muqoddaroh. Tidak ada pendorong pada takalluf ini.
Jika isim yang mudhof kepada ya mutakallim itu maqshur maka alifnya tetap pada keadaannya, dan dii'rob dengan harokat muqoddaroh pada alif sebagaimana di'irob sebelum bersambungnya dengan ya mutakallim. Contoh : هذه عصايَ – أمسكتُ عصاي – توكأت على عصاي
Jika isim yang mudhof kepada ya mutakallim itu manqush maka yanya diidghom pada ya mutakallim. Dan dii'rob pada keadaan nashab dengan fathah muqoddaroh pada yanya, karena sukun idghom menghalangi tampaknya ya itu.
- I'rob Mahki
- I'rob Musamma Bih
- I’rob Mahalli
- Pengertian I’rob Lafdzi dan Karakteristiknya (pada kalimat mu’rob ghoer mu’tal akhir)
- Pengertian dan Karakteristik I’rob Taqdiri (mu’rob mu’tal akhir, mudhof ya mutakallim, mahki, yusamma bih kalimat mabni atau jumlah)
- Pengertian dan Karakteristsk I’rob Mahki (Hikayat kalimat atau jumlah)
- Pengertian dan Karakteristik I’rob Mahalli
- Yang termasuk Kategori “la mahalla lahu minal I’rob” (huruf, fi’il amr, fi’il madhi yang tidak didahului adat syarat jazimah, isim fi’il dan isim aswat)
- Khulasoh I’robiyyah
- Pembagian Kalimat I’robiyyah (Musnad, Musnad ilaih, Fadhlah dan Adat)
- I’rob Musnad Ilaih dan Musnad
- Pengertian dan I’rob Fadhlah
- Pengertian dan Hukum Adat
1 Makna ta'adzdzur yaitu selamanya tidak mampuh menampakan cirri-ciri I'rob
2 Makna tsiqol adalah tampaknya dhommah dan kasroh itu dimungkinkan, akan tetapi hal itu berat, dipandang jelek, oleh karena itu keduanya itu dibuang dan ditaqdir, maksudnya keduanya itu dilihat dalam ingatan.
BAB I
FI’IL DAN PEMBAGIANNYA
- Madhi, Mudhore, dan Amr (Ditinjau dari segi waktu)
Dilihat dari aspek waktunya, fi'il terbagi kepada tiga, yaitu : Madhi, Mudhore dan Amr
- Fi'il Madhi
Fi'il Madhi adalah fi'il yang menunjukan kepada makna pada lafadz itu sendiri dengan disertai oleh waktu yang lampau. Seperti جاء – إجتهد – تعلّم
Ciri fi'il madhi itu adalah menerima ta ta'nits sakinah dan ta dhomir
- Fi'il Mudhore
Fi'il Mudhore adalah fi'il yang menunjukan kepada makna pada lafadz itu sendiri disertai waktu sekarang dan yang akan datang. Contoh : يجيء – يجتهد – يتعلّم
Ciri fi'il mudhore itu adalah menerima س – سوف – لم – لن
- Fi'il Amr
Fi'il Amr adalah fi'il yang menunjukan kepada tuntutan melakukan pekerjaan dari f'ail mukhotob tanpa diserta lam amr. Contoh : جيء – اجتهد – تعلّم
Cirinya adalah menunjukan kepada tuntutan, dapat menerima ya mu'anats mukhotobah
- Muta’addi dan Lazim (Ditinjau dari segi makna)
Ditinjau dari aspek maknanya fi'il terbagi kepada dua, yaitu : Muta'addi dan Lazim
- Pengertian dan Pembagian Muta’addi
Fi'il Muta'addi adalah fi'il yang pengaruhnya melewati fa'ilnya, dan melampauinya sampai kepada maf'ul bih. Contoh : فتح طارق الأندلس
Fi'il muta'addi itu butuh kepada fa'il yang mengerjakannya dan maf'ul bih yang dieknai pekerjaan. Fi'il muta'addi dinamai juga fi'il waqi' karena dan fi'il mujawiz
Cirri fi'il muta'addi itu adalah menerima ha dhomir yang kembali kepada maf'ul bih. Tetapi tidak setiap ha dhomir yang bersambung dengan fi'il itu kembali kepada maf'ul bih.
- Pembagian Muta’addi
Mut'addi itu tebagi kepada dua, yaitu mut'addi bi nafsih dan muta'addi bi ghoirih.
- Muta'ddi bi nafsih adalah muta'addi yang sampai kepada maf'ul bih secara langsung (tidak melalui perantara huruf jar). Contoh : بريت القلم dan maf'ulnya dinamai shorih.
- Muta'addi bi ghoirih adalah muta'addi yang sampai kepada maf'ul bih dengan melalui perantara huruf jar. Contoh : ذهبت بك dan maf'ulnya dinamai maf'ul ghoir shorih.
Terkadang muta'ddi itu mengambil dua maf'ul, yaitu shorih dan ghoir shorih. Contoh : أدّو الأمانات إلى أهلها lafadz الأمانات dinamai maf'ul bih shorih, dan lafadz أهل dinamai maf'ul ghoir shorih, majrur secara lafadz oleh huruf jar, manshub secara mahal karena menjadi maf'ul bih ghoir shorih.
- Pembagian Muta'addi ditinjau dari kebutuhannya kepada maf'ul bih
Dilihat dari aspek kaebutuhannya kepada maf'ul, fi'il muta'addi terbagi kepada tiga bagian, yaitu :
- Satu maf’ul
Muta'addi yang butuh kepada satu maf'ul itu banyak, contoh : كتب – أخذ – غفر – أكرم – عظّم
- Dua maf’ul
Muta'addi yang butuh kepada dua maf'ul itu terbagi kepada dua bagian, yaitu : muta'addi yang menashabkan kepada dua maf'ul yang asalnya bukan mubtada dan khobar, dan muta'addi yang menashabkan kepada dua maf'ul yang asalnya mubtada dan khobar.
- Muta'addi yang menashabkan kepada dua maf'ul yang asalnya bukan mubtada dan khobar
Yang termasuk kategori ini yaitu : أعطى – سأل – منح – منع – كسا – ألبس – علّم
- Muta'addi yang menashabkan kepada dua maf'ul yang asalnya mubtada dan khobar
Kategori ini terbagi kepada dua bagian, yaitu : Af'alul Qulub dan Af'alut Tahwil
- Af'alul Qulub
Af'alul Qulub yang memuta'addikan kepada dua maf'ul ini yaitu : رأى – علم – درى – وجد – ألفى – تعلّم – ظنّ – خال – حسب – جعل – حجا – عدّ – زعم – هب
Fi'il-fi'il ini dinamai af'alul qulub karena mengetahui dengan indra batin. Makna-maknanya itu tertanam dalam hati. Tidak setiap fi'il qolbi itu menashabkan dua maf'ul, tapi ada juga yang menashabkan satu maf'ul seperti عرف – فهم bahkan ada fi'il lazim seperti حزن – جبن
Pada fi'il-fi'il ini dua atau salah satu maf'ulnya itu tidak boleh dibuang karena untuk meringkas jika tidak ada dalil. Dan boleh keduanya atau salah satunya di buang karena untuk meringkas jika ada dalil yang menunjukan dibuangnya. Contoh dua maf'ulnya yang dibuang dengan disertai dalil yatiu ketika ada pertanyaan مل ظننتَ خالدا مسافرا ؟ jawabannya adalah ظننتُ maksudnya adalah ظننته مسافرا firman Allah :
- Af'alut Tahwil
- Tiga maf'ul
- Asal kedua maf’ulnya bukan mubtada khobar, ada 7 fi’il
- Asal kedua maf’ulnya mubtada khobar
- Af’alul Qulub ada 14 fi’il
- Af’alut Tahwil ada 7 fi’il
- Tiga maf’ul, ada 7 fi’il (madhi dan mudhorenya)
- Pengertian fi’il lazim
- karakteristik fi’il lazim, ada 15 karakteristik
- Cara membentuk fi’il lazim menjadi muta’addi
- Dibuangnya huruf jar pada muta’addi bi wasitotin
- Ma’lum dan Majhul (Ditinjau dari segi fa’ilnya)
- Pengertian Fi’il Ma’lum
Fi'il ma'lum yaitu fi'il yang disebut fa'ilnya dalam kalam. Contoh : مصَّرَ المنصورُ بغداد. Jika ada dhomir rofa' yang berharokat bersambung dengan madhi tsulatsi mujarrod ma'lum yang sebelum akhirnya alif, jika bab فعل – يفعُل seperti سامَ يَسومُ، ورام يرومُ، وقاد يقُودُ maka awalnya di dhommah. Contoh : سُمْتُه الأمر، ورُمْتُ الخير، وقُدْتُ الجيش. Jika dari bab فعل يفعِل seperti باع يبيعُ وجاء يجيء، وضامَ يضيمُ atau bab فعل – يفعَل sepertiنال ينالُ، وخاف يخافُ maka awalnya dikasroh. Contoh : بِعتُهُ، وجِئتُهُ، وضِمت الخائنَ، ونِلْتُ الخير وخِفْتُ الله
- Pengertian Fi’il Majhul
Fi'il majhul yaitu fi'il yang tidak disebut fa'ilnya dalam kalam.
- Tujuan di buangnya Fa’il pada Fi’il Majhul
Tujuan dibuangnya fa'il pada fi'il majhul yaitu sebagai berikut :
- Untuk meringkas
- Karena ditujukan kepada orang yang cerdas pendengarannya
- Karena sudah diketahui
- Karena tidak diketahui
- Karena takut
- Karena kasihan
- Untuk menghinakan,
- Untuk mengagungkan
- Untuk menyamarkan kepada pendengar
- Pengganti Fa’il ketika di buang
Yang menggantikan fa'il ketika dibuang yaitu sebagai berikut :
- Maf'ul bih shorih. Contoh : يُكرَم المجتهدُ
- Maf'ul bih ghoir shorih. Contoh : أَحسنْ فيحسَن إليك
- Dzhorof. Contoh : سُكنت الدارُ وسُهرتِ الليلةُ
- Mashdar . Contoh : سِير سيرٌ طويل
Majhul tidak dibentuk melainkan dari fi'il muta'addi bi nafsih seperti يُكرَم المجتهدُ atau muta'addi bi ghoirih seperti يُرْفَقُ بالضعيف terkadang dibentuk dari lazim jika fa'ilnya mashdar seperti سُهر سهرٌ طويلٌ atau dzhorof seperti صيم رمضانُ
- Membentuk Ma'lum menjadi Majhul
Ketika dalam suatu kalam fa'il di buang maka wajib merubah bentuk fi'il ma'lum. Jika madhi maka di kasroh sebelum akhirnya dan di dhommah setiap yang berharokat sebelumnya. Contoh : كُسِر واكرِمَ وتُعلِّمَ واسْتُغْفِرَ. Jika mudhore di fathah sebelum akhirnya, contoh : يُكسَرُ ويُكرَمُ ويُتعلَّمُ ويستغفَرُ
Adapun fi'il amr, selamanya tidak bisa menjadi majhul.
- Bina Majhul yang sebelum akhirnya Huruf Illat
Jika madhi yang sebelum akhirnya alif ingin dibentuk menjadi majhul (jika bukan sudasi) maka alifnya ditukar dengan ya, dan dikasroh setiap yang berharokat sebelumnya. Kamu dapat mengatakan باعَ وقال "بِيع وقيلَ" dan ابتاعَ واقتادَ واجتاحَ "ابتِيعَ واقتيدَ واجْتِيحَ asalnya yaitu يُبِيعَ وقُوِلَ وابتِيعَ واقتُوِدَ واجتُوِح
Jika jumlahnya enam huruf seperti استتابَ واستماحَ maka alifnya ditukar oleh ya, hamzah dan huruf ketiganya di dhommah serta sebelum akhirnya di kasroh. Kamu katakana أَستُتيبَ وأُستُميحَ
Jika dhomir rofa' mutaharrik bersambung dengan setiap madhi majhul tsulatsi ajwaf seperti سِيمَ ورِيمَ وقِيدَ jika di dhommah awalnya pada ma'lum seperti سُمتُه الأمرَ، ورُمتُ الخيرَ، وقُدْتُ الجيشَ maka pada majhulnya di kasroh agar tidak bercampur antara fi'il ma'lum dan majhul. Kamu ungkapkan سِمتُ الأمر، ورِمتُ بخيرٍ، وقِدتُ للقضاءِ. Jika pada ma'lum itu awalnya di kasroh seperti بعته الفرَسَ وضمتُه، ونِلته بمعروفٍ maka pada majhul di dhommah. Kamu ucapkan بُعت الفرَسَ، وضُمت، ونُلْتُ بمعروفٍ
Jika mudhore yang sebelum akhirnya huruf mad ingin dibentuk menjadi majhul maka huruf mad tersebut ditukar dengan alif. Contoh : يقولُ ويبيعُ "يُقالُ ويُباعُ dan يستطيعُ ويَستتيبُ يُستطاعُ ويُستتابُ
- Shohih dan Mu’tal (Ditinjau dari kuat dan lemahnya huruf)
- Pengertian Shohih
Shohih adalah fi'il yang huruf-huruf aslinya adalah huruf shohih. Contoh : كتبَ وكاتبَ.
- Pembagian Shohih
- Salim : adalah shohih yang pada salah satu huruf aslinya tidak ada huruf 'illat, hamzah dan mudho'aaf. Contoh : كتب وذهب وعلمَ
- Mahmuz : shohih yang pada salah satu huruf aslinya ada hamzah. Mahmuz terbagi kepada tiga, yaitu :
- Mahmuz fa seperti أخذ
- Mahmuz 'ain seperti سأل
- Mahmuz lam seperti قرأ
- Mudho’af : shohih yang pada salah satu huruf aslinya ada huruf yang diulang tanpa ada tambahan. Mudho'aaf terbagi kepada dua bagian, yaitu :
- Mudho'aaf tsulatsi, seperti مدّ - مرّ
- Mudho'aaf ruba'I, seperti زلزل – دمدم
Jika yang diulang itu adalah tamabahan seperti عظَّمَ وشَذَّبَ واشتدَّ وادهامَّ واعشوشبَ maka itu bukan mudho'af.
- Pengertian Mu’tal
Fi'il mu'tal adalah fi'il yang pada salah huruf aslinya ada huruf 'illat. Contoh وَعَدَ وقالَ ورَمى. Mu'tal terbagi kepada empat bagian, yaitu mitsal, ajwaf, naqish dan lafif.
- Pembagian Mu’tal
- Mitsal : fa fi'ilnya huruf 'illat. Contoh : وعد - ورث
- Ajwaf : 'ain fi'ilnya huruf 'illat. Contoh : قال - باع
- Naqis : lam fi'ilnya huruf 'illat. Contoh : رضي - رمى
- Lafif : fi'il yang pada huruf aslinya ada dua huruf 'illat. Contoh : طوى – وفى tebagi kepada dua bagian, yaitu :
- Lafif maqrun : fi'il yang padanya ada dua huruf 'illat yang bekumpul. Contoh : طوى – نوى
- Lafif mafruq : fi'il yang padanya ada dua huruf 'illat yang berpisah. Contoh: وفى - وقى
- Cara mengetahui Fi’il Mudhore Mazid Mu’tal dan Shohih
Untuk mengetahui fi'il mudhore dan mazid dalam hal mu'tal dan shohih maka harus dikembalikan kepada madhi mujarrodnya.
- Mujarrod dan Mazid (Ditinjau dari huruf asli)
Ditinjau dari huruf aslinya fi'il itu ada yang tiga huruf (tsulatsi) yaitu huruf-huruf aslinya ada tiga, dan tidak ada ungkapan tambahan. Contoh : حَسُنَ وأَحسَّنَ، وهَدى واستهدى. Ada pula yang empat huruf, yaitu huruf-huruf aslinya itu empat, dan tidak ada ungkapan tambahan. Contoh : دحرَجَ وَتدَحرجَ وَقشعرَ واقشعرَّ
Tsulatsi dan ruba'i tersebut ada yang mujarrod dan ada yang mazid.
- Pengertian Mujarrod
Yaitu fi'il yang semua huruf madhinya asli (tidak ada tambahan). Contoh : ذهب – دحرج
- Pengertian Mazid
Yaitu fi'il yang pada sebagian huruf madhinya ada tambahan terhadap yang asli. Contoh : أذهبَ وَتدحرجَ
Huruf tambahan tersebut ada sepuluh, yang digabung dalam ungkapan سألتمونيها
Tidak ditambahkan dari yang lainnya kecuali tambahan dari salah satu jenis huruf kalimat itu. Contoh : عظّم - إحمرّ
- Pembagian Mujarrod
- Mujarrod tsulatsi : yaitu mujarrod yang pada madhinya ada tiga huruf saja, tanpa ada tambahan. Contoh : ذهب – قرأ - كتب
- Mujarrod ruba'i : yaitu mujarrod yang pada madhinya ada empat huruf saja, tanpa ada tambahan. Contoh : دحرج – وسوس - زلزل
- Pembagian Mazid
- Mazid tsulatsi : yaitu tamabahan terhadap madhinya yang berjumlah tiga huruf. Tambahan itu ada yang satu huruf, seperti أكرم, ada yang dua huruf, seperti إنطلق dan ada yang tiga huruf, seperti إستغفر
- Mazid Ruba'I : yaitu tambahan terhadap madhinya yang berjumlah empat huruf asli. Ada yang tambaha satu huruf seperti تزلزل ada yang tambahan dua huruf seperti إحرنجم
- Jamid dan Mutashorrif (Ditinjau dari ada tidaknya kaitan dengan waktu)
Ditinjau dari segi makna ada kaitan tidaknya dengan waktu, fi'il terbagi kepada dua bagian, yaitu jamid dan muttashorrif.
Jika fi'il itu ada kaitan dengan waktu, maka fi'il tersebut ada perbedaan bentuknya untuk memberikan faidah terjadinya pada waktu tertentu. Dan jika fi'il tersebut tidak ada kaitan dengan waktu maka itu menunjukan tetapnya fi'il tersebut dalam satu bentuk.
- Pengertian Jamid
Fi'il jamid yaitu fi'il yang menyurapai huruf dari segi kandungan makna yang kosong dari waktu dan kejadian yang diungkap pada fi''il. Maka pada contoh tersebut harus ada satu cara dalam ungkapannya. Fi'il tersebut tidak menerima perubahan dari satu bentuk kepada bentuk lain. Tetapi harus tetap pada satu bentuk…..contoh : ليس – عسى – هب – نعم - بئس
Sebagaimana diketahui bahwa fi'il jamid itu tidak ada kaitan dengan waktu, dan tidak ada maksud kejadian. Dengan demikian, maka keluarlah dari asal fi'ilnya, yaitu menunjukan kepada kejadian dan waktu. Dari segi ini, jamid tersebut menyerupai huruf. Jamid seperti huruf itu dari segi tetapny, kemestian pada satu bentuk ketika diungkapkan. Jika fi'il tersebut kosng dari makna kejadian dan waktu maka tidak perlu kepada perubahan (tashorruf). Karena maknanya tidak berbeda karena perbedaan waktu yang mendorong berubahnya fi'il tersebut kepada bentuk yang berbeda. Untuk menyampaikan makna pada waktu yang berbeda. Makna pengharapan (tarojji) difahami dari عسى, makna celaan (dzam) difahami dari بئس makna pujian (madh) difahami dari نعم makna ketakjuban difahami dari ما أشعر زهيرا . ia tidak berbeda karena perbedaan waktu. Karena kejadian itu bukan yang dimaksud, karena benar kejadiannya pada waktu yang berbeda yang mendorong adanya perubahan…….
Fi'il yang menyerupai huruf itu terhalang dari adanya perubahan dan mesti tetap. Sebagaimana halnya isim yang serupa dengan huruf itu terhalang dari pengaruh secara dzhohir dari amil. Maka pada akhir isim tersebut harus dalam satu bentuk. Tidak bisa terpisah dari bentuk tersebut walaupun amal yang dapat merubah akhirnya itu berbeda-beda. Dengan demikian jumud pada fi'il itu sama dengan bina pada isim. Keduanya disebabkan menyerupai huruf.
- Pembagian sigoh jamid
- Bentuk madhi. Contoh : عسى – ليس – نعم – بئس – تبارك الله أي : تقدّس و تنزه
- Bentuk mudhore'. Contoh : يهيط (يصيح و يضجّ)
- Bentuk amr. Contoh : هب – هات – تعال dan هلمّ dalam bahasa Tamim
Dalam bahasa Tamim. هلمّ adalah fi'il amr. Karena menurut mereka, ia menerima cirinya, maka dapat bersambung dengan dhomir. Contoh : هلمي وهلما وهلموا وهلمين. Adapun dalam bahasa Hijaz, هلم itu adalah isim fi'il amr, karena menurut mereka, ia itu adalah satu lafadz untuk semua, maka ia tidak bersambung dengan dhomir. Kamu katakana هلمّ dengan satu lafadz untuk satu laki-laki, satu perempuan, dua laki-laki, dua perempuan, jama mudzakkar dan muannats. Dan Al-Quran menurunkan lafadz tersebut, firman Allah : هلم شركاءكم.
- Contoh-contoh Fi’il Jamid
- Fi’il-Fi’il yang termasuk jamid
- Pengertian Mutashorrif
- Pembagian Mutashorrif
- Ta’ajjub
- Pengertian Ta’ajub
- Sigoh dalam Fi’il Ta’ajub
- Syarat-syarat sigoh Fi’il Ta’ajub
- Mendalami sigoh Fi’il Ta’ajub
- Hukum-hukum pada Fi’il Ta’ajub
- Af’alul Madhi wa Dzammi (Ditinjau dari kandungan makna)
- Yang termasuk Af’alul Madhi
- Yang termasuk Af’alu Dzammi
- Hukum-Hukum Fa’il bagi Fi’il-Fi’il ini
- Hukum-Hukum Makhsus dengan Madhu dan Dzammu
- Hukum-Hukum Tamyiz pada Bab ini
- Mulhaq dengan Ni’ma dan Bi’sa serta Hukumnya
- Nun Taukid bersama Fi’il
- Wajibnya Taukid Mudhore dengan Nun
- Bolehnya Taukid Mudhore dengan Nun
- Terhalangnya Taukid Mudhore dengan Nun
- Hukum-Hukum Nun dan Fi’il yang di Taukidinya
BAB II
ISIM DAN PEMBAGIANNYA
- Maushuf dan Shifat
Isim terbagi kepada dua yaitu : maushuf dan shifat
Isim maushuf adalah isim yang menunjukan kepada dzat dan hakikat sesuatu. Isim tersebut diletakan untuk membawa sifat. Contoh : رجل, بحر, علم, جهل
Yang termasuk isim maushuf yaitu mashdar, isim zaman, isim makan dan isim alat. Isim maushuf terbagi kepada dua macam yaitu isim ‘ain dan isim ma’na.
Isim ‘ain adalah isim yang menunjukan kepada makna yang berdiri sendiri pada dzatnya. Contoh : فرس, حجر
Isim ma’na adalah isim yang menunjukan kepada makna yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi ia berdiri dengan yang lainnya. Makananya bisa wujudi seperti : علم, شجاعة, جود dan bisa juga adami seperti : جهل, جبن, بخل
Isim sifat yaitu isim yang menunjukan kepada sifat dari ‘ain atau ma’na. Isim tersebut diletakan untuk membawa mausuf. Isim sifat ada tujuh macam, yaitu
- Isim fa’il
- Isim maf’ul
- Sifat musyabahat
- Isim tafdhil
- Mashdar maushuf bih
- Isim jamid yang mengandung makna sifat musytaq
- Isim manshub
- Mudzakar dan Muannats
Isim ditinjau dari jenisnya terbagi kepada dua bagian, yaitu isim mudzakar dan isim muanats.
Isim mudzakar yaitu isim yang dipandang sah engkau mengisyaratkan dengan ucapan هذا seperti رجل, حصان, قمر, كتاب
Isim mudzakar terbagi kepada dua yaitu
- Mudzakar haqiqi yaitu isim yang menunjukan kepada jenis laki-laki dari manusia ataupun binatang. Contoh : رجل, صبي, أسد, جمل
- Mudzakar majazi yaitu isim yang beramal seperti amal laki-laki dari manusia atau binatang, dan isim tersebut tidak termasuk bagiannya. Contoh : بدر, ليل, باب
Isim muanats yaitu isim yang dipandang sah engkau mengisyaratkan denga ucapan هذا seperti امرأة, ناقة, شمس, دار
Isim muanats terbagi kepada empat macam yaitu
- Muanats lafdzi yaitu isim yang bersambung dengan alamat ta’nits baik isim itu menunjukan kepada muanats seperti فاطمة, خديجة atau menunjukan kepada mudzakar seperti طلحة, حمزة, زكرياء, بهمة
- Muanats haqiqi yaitu isim yang menunjukan kepada perempuan dari manusia dan hewan seperti : امرأة, غلامة, ناقة, أتان
- Muanats majazi yaitu isim yang beramal seperti amal perempuan dari binatang dan hewan, dan isim tersebut bukan bagian darinya. Contoh : شمس,دار, عين,رجل
- Muanats ma’nawi yaitu isim yang menujukan kepada muanats, dan tidak memiliki tanda muanats. Contoh : زينب, مريم, هند
Diantara isim-isim itu ada beberapa isim yang dipandang mudzakar dan juga dipandang muanats, seperti الدلو, السكين, السبيل, الطريق, السوق, اللسان, الذراع, السلاح, الصاع,
Selain itu ada pula isim yang dipandang mudzakar dan muanats, akan tetapi isim itu memiliki tanda muanats. Contoh : السخلة, الحية, الشاة, الربعة
Alamat Ta’nits
Alamat taints ada tiga yaitu ta marbutoh (ة ), alif tanits maqsuroh dan alif tanits mamdudah. Contoh : فاطمة, سلمى, حسناء .
Ta marbuthoh bersambung dengan isim sifat sebagai pembeda antara mudzakkar dan muannats. Contoh : بائع – بائعة – عالم – عالمة – محمود – محمودة . Dan bersambung dengan selain sifat secara sima'i. Contoh : تمرة – غلامة – حمارة . Ada beberapa sifat yang dikhususkan untuk perempuan, maka tidak besambung dengan ta melainkan secara sima'i. Tidak dapat diungkapkan حائضة – طالقة – ثيبة – مطفلة – متئمة. Tetapi dapat diungkapkan dengan lafadz حائض – طالق – ثيب – مطفل – متئم. Dan secara sima'i contohnya yaitu lafadz مرضعة pada surat al-Haj ayat 2.
Pada asalnya ta yang bersambung dengan isim-isim itu untuk membedakan antara muannats dan mudzakkar. Kebanyakannya hal itu terjadi pada shifat, seperti كريم – كريمة – فاضل – فاضلة. Dan sedikit penggunannya pada isim, seperti امرأ – امرأة – انسان – انسانة – غلام – غلامة – فتى – فتاة – رجل – رجلة.
Dan banyak tambahan ta digunakan untuk membedakan salah satu jenis dari makhluk, seperti ثمر – ثمرة – تمر – تمرة – نخل – نخلة – شجر – شجرة - . dan ada sedikit tambahan ta pada sesuatu yang dibuat, seperti جرّ – جرّة – لبن – لبنة – سفين – سفينة Dan terkadang ta itu digunakan untuk menunjukan makna mubalaghoh, seperti علاّمة – فهّامة – رحّالة. Dan terkadang ta itu berfungis sebagai pengganti dari ya pada wazan مفاعيل seperti جحاجحة dan hal itu banyak digunakan pada mu'arrob (yang diarabkan) seperti زنادقة. Ta dapat juga digunakan sebagai pengganti dari ya nisbah, seperti دماشقة – مشارقة – مغاربة. Selain itu dapat juga digunakan sebagai pengganti fa kalimat yang dibuang, contoh : عدة asalanya وعد , atau pengganti dari 'ain kalimat yang dibuang, sepeti اقامة asalnya اقوام , atau pengganti dari lam kalimat yang dibuang, seperti لغة asalnya لغو
Lafadz yang bisa di Pandang Muannats dan Mudzakar
- Maqshur, Mamdud dan Manqush
- Isim Maqshur
- Isim Maqshur Qiyasi
- Isim Maqshur Sima’i
- Isim Mamdud
- Mamdud Qiyasi
- Mamdud Sima’i
- Qoshr Mamdud dan Mad Maqshur
- Isim Manqush
- Isim Jenis dan Isim Alam
Isim juga terbagi kepada dua bagian, yaitu isim jenis dan isim alam
- Isim Jenis
Isim jenis adalah isim yang tidak dikhususkan untuk salah satu bagian dari suatu jenis dengan tanpa menyertakan yang lain. Contoh : رجل وامرأة ودار وكتاب وحصان
Diantara yang termasuk kategori isim jenis adalah isim dhomir, isim isyaraoh, isim maushul, isim syarat, dan isim istifham. Isim-isim tersebut adalah isim jenis, karena tidak dikhususkan untuk salah satu jenis tanpa yang lain.
Kebalikan dari isim jenis adalah isim alam, yaitu isim yang dikhususkan untuk salah satu bagian dari jenis tanpa yang lain.
Yang dimaksud isim jenis disini bukan kebalikan dari isim ma'rifat, tapi sebutannya itu boleh untuk setiap bagian dari jenis. Umpamanya isim dhomir adalah ma'rifat, akan tetapi tidak dikhususkan untuk salah satu saja. Karena أنت itu adalah dhomir mukhotob , dan boleh dikhitobkan bagi setiap yang layak menjadi khitob. هو itu adalah dhomir ghoib, dan boleh dikinayahkan bagi setiap mudzakkar ghoib. Dan أنا adalah dhmoir mutakallim wahid, dan boleh dikinayahkan bagi dirinya untuk setiap mutakallim. Dengan demikian, kamu dapat melihat bahwa maknanya itu mencakup setiap bagian, dan tidak dikhususkan untuk salah satu saja. Demikian pula hal itu dapat diqiyaskan pada isim isyaroh dan isim maushul.
Isim jenis itu adalah kebalikan dari isim alam. Isim jenis itu ditetapkan mencakup setiap bagian, sedangkan isim alam hanya dikhususkan untuk salah satu dan tidak mencakup yang lainnya.
- Isim Alam
Isim alam adalah isim yang menunjukan kepada sesuatu yang sudah pasti berdasarkan ketetapannya tanpa disertai qorinah. Contoh : خالد وفاطمةَ ودِمَشقَ والنّيلِ
Yang termasuk kategori isim alam diantaranya yaitu nama negri, orang, Negara atau pemerintahan, kabilah, sungai, laut dan gunung.
Kami mengatakan "berdasarkan ketetapannya", karena ada kesamaan dengan "berdasarkan kesepakatan" yang tidak memadhorotkan, seperti orang yang diberi nama Kholil itu banyak. Adanya keserupaan dalam penamaan ini hanya secara kesepakatan dan kebetulan saja, bukan berdasarkan ketetap awal. Karena setiap orang yang menetapkan hanya menetapkan nama ini untuk seorang diri saja. Adapun nakiroh seperti رجل itu tidak dikhususkan berdasarkan ketetapan satu dzat. Yang menetapkan, menetapakkanya tersebar dinatara setiap bagian dari bagian-bagian jenisnya. Demikian pula ma'rifat dari isim jenis seperti dhomir dan isim isyaroh sebagaimana kami dahulukan.
Isim alam itu musammanya dipastikan tanpa disertai qorinah. Adapun isim ma'rifat yang lain, yaitu dhomir musammanya dipastikan dengan qorinah takallum, khitob atau ghoib. Isim isyaroh dipastikan dengan perantara isyaroh hissiyah atau ma'nawiyah. Isim maushul dipastikan dengan perantara jumlah setelahnya. Ma'rifat oleh alif lam dipastikan dengan perantaranya. Dan nakiroh maqsudah oleh nida dipastikan dengan perantara idhofahnya huruf nida kepadanya.
Isim alam itu terbagi kepada alam mufrod seperti أحمد – سليم murokkab idhofi seperti عبد الله – عبد الرحمن murokkab mazji seperti بعلبك – سيبويه dan murokkab isnadi seperti جادَ الحقُّ وتأبط شرًّا (dua nama bagi dua laki-laki) dan pemuda yang berteman …
Isim alam juga terbagi kepada isim, kunyah dan laqob, murtajal dan manqul. alam syakhsi dan alam jinsi. Termasuk juga isim alam adalah alam bil gholabah.
- Isim, Kunyah dan Laqob
Alam isim adalah alam yang ditetapkan untuk memastikan musamma secara asalnya. Baik itu menunjukan kepada pujian, celaan seperti سعيد – حنظلة atau tidak menunjukan kepada keduanya seperti زيد – عمرو . ungkapan dengan alam isim merupakan penetapan pertama.
Alam kunyah adalah alam yang ditetapkan kedua (setelah isim) dan diawali oleh أب atau أم seperti : أبى الفضل – أم كلثوم
Alam laqob adalah alam yang ditetapkan ketiga (setelah kunyah) terasa dengan pujian seperti الرشيد – زين العابدين atau celaan seperti الأعشى – الشنفري atau nisbah kepada keluarga, kabilah negri atau daerah seperti seseorang yang dikenal dengan الهاشميّ أو التَمميَ أو البغداديٍّ أو المِصريِّ
Alam yang diawali dengan أب – أم tidak dirasakan pujian dan celaan dan yang lain tidak menetapkannya maka alam tersebut adalah isim dan kunyahnya. Alam yang menunjukan kepada pujian atau celaan, tidak diawali dengan أب – أم dan tidak ada yang lain maka itu adalah isim dan laqobnya. Jika diawali أب – أم disamping adanya perasaan pujian dan celaan maka alam itu adalah isim, kunyah dan laqobnya. Persamaan antara isim, kunyah dan laqob itu kadang terjadi jika ditetapkan yang layak ada persamaan pada penetapan awal.
- Hukum-Hukum Isim, Kunyah dan Laqob
Jika isim dan laqob berkumpul maka isim didahulukan dan laqob diakhirkan. Seperti : هارون الرشيد، وأُوَيس القَرنيّ dan tidak ada susunan tertentu bagi kunyah dan lainnya. Kamu dapat katakana أبو حفْصَ عُمَرُ أو عمرُ أبو حفصٍ
- Alam Murtajal dan Alam Manqul
- Alam Syakhsi dan Alam Jinsi
- Alam bil Gholabah
- I’rob Alam
- Dhomir-Dhomir dan Macam-Macamnya
- Dhomir Muttasil
- Tiga Faidah
- Nun Wiqoyah
- Dhomir Munfashil
- Faidah
- Ittishol dan Infisholnya Dhomir
- Dhomir Bariz dan Mustatir
- Dhomir-Dhomir Rofa’, Nasab dan Jar
- Pengembalian Dhomir
- Dhomir Fashl
- Isim-Isim Isyaraoh
- Tingkatan-Tingkatan Musyar Ilaih
- Tiga Faidah
- Isim-Isim Maushul
- Maushul Khos
- Maushul Musytarok
- Penjelsan tentang Isim-Isim Mausul
- Shillah Maushul
- Tiga Faidah
- Isim-Isim Istifham dan Penjelasannya
- Isim-Isim Kinayah
- Ma’rifat dan Nakiroh
- Yang di sertai Alif Lam
- Alif Lam ‘Ahdiyah
- Alif Lam Jinsiyah
- Alif Lam Zaidah
- Alif Lam Mausuliyah
- Memarifatkan Adad dengan Alif Lam
- Ma’rifat dengan Idhofah
- Munada Maqshud
- Isim-Isim Fi’il
- Isim Fi’il Murtajal, Manqul dan Ma’dul
- Isim Fi’il Madhi, Mudhore dan Amr
- Isim-Isim Ashwat
- Isim-Isim yang menyerupai Fi’il
Yang dimaksud isim-isim menyerupai fi'il adalah dalam hal menunjukan kepada kejadian. Atau dinamai juga isim-isim yang berkaitan dengan fi'il.
- Mashdar dan Macam-Macamnya
- Mashdar Fi’il Tsulatsi
- Mashdar-Mashdar Tsulatsi Qiyasi
- Mashdar Fi’il di atas Tsulatsi
- Qiyas Mashdar di atas Tsulatsi
- Mashdar Ta’kid
- Mashdar Marroh
- Mashdar Nao’
- Mashdar Mimi
- Isim Mashdar
- Mashdar Shina’i
- Isim Fa’il
- Wazan-Wazan Isim Fa’il
- Isim Maf’ul
- Wazan-Wazan Isim Maf’ul
- Fa’il bermakna Maf’ul
- Shifat Musyabahat
- Wazan-Wazan Shifat Musyabahat
- Perbedaan Isim Fa’il dan Shifat Musyabahat
- Mubalaghoh Isim Fai’l dan Wazan-Wazannya
Mubalaghoh isim fa'il yaitu lafadz-lafadz yang menunjukan sebagaimana ditunjukan oleh fa'il dengan adanya tambahan atau kelebihan, dan dinamai juga shigho mubalaghoh. Seperti : كعلاّمةٍ وأكولٍ maknanya adalah orang berilmu yang banyak ilmunya dan orang yang makan banyak makannya.
Mubalaghoh isim fa'il memiliki 11 wazan, yaitu : فعّالٌ" كجبّارٍ، و "مِفْعالٌ" كمِفضالٍ، و "فعِّيلُ" كصِدّيقٍ، و "فعَالةٌ" كفهامةٍ، و "مِفْعيلٌ" كمِسكينٍ، و "فعُولٌ" كشروبٍ، و "فعيلٌ" كعليمٍ، و "فعِلٌ" كحِذرٍ، و "فعَّالٌ" ككُبّارٍ، و "فعُّولٌ" كقُدُّوسٍ، و "فيْعولٌ" كقيُّومٍ
Semua wazan mubalaghoh isim fa'il adalah sima'i, oleh karena itu mesti dihafal dan tidak bisa diqiyaskan. Setelah diamati, makna sighoh mubalaghoh itu kembali kepada makna sifat musyabahat, karena kebanyakan dari fi'il itu menjadikannya seperti sifat yang tertanam dalam jiwa.
- Isim Tafdhil dan Wazannya
Isim tafdhil adalah sifat yang diambil dari fi'il untuk menunjukan bahwa ada dua hal yang sama dalam satu sifat dan salah satunya lebih dari yang lain. Contoh : خليلٌ أعلمُ من سعيد وأفضلُ منه terkadang tafdhil antara dua perkara itu pada dua sifat yang berbeda, yang dimaksud tafdhil tersebut adalah salah satu dari keduanya memiliki kelebihan dalam sifatnya daripada ssesuatu yang lain pada sifatnya. Contoh : الصيفُ أحرُّ من الشتاء musim panas lebih panas daripada musim dingin. Maksudnya, musim panas benar-benar panas dalam panasnya daripada musim dingin dengan dinginnya. Contoh lain : العسلُ أحلى من الخلِّ madu itu lebih manis daripada cuka. Maksudnya madu itu memiliki kelebihan manis daripada cuka dengan masamnya. Terkadang ada isim tafdhil yang kosong dari makna tafdhil. Contoh : أكرمتُ القومَ أصغرهم وأكبرهم aku menghormati kaum dari kalangan muda dan tua. Maksudnya orang yang muda dan tua dari kalangan mereka.
Isim tafdhil memiliki satu wazan, yaitu أفعل untuk mudzakar dan فعلى untuk muannats. Contoh : أفضل وفَضْلى، وأكبر كُبرى
Hamzah pada lafadz أفعل ada yang dibuang pada tiga kalimat, yaitu : خيرٌ وشرّ وحَبٌّ contoh : شرّ الناس المُفسدُ خيرُ الناس من ينفعُ الناس dan ucapan penyair : مُنِعْتَ شيْئاً فأَكثرتَ الوَلوعَ به * وحَبُّ شيءٍ إلى الإِنسانِ ما مُنِعا ketiga kalimat tersebut adalah isim tafdhil, asalnya أَخيرَ وأَشرُّ وأَحبُّ para ulama membuang hamzahnya karena banyak digunakan dan sudah tersebar dari lisan. Dan boleh hamzah itu ditetapkan sebagaimana asalnya. Hal itu sedikit digunakan pada lafadz خير و شرّ dan banyak digunakan pada lafadz حب.
- Syarat-Syarat Shighoh Isim Tafdhil
Isim tafdhil hanya dapat dibentuk dari fi'il tsulatsi, mutsbit, muttashorif, ma'lum, tam, menerima tafdhil, tidak menunjukan warna, cacat dan perhiasan. Dengan demikian, tafdhil tidak bisa dibentuk dari ما كتب karena manfi, dari أكرم karena hurufnya lebih dari tiga, dari بئس – نعم dan sepertinya karena fi'il jamid, dari fi'il majhul, dari lafadz كان – صار dan sepertinya karena fi'il naqish, dari مات karena tidak menerima makna tafdhil. Karena dalam kematian itu tidak ada saling mengutamakan, sebab kematian itu satu. Tetapi maut itu bermacam-macam sebabnya seperti ucapan penyair : ومن لم يمت بالسيف مات بغيره * تنوعت الأسباب والموت واحد jika yang dimaksud mati tersebut adalah lemah atau bodoh secara majaz maka hal itu boleh. Contoh : فلان أموت قلباً من فلان si fulan hatinya lebih mati daripada si fulan, makskudnya adalah lemah. Dan contoh : هو أموت منه maknanya adalah ia lebih bodoh darinya. Tafdhil juga tidak bisa dibentuk dari سود karena menunjukan kepada warna, dari عور karena menunjukan kepada cacat, dari كحل karena menunjukan kepada hiasan. Dengan demikian, tidak bisa diungkapkan : هذا أسود من هذا، ولا أعور منه، ولا أكحل منه . syad ungkapan mereka pada contoh : العود أحمد karena ia dibentuk dari حمد dan ungkapan هو أزهى من ديك mereka membentuknya dari زهي sedangkan ia itu fi'il majhul. Dan syadz juga ungkapan mereka هو أخصر منه sedangkan mereka membentuknya dari إختصر yang lebih dari tiga huruf dan mabni majhul, ungkapan mereka هو أسود من حلك الغراب، وأبيض من اللبن mereka membentuknya dari lafadz yang menunjukan kepada warna. Demikian pula syadz ungkapan mereka pada contoh : هو أعطاهم للدراهم، وأولاهم للمعروف mereka membentuknya dari أعطى وأولى
Jika ingin membentuk isim tafhdil dari lafadz yang tidak memenuhi syarat maka mesti menggunakan mashdar yang manshub setelah أشد – أكبر dan sepertinya. Contoh : هو أشدُّ إيماناً، وأكثرُ سواداً، وأبلغُ عَوراً، وأفرُ كحلاً sementara itu ulama Kuffah memandang boleh ta'ajjub dan tafdhil dibentuk putih dan hitam secara khusus, tanpa dipandang syadz. Diantaranya yaitu ucapan Mutanabbi dari kalangan Kuffah yaitu : إِبْعَدْ، بَعِدْتَ، بَياضاً، لا بَياضَ لهُ * لأَنتَ أسوَدُ في عَيني منَ الظُّلَمِ
- Hal Ihwal Isim Tafdhil
Isim tafdhil memiliki empat kondisi, yaitu : kosng dari alif lam dan idhofah, disertai alif lam, idhofah kepada ma'rifat dan idhofah kepada nakiroh :
- Kosong dari alif lam dan idhofah
Jika tafdhil kosong dari alif lam dan idhofah maka tafdhil mesti mufrod dan mudzakkar serta bersambung dengan من yang majrur terhadap mufadhol 'alaih. Contoh : خالدٌ أفضلُ من سعيد. وفاطمةٌ أفضلُ من سعادَ. وهذانِ أفضلُ من هذا. وهاتانِ أنفعُ من هاتين. والمجاهدون أفضل من القاعدين. والمتعلّماتُ أفضلُ من الجاهلات. Terkadang من itu muqoddaroh, seperti firman Allah : والآخرةُ خير وأبقى yaitu lebih baik dan kekal daripada dunia. Terkadang berkumpul antara adanya من dan dibuangnya, seperti pada firman Allah : أنا أكثر منك مالاً وأعزُ نفراً maksudnya aku lebih gagah darimu.
من dan majrurnya bersama isim tafdhil itu menempati posisi mudhof ilaih dari mudhof. Maka tidak boleh mendahulukan mudhof ilaih dari mudhof. Tidak bisa diungkapkan من بكرٍ خالدٌ أفضل"، "ولا خالدٌ من بكر أفضلُ kecuali majrurnya dengan من itu adalah isim istifham atau mudhof kepada isim istifham, maka ketika itu wajib mendahulukan من dan majrurnya. Karena isim istifham itu bagi isim tafhil adalah awal kalam. Contoh : ممّن أنت خيرٌ. ومن أيهم أنت أَولى بهذا
Ada من dan majrurnya mendahului pada selalin isim istifham, dan hal itu adalh syadz. Diantaranya ucapan penyair : إذا سايَرتْ أَسماءُ يوماً ظعِينَةً * فأسماءُ من تلكَ الظعِينَة أملَحُ asalnya adalah : فأسماءُ أملحُ من تلك الظّعينة
- Tafdhil yang disertai alif lam
Jika isim tafdhil disertai alif lam maka tidak boleh bersambung dengan من dan wajib sesuai dengan sebelumnya dari segi mufrod, mutsanna, jama' dan mudzakkar dan muannatsnya. Contoh : هو الأفضلُ، وهي الفُضلى. وهما الأفضلان. والفاطمتان هما الفُضليان. وهمُ الأفضلون. وهنّ الفُضلياتُ adalah syadz jika isim tafdhil bersmbung denga من pada ucapan penyair : ولسْتَ بالأَكْثرِ منهم حصًى * وإِنَّما العِزَّةُ للكاثرِ
- Tafdhil idhofah kepada nakiroh
Jika isim tafdhil idhofah kepada nakiroh maka wajib mufrod dan mudzakkar serta tidak boleh bersambung dengan من. Contoh : خالدٌ أفضلُ قائدٍ. وفاطمةُ أفضلُ امرأةٍ. وهذانِ أفضلُ رجلينِ. وهاتانِ أفضلُ امرأتينِ والمجاهدونَ أفضلُ رجالٍِ والمتعلِّماتُ أفضلُ نساءٍ
- Tafdhil idhofah kepada ma'rifat
Jika isim tafdhil diidhofatkan kepada ma'rifat maka tidak boleh bersambung dengan من dan boleh dua segi, yaitu mufrod dan mudzakkar seperti mudhof kepada ma'rifat dan sesuai dengan sebelumnya dari segi mufrod, mutsanna, jama' dan mudzakkar dan muannats seperti disertai alif lam. Kedua penggunaan tersebut terdapat dalam al-Quran. Penggunaan yang tidak sesuai dengan sebelumnya, contoh : ولتجِدنَّهم أحرصَ الناسِ على حياةٍ tidak diungkapkan dengan أَحرصي الناسِ. Dan penggunaanya yang sesuai, contoh : وكذلكَ جعلنا في كلِّ قريةٍ أكابرَ مُجرميها. Kedua penggunaan tersebut berkumpul dalam hadits Nabi, yaitu : ألا أُخبرُكمْ بأحبِّكمْ إليّ وأقرِبكمْ مني مجالسَ يوم القيامةِ، أحاسنُكمْ أخلاقاً، الموّطؤونَ أَكنافاً، الذينَ يألفونَ ويُؤْلفون. dan ia berkata : عليٌّ أَفضلُ القوم وهذان أفضلُ القوم، وأفضلا القوم، وهؤلاء أفضلُ القوم، وأفضلوا القوم وفاطمةُ أفضلُ النساءِ وفُضْلَى النساء، وهاتان أَفضلُ النساء، وفُضليَا النساء وهنَّ أفضلُ النساء وفُضليَات النساء من pada contoh tersebut adalah muqoddaroh sebagaimana yang lalu. Maknanya adalah : هذان أفضلُ من جميع القوم. وهذه أَفضلُ من كل النساء dan seterusnya.
- Wazan Isim Tafdhil (أفعل) yang tidak bermakna Tafdhil
Terkadang ada wazan أفعل tafdhil yang tidak bermakna tafdhil. Ketika itu mengandung makna isim fa'il, seperti firman Allah : ربُّكم أعلمُ بكم maknanya adalah Ia mengetahui kalian, dan bermakna sifat musyabahat, seperti firman Allah : وهو الّذي يَبْدَأُ الخَلْقَ ثم يُعيدُهُ، وهو أهوَنُ عليهِ maknanya yaitu : وهو هَيِّنٌ عليه dan ucapan penyair : إِنَّ الَّذي سَمَكَ السّماءَ بَنى لنا * بَيْتًا دعائِمُهُ أعزُّ وأطوَلُ maknanya adalah عزيزةٌ طويلة. Tidak ada yang lain yang lebih kdan tinggi. Tapi yang dimaksud adalah meniadakan persamaan tentang kekuatan dan ketinggiannya. Demikian pula makna dua ayat diatas, karena tidak ada yang sama dengan Allah dalam hal ilmuNya. Dan tidak ada yang kekuasaan yang bertingkat disandarkan kepada kekuasaan Allah. Dihadapannya tidak ada yang هين و أهون, tapi semuanya هين bagi Allah.
Bolehnya أفعل kosong dari makna tafdhil itu jika kosong dari alif lam, idhofah kepada nakiroh dan tidak bersambung dengan من tafdhiliyyah. Sebagaimana kamu lihat.
Jika disertai alif lam, idhofah kepada nakiroh atau bersambung dengan من maka tidak boleh kosng dari makna tafdhil.
Berdasarkan pendapat ahli nahwu yang shohih, kosongnya dari makna tafdhil itu adalah sima'i, yang datang tentag itu dihafal dan tidak diqiaskan.
Jika kosong dari makna tafdhil dan kosong dari alif lam dan idhofah maka pendanapat shohih yang masyhur adalah tidak sesuai dengan sebelumnya, yaitu harus tetap mufrod dan mudzakkar sebagaimana jika dimaksudkan makna tafdhil seperti kamu lihat pada bait yang lalu.
- Isim Zaman dan Isim Makan
Isim zaman adalah sesuatu yang diambil dari fi'il untuk menunjukan kepada waktu kejadian, seperti : وافِني مَطْلِعَ الشمسِ maksudnya adalah waktu terbitnya.
Isim makan adalah sesuatu yang diambil dari fi'il utnuk menunjukan kepada tempat kejadian, seperti firman Allah : حتّى إذا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمس yaitu tempat terbenamnya.
- Wazan-Wazan Isim Zaman dan Isim Makan
- Faidah
- Isim Alat dan Wazan-Wazannya
TASHRIF FI’IL
A. Makna Tashrif
Secara bahasa, tashrif adalah perubaha (taghyir). Ada ungkapan تصريف الرياح makananya adalah perubahan angin. Secara istilah, tashrif adalah ilmu tentang hukum-hukum bentuk suatu kalimat, dan hukum tentang huruf-hurufnya berupa asli, tambahan, shohih, I'lal, ibdal dan yang serupanya. Tashrif itu disebut untuk dua hal, yaitu :
1. Tashrif adalah perubahan kalimat kepada bentuk yang berbeda-beda karena memiliki makna yang beraneka ragam. Seperti perubahan mashdar kepada bentuk madhi, mudhore, amr, isim fa'il, isim maf'ul dan yang lainnya, dan juga seperti nisbah dan tashgir.
2. Tashrif adalah perubahan kalimat kepada selain makna asing pada kalimat itu, tapi untuk tujuan yang lain yang terbatas pada tambahan (ziyadah), pembuangan (hadzf), penggantian (ibdal), pertukaran (qolb) dan pemasukan (idghom).
Tashrif kalimat itu adalah perubahan bentuk kalimat dari segi lahirnya kalimat itu. Untuk perubahan ini ada beberapa hukum, seperti shohih dan I'lal. Untuk mengetahui itu semua maka disebutlah ilmu tashrif atau ilmu shorof.
Tashrif hanya berkaitan dengan isim-isim mutamakkin (isim mu'rob) dan fi'il-fi'il muttashorrif. Adapun huruf dan yang serupa dengannya itu tidak ada kaitan dengan ilmu tashrif. Yang dimaksud dengan yang serupa dengan huruf itu adalah isim mabni dan fi'il jamid, karena ia menyerupai huruf dalam hal tetapnya (jumud) dan tidak ada tashrif.
Tidak pula menerima tashrif kalimat yang kurang dari tiga huruf kecuali jika kalimat itu asalnya tiga, karena ia dirubah dengan cara dibuang. Contoh : عِ كلامي، وقِ نفسَك، وقُلْ، وبِعْ ia itu adalah fi'il amr dari وَعى يَعي، ووَقى يَقي، وَقال يقول، وبَاع يَبيع dan lafadz يَدٍ ودَمٍ karena asalnya adalah يَدَي ودموٌ، أو دَميٌ
B. Pecahan (Isytiqoq) Fi'il
Asal makna isytiqoq adalah mengambil pecahan sesuatu, maksudnya setengahnya. Ada ungkapan isytiqoq kalimat dari kalimat, maksudnya adalah mengambil suatu kalimat dari suatu kalimat. Secara istilah, isytiqoq itu adalah mengambil suatu kalimat dari suatu kalimat dengan syarat kedua kaliamt tersebut sesuai dari segi lafadz, ma'na, urutan huruf, disamping adanya perubahan bentuk. Seperti أكتب diambil dari يكتب , ia diambil dari كتب dan ia diambil dari الكتابة.
Pengertian ini adalah pengertian isytiqoq shogir, yaitu yang dibahas dalam ilmu tashrif. Ada dua macam isytiqoq, yaitu
1. Dua kalimat yang sesuai dalam lafadz dan makna, dan tidak sesuai dalam urutan huruf. Seperti : جذب – جبذ dan dinamai isytiqoq kabir
2. Dua kalimat yang sesuai dalam hal makhorijul huruf. Seperti : نهق – نعق dan dinamai isytiqoq akbar.
Amr itu diambil dari mudhore, mudhore diambil dari madhi, dan madhi diambil dari mashdar. Mashdar merupakan sumber semua pecahan kalimat (musytaq) yang terdiri dari fi'il, sifat yang menyrupai fi'il, isim zaman, isim makan, isim alat dan mashdar mimi.
· Isytiqoq Madhi
Madhi itu diambil dari mashdar dengan wazan yang beraneka ragam. Penjelasannya akan dibahas nanti. Contoh : كتب وأَكرمَ وانطلقَ واسترشدَ
· Isytiqoq Mudhore
Mudhore diambil dari madhi dengan cara menambah salah satu hurfu mudhore di awalnya. Huruf mudhoro'ah itu ada empat, yaitu الهمزةُ والتاءُ والنونُ والياءُ. Contoh : أَذهبُ وتذهبُ ونذهبُ ويذهبُ
Hamzah itu untuk mufrod mutakallim
Ta itu untuk setiap mukhotob, mukhotobah, ghoibah wahidah dan dua ghoibah. Contoh : تكتب يا عليّ وتكتبين يا فاطمة وتكتبان يا تلميذان وتكتبان يا تلميذتان وتكتبون يا تلاميذ وتكتبين يا تلميذات. وفاطمة تكتب والفطمتان تكتبان
Nun itu untuk sekelompok mutakallim dan seorang mutakallim yang agung. Contoh : نكتب
Ya itu untuk seorang ghoib, dua orang ghoib, beberapa laki-laki dan wanita ghoib. Contoh : التلميذ يكتب والتلميذات يكتبان والتلاميذ يكتبون والتليمذات يكتبن
Jika fi'il madhinya tiga huruf, maka awalnya disukun setelah masuknya huruf mudhoro'ah. Contoh : سألَ وأخذَ وكرُمَ" "يَسألُ ويَأخذُ ويَكرُمُ. Adapun huruf keduanya difathah, di dhommah dan dikasroh sesuai dengan ketentuan bahasa. Contoh : يَعلمُ ويَكتُبُ ويَحمِلُ
Jika fi'il madhinya empat huruf atau lebih dan pada awalnya hamzah zaidah, maka hamzah di buang dan dikasroh sebelum akhirnya. Contoh : أكرمَ وانطلقَ واستغفرَ" "يُكرِمُ ويَنطلِقُ ويَستغفِرُ. Jika pada awal fi'il madhi itu ta zaidah maka ia tetap, tanpa ada perubahan. Contoh : تكلَّمَ وتقابلَ" "يتكلمُ ويتقابلُ. Jika di awal fi'il madhi itu tidak ada hamzah dan ta zaidah maka dikasroh sebelum akhirnya. Contoh : عَظَّمَ وبايعَ" "يُعظِّمُ ويُبايِعُ
Huruf mudhoro'ah itu difathah seperti يَعلمُ وتُجتهدُ وتِتغفرُ kecuali jika fi'il madhinya empat huruf, maka ia mesti di dhommah, seperti : يُكرِمُ ويُعظِّمُ
· Isytiqoq Amr
Amr itu diambil dari mudhore dengan cara membuang huruf mudhoro'ah di awalnya. Jika setelah huruf mudhoro'ah itu berharokat maka dibuang pada kondisinya. Seperti يتعلّم maka amrnya تعلّم. Jika setelah huruf mudhoro'ah itu sukun maka ditambah hamzah pada posisi huruf mudhoro'ah. Contoh : "يَكتبُ ويُكرِمُ ويَنطلِقُ ويَستغفرُ" "اكتبْ وأكرِمْ وانطلِقْ واستغفِرْ
Hamzah pada amr adalah hamzah washol yang dikasroh. Contoh : إِعلمْ، إِنطلِقْ، إستقبلْ kecuali jika fi'il madhinya empat huruf maka hamzah tersebut adalah hamzah qotho' yang difathah. Contoh : أكرمْ وأحسنْ وأعطِ. Dan jika madhinya tiga huruf serta mudhorenya wazan يفعُلُ maka hamzahnya adalah hamzah washol yang didhommah. Contoh : أُكتُبْ، أُنصُرْ، أُدخُلْ"، فإِنَّ مضارعها "ينصُرُ ويكتُبُ ويدخُلُ
· Hamzah Washol
Hamzah washol adalah hamzah tambahan yang berada di awal kalimat. Digunakan untuk membersihkan permulaan dengan sukun. Karena orang Arab tidak memulai dengan sukun, sebagaimana halnya tidak waqof dengan harokat. Contoh hamzah washol yaitu : اسمٍ واكتبْ واستغفِرْ وانطلاقٍ واجتماع والرَّجل
Hukumnya yaitu dilafadzkan dan ditulis jika dibaca pada awal kalimat. Contoh : إسمُ هذا الرجل خالدٌ"، "إستغفرْ ربكَ. Hamzah washol ditulis dan tidak dilafadzkan jika dibaca setelah kalimat sebelumnya. Contoh : إنَّ إسمُ هذا الرجل خالدٌ"، "يا خالدُ إستغفرْ ربكَ
Hamzah washol terbagi kepada dua bagian, yaitu sima'i dan qiyasi.
Hamzah washol sima'I itu terdapat pada kalimat tertentu, yaitu : ابنٌ وابنةٌ وامرُؤٌ وامرأةٌ واثنان واثنتانِ واسمٌ وأَيْمُنٌ
· Faidah yang tiga
Ø Sebagian ulama ada yang menjadikan lafadz أيمن ini sebagai satu kalimat, yang digunakan untuk sumpah. Dan menjadikan hamzahnya hamzah washol. Sebagian ulama mengatakan bahwa ia adalah jama' dari يمين seperti أيمان dan menjadikan hamzahnya itu hamzah qotho'. Contoh : يا خالد أيمنُ الله لأفعلنَّ كذا dengan memandang bahwa hamzahnya adalah qotho'. Dapat diungkapkan "أيمن الله" "أيمُ الله" dengan membuang nun.
Ø Harokat ro pada lafadz إمرئ harokatnya itu seperti harokat hamzah setelahnya. Contoh : هذا امرُؤٌ ro-nya didhommah, رأيت "امرأ" ronya difathah, dan "ومررتُ بامرِئ" ro-nya dikasroh. Hamzahnya ditulis diatas wau jika dhommah, diatas alif jika fathah dan diatas ya jika kasroh.
Ø Jika hamzah istifham mendahului hamzah pada أل maka hamzah أل ditukar. Contoh : "الكتابَ تأخذ أم القلم" قال تعالى {قل اللهُ أذن لكم؟}. Dan boleh membuang hamzah pada أل secara tulisan dan pelafalan serta memandang cukup dengan hamzah istifham. Contoh : ألذّهب أنفع أم الحديد؟
Hamzah washol qiyasi itu terdapat pada setiap fi'il amr dari tsulatsi mujarrod. Contoh : اعلَمْ واكتُبْ. Pada setiap madhi, amr dan mashdar dari fi'il khumasi dan sudasi. Contoh : انطلَقَ وانطلقْ وانطلاقٍ، واستغفرَ واستغفِرُ واستغفارٍ
Hamzah washol itu selamanya dikasroh, kecuali pada أل و أيمن karena pada keduanya itu difathah, dan pada amr dari wazan يفعُلُ karena ia di dhommah seperti أُكتب – أُدخل
Madhi majhul pada khumasi dan sudasi hamzahnya di dhommah karena mengikuti huruf yang ketiga. Contoh : إحتَمَلَ، إِستَغْفَرَ" "أُحتُمِلَ، أُستُغفِرَ
· Hamzah fashl/qotho'
Hamzah fashl dinamai juga hamzah qotho', yaitu hamzah tambahan yang ada pada awal kalimat. Contoh : أكرمَ وأكرمُ وأُكرِمْ وإِكرام
Hukumnya yaitu ditulis dan dilafadzkan dimanapun letaknya, baik dibaca pada permulaan seperti أكرم ضيوفك atau setelah kalimat sebelumnya seperti يا عليٌّ أكرِمْ ضُيوفك
Hamzah fashl itu adalah hamzah qiyasi, yaitu terdapat pada :
Ø Awal sebagian jama', seperti : أحمالٍ وأولادٍ وأنفُسٍ وأربُعٍ واتقياءٍ وأفاضلٍ
Ø Madhi, amr dan mashdar ruba'I, seperti : أَحسنَ وأَحسنْ وإحسانٍ
Ø Mudhore yang disandarkan kepada seorang mutakallim, seperti : أَكتبُ وأُكرمُ وأَنطلقُ وأَستغفِرُ
Ø Wazan أفعل yang bermakna tafdhi, seperti : أفضلَ وأسمى
Ø Sifat musyabahat, seperti : أحمرَ وأعورَ
Hamzah qotho' itu selamanya fathah kecuali pada mudhore dan mashdar dari fi'il ruba'i, karena pada mudhore itu di dhommah seperti أحسن – أعطي dan pada mashdarnya dikasroh, seperti : إحسان - إعطاء
C. Wazan-wazan Fi'il
D. Tashrif Fi'il bersama Dhomir
Win at Slot Machines - The JamBase
BalasHapusWin at Slot Machines. 제천 출장마사지 For 전라북도 출장안마 more information, visit our Online 서울특별 출장마사지 Casino Guide. We list the 서울특별 출장샵 casinos that offer the best online slots 원주 출장안마 and scratch games.