Laman


Design awesome banner
 ads like this one FREE at AdDesigner.com

Minggu, 27 Februari 2011

JUZ 3

BAB IX
ISIM-ISIM MANSHUB
  1. Maf’ul Bih
        1. Pengertian Maf'ul Bih
Maf'ul Bih adalah isim yang menunjukan kepada sesuatu yang dikenai pekerjaan baik secara itsbat ataupun nafi, dan bentuk fi'il tidak akan merubah karena adanya itsbat dan nafi itu. Contoh itsbat : بريت القلم . Contoh nafi : ما ريت القلم
Terkadang dalam kalam itu Maf'ul Bih lebih dari satu jika fi'ilnya muta'addi lebih dari satu maf'ul. Contoh : أعطيت الفقير درهما – ظننت الأمر واقعا – أعلمت سعيدا الأمر جليّا
        1. Pembagian Maf'ul Bih
Maf'ul Bih terbagi kepada dua, yaitu shorih dan ghoir shorih. Shorih terbagi kepada dua bagian, yaitu dzhohir dan dhomir. Contoh shorih dzhohir yaitu فتح خالد الحيرة . Shorih dhomir terbagi kepada dua, yaitu muttashil dan munfashil. Contoh shorih dhomir muttashil yaitu أكرمتك – أكرمتهم . Contoh shorih dhomir munfashil yaitu إياك نعبد و إياك نستعين – إياه أريد
Ghoir shorih terbagi kepada tiga bagian, yaitu : Muawwal dengan mashdar setelah huruf mashdariah. Contoh : علِمتُ أنكَ مجتهدٌ jumlah muawwal dengan mufrod, contoh : ظننتك تجتهد dan jar majrur, contoh : أمْسكْتُ بيدِكَ terkadang huruf jar itu dibuang, dan majrur dinashabkan menjadi maf'ul bih serta dinamai manshub dengan dibuangnya khofd. Maka ia kembali kepadal asalnya, yaitu nashab. Seperti ucapan penyair : تَمُرُّونَ الدِّيارَ، ولم تَعوجُوا، * كلامُكُمُ عَلَيَّ إِذاً حَرَامُ
        1. Hukum-Hukum Maf'ul Bih
Maf'ul bih memiliki empat hukum, yaitu :
  • Wajib nashab
  • Boleh dibuang karena ada dalil. Contoh : رَعَتِ الماشيةُ dan ditanyakan, هل رأيتَ خليلاً؟ maka kamu jawab, رأيتُ Allah berfirman : ما وَدَّعَكَ ربُّكَ وما قَلى ما أنزلنا عليكَ القُرآن لتشقى، إلا تذكرةً لِمنْ يخشى
Terkadang muta'addi itu menempati lazim karena tidak ada kaitan dengan tujuan maf'ul bih, maka maf'ulnya tidak disebut dan tidak ditaqdir. Seperti firman Allah : هل يَستوي الذينَ يعلمونَ والذينَ لا يعلمونَ af'alul qulub yang menashabkan dua maf'ul maka boleh membuang kedua maf'ul itu secara bersamaan. Dan boleh juga membuang salah satunya karena ada dalil. Contoh yang dibuang salah satunya yaitu ucapan Antaroh : وَلَقدْ نزَلْتِ، فلا تَظُنِّي غَيْرَهُ * مِنِّي بِمَنْزِلةِ المُحَبِّ المُكْرَمِ maksudnya yaitu : فلا تَظُني غيرَهُ واقعاً dan yang dibuang kedua maf'ulnya secara bersamaan yaitu : أين شُرَكائيَ الذين كنتم تَزعمونَ maksudnya : تزعمونهم شُرَكائي dan ungkapan mereka : مَنْ يَسمَعْ يَخَلْ maksudnya : يَخَلْ ما يَسمعُهُ حقاً
  • Fi'ilnya boleh dibuang karena ada dalil, seperti firman Allah : ماذا أنزلَ ربُّكم؟ قالوا خيراً maksudnya : أنزلَ خيراً kamu ditanya, مَنْ أُكرِمُ kamu jawab, العلماءَ maksudnya : أكرمِ العلماءَ
Maf'ul wajib dibuang pada beberapa contoh tersebut dan yang lainnya dari yang sudah masyhur dibuangnya fi'il. Contoh : الكلابَ على البَقَرِ"، أي أرسلِ الكلابَ، ونحو أمرَ مُبكياتِكَ، لا أمرَ مضحِكاتكَ"، أي الزَمْ واقبَلْ، ونحو "كلَّ شيءٍ ولا شَتيمةَ حُرّ"، أي ائتِ كلَّ شيءٍ، ولا تأت
شتيمة حُرٍّ، ونحو "أهلاً وسهلاً"، أي جئتَ أهلا ونزلتَ سهلا
Maf'ul lainnya yang dibuang yaitu pada bab tahdzir, ighro, ikhtishos, isytighol dan na'at maqthu'
  • Pada asalnya maf'ul bih diakhirkan dari fi'il dan fa'il. Terkadang maf'ul mendahului fa'il, atau fi'il dan fa'il secara bersamaan.
        1. Mendahulukan dan Mengakhirkan Maf'ul Bih
Pada asalnya, fa'il itu bersambung dengan fi'il, karena fa'il itu seperti bagian dari fi'il. Kemudia setelahnya datang maf'ul. Terkadang, urusannya terbalik, dan terkadang maf'ul didahulukan daripada fi'il dan fa'il secara bersamaan. Semua itu ada yang jaiz, wajib dan terlarang.
Boleh mendahulukan maf'ul bih atas fa'il dan mengakhirkan maf'ul bih atas fa'il pada contoh : كتبَ زُهيرٌ الدرسَ، وكتبَ الدرسَ زُهيرٌ
Wajib mendahulukan salah satu dari keduanya daripada yang lain pada lima masalah :
  • Jika ditakutkan bercampur dan terjadi keraguan dengan sebab menyembunyikan I'rob dengan tidak disertai qorinah, lalu tidak diketahui fa'il dari maf'ulnya, maka wajib mendahulukan fa'il. Contoh : عَلّمَ موسى عيسى، وأكرمَ ابني أخي. وغلَب هذا ذاك jika dipandang aman dari percampuran karena adanya qorinah yang menunjukan maka boleh mendahulukan maf'ul. Contoh : أكرمتْ موسى سَلمى، وأَضنتْ سُعدَى الحُمّى
  • Dhomir yang kembali kepada maf'ul bersambung dengan fa'il, maka wajib mengakhirkan fa'il dan mendahulukan maf'ul. Contoh : أكرم سعيدا غلامه, firman Allah : وإذْ ابتلى إبراهيمَ رَبُّهُ بكلماتٍ - يومَ لا ينفع الظّالمينَ مَعذِرتُهم dan tidak boleh dikatakan أكرم غلامُهُ سعيداً agar kembalinya dhomir tidak mesti diakhirkan secara lafadz dan tingkata, dan hal itu terlarang. adapun ucapan penyair : وَلَوْ أَنَّ مَجداً أَخلَدَ الدَّهْرَ واحِداً * مِنَ النَّاسِ، أَبقى مَجْدُهُ الدَّهرَ مُطْعِما ucapan lain :
  • Fa'il dan maf'ul adalah dhomir, dan tidak ada batasan pada salah satu dari keduanya. Maka wajib mendahulukan fa'il dan mengakhirkan maf'ul. Contoh : أَكرمتُه
  • Salah satu dari keduanya dhomir muttashil dan yang lainnya adalah isim dzhohir
        1. Musyabbad dengan Maf'ul Bih
        2. Tahdzir
        3. Ighro
        4. Ikhtishos
        5. Isytighol
        6. Tanazu'
        7. Ungkapan yang mengandung makna dzhon
        8. Ilgho dan Ta'liq pada Af'alul Qulub
  1. Maf’ul Muthlaq
        1. Pengertian Maf'ul Muthlaq
Maf'ul muthlaq adalah mashdar yang disebut setelah fi'il dari lafadznya untuk menguatkan maknanya, atau menjelaskan bilangannya, atau menjelaskan macamnya atau mengganti lafadz dengan fi'ilnya. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
  • Menguatkan makna : وكلّم اللهُ مُوسى تكليماً
  • Menjelaskan bilangan : وقفتُ وقفتينِ
  • Menjelaskan macam : سرتُ سيرَ العُقلاءِ
  • Menggantikan lafadz dan fi'ilnya : صَبراً على الشدائد
Perlu diketahui bahwa yang disebut untuk menggantikan lafadznya itu bukan dimaksud untuk menguatkan, menjelaskan bilangan atau macamnya.
        1. Mashdar Mubhan dan Mashdar Mukhtas
Mashdar itu ada dua macam, yaitu : mubham dan mukhtas
  • Mubham yaitu mashdar yang sama dengan makn fi'ilnya tanpa ada tambahan dan pengurangan. Mashdar tersebut hanya untuk menguatkan, seperti : قمتُ قياماً. وضربتُ اللصّ ضرباً. Menggantikan lafadz dan fi'ilnya, seperti : إيماناً لا كُفْراً"، ونحو "سَمعاً وطاعةً karena maknanya adalah : آمِنْ ولا تكْفُرْ، وأَسمعُ وأُطيعُ
Berdasarkan hal ini, maka tidak boleh mashdar tersebut dimutsanna dan dijama', karena muakkad itu menempati pengulangan fi'il. Dan pengganti fi'ilnya itu menempati fi'ilnya sendiri. Dengan demikian maka dimalakanlah dengan amalnya tanpa mutsanna dan jama'
  • Mukhtash yaitu mashdar yang ada tambahan pada fi'ilnya dengan memberi faidah macam atau bilangan. Contoh : سرتُ سَيرَ العُقلاءِ. وضربتُ اللصَّ ضرْبَتينِ، أو ضَرَباتٍ . dan memberi faidah bilangan mutsanna dan jama' tanpa berbeda. Yang member faidah macam, yang benar adalah dimutsanna dan dijama' dengan qiyas pada apa yang didengarnya. Seperti : العقولِ والألبابِ والحُلُوم dan yang lainnya. Boleh kamu katakana قمتُ قيامين dan kamu bermaksud dua macam berdiri.
Mashdar dikhususkan dengan alif lam 'ahdiyyah seperti قمتُ القيامَ maksudnya berdiri yang kamu pastikan, alif lam jinsiyyah, seperti : جلستُ الجلوسَ yang kamu maksud adalah jenis dan nakiroh, dengan sifatnya, seperti : سعيتُ في حاجتك سعياً عظيماً dan dihofah, seperti : سرتُ سيرَ الصالحينَ
        1. Mashdar Muttashorrif dan Mashdar Ghoir Muttashorrif
  • Mashdar muttashorrif yaitu mashdar yang boleh manshub menjadi mashdar (maf'ul muthlaq). Dan ditashrifkan darinya itu menjadi fa'il, naibul fa'il, mubtada, khobar, maf'ul bih dan yang lainnya. Dan itu adalah semua mashdar kecuali sedikit yang tidak.
  • Ghoir muttashorrif yaitu mashdar yang mensti nashab menjadi mashdar (maf'ul muthlaq). Ia tidak bisa berubah kepada yang lainnya dalam hal kedudukan I'rob. Hal itu seperti : سبحان ومَعاذَ ولَبيّكَ وسَعدَيكَ وحنَانَيكَ ودوَاليكَ وحَذارَيك
        1. Pengganti Mashdar
Ada dua belas lafadz yang menggantikan mashdar, maka hukumnnya diberikan kepadanya dengan dipandang bahwa ia manshub menjadi maf'ul muhtlaq, yaitu sebagai berikut :
  • Isim mashdar
  • Sifatnya
  • Dhomir yang kembali kepadanya
  • Murodifnya
  • Mashdar yang isytiqoq
  • Sesuatu yang menunjukan kepada macam
  • Sesuatu yang menunjukan kepada bilangan
  • Sesuatu yang menunjukan kepada alat
  • ما – أي istifhamiyyah
  • ما – مهما – أي syartiyyah
  • Lafadz كل – بعض dan أي al-kamaliyyah yang mudhof kepada mashdar
  • Isim isyaroh yang ditunjukan kepada mashdar
        1. 'Amil Maf'ul Muthlaq
'Amil maf'ul muthlaq itu ada tiga macam, yaitu :
  • Fi'il tam muttashorrif
  • Sifat musytaq
  • Mashdar
        1. Hukum-hukum Maf'ul Muthlaq
Maf'ul muthlaq memiliki tiga hukum, yaitu :
  • Wajib nashab
  • Wajib terletak setelah 'amil
  • 'Amilnya boleh dibuang
        1. Mashdar yang Menggantikan Fi'ilnya
Mashdar yang menggantikan fi'ilnya, yang disebut sebagai badal dari lafadz fi'ilnya itu ada tujuh macam, yaitu :
  • Mashdar yang menempati posisi amr
  • Mashdar yang menempati posisi nahyu
  • Mashdar yang menempati posisi do'a
  • Mashdar yang terletak setelah istifham yang bermakna penghinaan, ketakjuban, dan sakit
  • Mashdar-mashdar yang didengar yang banyak digunakan dan ada qorinah-qorinah yang menunjukan kepada 'amilnya
  • Mashdar yang terletak sebagai rincian bagi yang mujmla sebelumnya, dan penjelasan bagi akibat dan hasilnya
  • Mashdar yang menguatkan kandungan makna jumlah sebelumnya
  1. Maf’ul Lah
        1. Pengertian Maf'ul Lah
Maf'ul lah dinamai juga maf'ul lai ajlih atau maf'ul min ajlih yaitu mashdar qolbi (hati) yang disebut sebagai alasan bagi peristiwa yang bersamaan waktu dan pelakunya. Contoh lafadz رغبة pada ungkapan اغتربت رغبة في العلم
Lafadz رغبة adalah mashdar qolbi, menjelaskan alasan kenapa ia mengassingkan diri. Karena sebab mengasingkan diri itulah ia rindu terhadap ilmu. Kejadian itu (mengasingkan diri) bersamaan dengan mashdar (rindu) dalam hal waktu dan pelakunya. Karena waktu keduanya itu adalah satu yaitu pada waktu lalu, dan fa'ilnya pun satu yaitu mutakallim.
Yang dimaksud mashdar qolbi itu adalah mashdar bagi perbuatan-perbutan yang muncul dari bathin, seperti : التعظيم والإجلال والتحقير والخشية والخوف والجرأة والرغبة والرهبة والحياء والوقاحة والشفقة والعلم والجهل. ونحوهما kebalikannya adalah af'al jawarih (perbuatan anggota badan) yang tampak dan yang berkaitan dengannya seperti : القراءة والكتابة والقعود والقيام والوقوف والجلوس والمشي والنوم واليقظة، ونحوها
        1. Syarat-syarat Nashab Maf'ul Li Ajlih
Maf'ul li ajlih harus memenuhi lima syarat. Jika salah dari syarat tersebut hilang maka tidak boleh nashab. Tidak setiap lafadz nashab yang disebut untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu perbuatan adalah maf'ul li ajlih. Rincian syarat-syarat nashabnya maf'ul li ajlih adalah sebagai berikut :
  • Maf'ul li ajlih itu adalah mashdar. Jika bukan mashdar maka tidak boleh nashab, seperti firman Allah : والأرض وضعها للأنام
  • Maf'ul li ajlih itu adalah mashdar qolbi, yaitu perbuatan-perbuatan nafsu bathin. Jika mashdarnya bukan qolbi maka tidak boleh nashab. Contoh : جئت للقراءة
  • Poin 3 dan 4 mashdar qolbi itu bersatu dengan fi'il dalam waktu dan fa'il. Maksudnya, waktu perbuatan dan waktu mashdarnya mesti satu, dan fa'ilnya adalah satu. Jika berbeda waktu atau perbuatannya maka tidak boleh menashabkan mashdar. Contoh سافرت للعلم karena waktu safarnya lampau, dan waktu ilmunya akan datang. Contoh lain :
        1. Hukum-hukum Maf'ul Lah
  1. Maf’ul Fih atau Dzhorof
        1. Pengertian Maf'ul Fih
Maf'ul fih atau dzhorof adalah isim manshub dengan taqdir في disebut untuk menjelaskan waktu atau tempat perkerjaan. Jika bukan taqdir في maka ia itu bukan dzhorof, akan tetapi isim-isim lain yang bergantung kepada tuntutan amil. Ia menjadi mubtada dan khobar pada contoh يومنا يومٌ سعيد menjadi fa'il pada contoh جاء يومُ الجمعة menjadi maf'ul pada contoh لا تضيع أيامَ شبابك dan menjadi yang lainnya.
Pada asalnya, dzhorof itu adalah wadah bagi sesuatu. Bijana disebut dzhorof, karena bijana itu wadah bagi yang sesuatu yang disimpan padanya. Waktu dan tempat dinamai dzhorof karena segala perbuatan dapat dilakukan di dalamnya. Oleh karena itu jadilah zhorof itu seperti wadah bagi segala perbuatan
        1. Dzhorof Zaman dan Makan
Dzhorof zaman adalah dzhorof yang menunjukan kepada waktu terjadinya suatu peristiwa. Contoh سافرت ليلا
Dzhorof makan adalah dzhorof yang menunjukan kepada tempat terjadinya suatu peristiwa. Contoh : وقفت تحت علم العلم
Dzhorof, baik zaman atau makan itu ada yang mubham dan mahdud (muwaqqot atau mukhtas) dan ada muttashorrif dan ghoir muttashorrif.
        1. Dzhorof Mubham dan Dzhorof Mahdud


        1. Dzhorof Muttashorrif dan Ghoir Muttashorrif
        2. Nashab Dzhorof
        3. 'Amil Dzhorof
        4. Muta'allaq Dzhorof
        5. Pengganti Dzhorof
        6. Dzhorof Mu'rob dan Dzhorof Mabni
        7. Penjelasan Dzhorof Mabni dan Hukumnya
  1. Maf’ul Ma’ah
        1. Pengertian Maf'ul Ma'ah
        2. Syarat Nashab Maf'ul Ma'ah
        3. Hukum-hukum setelah Wau
        4. 'Amil pada Maf'ul Ma'ah
  2. Hal
        1. Pengertian Hal
        2. Isim yang Menjadi Hal
        3. Syarat-syarat Hal
        4. 'Amil dan Shohibul Hal
        5. Mendahulukan dan Mengakhirkan Hal dari Shohibul Hal
        6. Mendahulukan dan Mengakhirkan Hal dari 'Amilnya
        7. Kapan Hal Wajib Mendahului 'Amil
        8. Kapan Hal Wajib diakhirkan dari 'Amilnya
        9. Membuang Hal dan Shohibul Hal
        10. Membung 'Amil Hal
        11. Pembagian Hal
        12. Wau Hal dan Hukumnya
        13. Hal berbilang
        14. Penyempurna
  3. Tamyiz
        1. Pengertian Tamyiz
        2. Tamyiz Dzat dah Hukumnya
        3. Tamyiz Nisbah dan Hukumnya
        4. Hukum Tamyiz Bilangan yang Jelas
        5. كم Istifhamiyyah dan Tamyiznya
        6. كم Khobariyyah dan Tamyiznya
        7. كأين dan Tamyiznya
        8. كذا dan Tamyiznya
        9. Sebagian Hukum-hukum Tamyiz
  4. Istitsna
        1. Pengertian Istitsna
        2. Pembahasan Umum
        3. Hukum Mustatsna dengan إلاّ Muttashil
        4. Hukum Mustatsna dengan إلاّ Munqothi'
        5. إلاّ bermakna غير
        6. Hukum Mustatsna dengan غير – سوى
        7. Hukum Mustatsna dengan خلا – عدا – حاشا
        8. Hukum Mustatsna dengan ليس – لا يكون
        9. Syibhul Istitsna
  5. Munada
        1. Pengertian Munada
        2. Huruf-huruf Nida
        3. Pembagian dan Hukum Munada
        4. Nida Dhomir
        5. Nida yang ada Alif Lam
        6. Hukum-hukum Tawabi' Munada
        7. Membuang Huruf Nida
        8. Membuang Munada
        9. Munada yang Mudhof kepada Ya Mutakallim
        10. Munada Musaghots
        11. Munada Muta'ajjab Minhu
        12. Munada Mandub
        13. Munada Murokhkhom
        14. Isim-isim yang Mesti Nida
        15. Tatimmah


BAB X
ISIM-ISIM MAJRUR
  1. Huruf Jar
  2. Idhofah


BAB XI
TAWABI’ DAN ‘IROBNYA
Tawabi' adalah kalimat-kalimat yang tidak disentuh oleh i'rob kecuali dengan cara mengikuti terhadap yang lainnya. Dalam arti, tawabi' itu di'rob seperti i'rob yang sebelumnya. Tawabi' ada lima macam, yaitu :
  • Na'at
  • Taukid
  • Badal
  • Athof bayan
  • Ma'thuf bil harfi




  1. Na’at
        1. Pengertian Na'at
Na'at atau shifat yaitu tabi' yang disebut setelah isim untuk menjelaskan sebagian keadaanya atau keadaan yang berkaitan dengannya. Contoh pertama yaitu : جاء التبميذ المجتهد contoh kedua yaitu : جاء الرجل المجتهد غلامه
Sifat pada contoh pertama menjelaskan keadaan mausufnya sendiri. Sedangkan pada contoh kedua tidak menjelaskan maushuf, yaitu لرجل tapi menjelaskan yang berkaitan dengannya yaitu غلامه. Faidah na'at yaitu membedakan antara dua hal yang musytarok pada isim. Jika maushufnya itu ma'rifat maka faidahnya yaitu untuk menjelaskan (taudih). Dan jika maushufnya nakiroh maka faidahnya adalah pengkhususan (takhsis). Jika kamu katakana جاء علي المجتهد maka engkau menjelaskan bahwa yang datang itu adalah orang yang sama namanya. Dan jika kamu katakana صاحب رجلا عاقلا maka engkau mengkhususkan laki-laki ini diantara kesamaan dalam sifa kelelakiannya.
        1. Kriteria Na'at
Pokok asal pada na'at adalah terdiri dari isim musytaq, seperti isim fa'il, isim maf'ul, sifat musyabahat dan isim tafdhil. Contoh : جاء التلميذ المجتهد – أكرم خالدا المحبوب – هذا رجل حسن خلقه – سعيد تلميذ أعقل من غيره terkadang na'at itu jumlah fi'liyyah atau jumlah ismiyyah.
Terkadang na'at itu adalah isim jamid yang dita'wil musytaq, hal itu terjadi pada Sembilan bentuk, yaitu :
  1. Mashdar. Contoh : هو رجل ثقة أي موثوق به. أنت رجل عدل أي عادل
  2. Isim Isyaroh. Contoh : "أكرِمْ عليّاً هذا"، أي المشارُ إليه
  3. ذو yang bermakna صاحب dan ذات yang bermakna صاحبة . contoh : جاءَ رجلٌ ذُو علمٍ، وامرأةٌ ذاتُ فَضلٍ، أي صاحبُ علمٍ، وصاحبة فضلٍ
  4. Isim Maushul yang disertai ال. "جاءَ الرجلُ الذي اجتهدَ"، أي المجتهدُ
  5. Isim yang menunjukan kepada bilangan man'ut. "جاءَ رجالٌ أربعةُ"، أي مَعْدُودُونَ بهذا العَدَد
  6. Isim yang disertai Ya nisbah. "رأيتُ رجلاً دِمَشقيّاً، منسوباً إلى دِمَشق
  7. Isim yang menunjukan kepada tasybih. "رأيتُ رجلاً أسداً، أي شجاعاً، و "فلانٌ رجلٌ ثَعلبٌ"، أي محتالٌ. والثعلبُ يُوصفُ بالاحتيالِ
  8. ما nakiroh yang bermaksud ibham. "أُكرِمُ رجلاً ما" أي رجلاً مُطلقاً غيرَ مُقيّدٍ بصفةٍ ما. Terkadang, disamping bermakna ibham, juga bermakna menunjukan pada perkara yang besar (tahwil). Contoh : لأمرٍ ماجَدَعَ قَصيرٌ أنفَهُ"، أي لأمرٍ عظيمٍ
  9. كل و أي yang menunjukan kepada kesempurnaan maushuf bagi sifat. Contoh : "أنتَ رجلٌ كلُّ الرجلِ"، أي الكاملُ في الرُّجوليّةِ، و "جاءَني رجلٌ أيُّ رجلٍ"، أي كاملٌ في الرجوليّةِ. ويقال أيضاً "جاءَني رجلٌ أيُّما رجلٍ"، بزيادةِ "ما"
        1. Na'at Haqiqi dan Na'at Sababi
Na'at terbagi kepada dua yaitu haqiqi dan sababi.
Na'at haqiqi yaitu na'at yang menjelaskan salah satu sifat matbu'nya. Contoh : جاءَ خالدٌ الأديبُ.
Na'at sababiy yaitu na'at yang menjelaskan salah satu sifat yang berkaitan dengan matbu'nya. Ccontoh : جاءَ الرجلُ الحسنُ خطُّهُ
Lafadz الأديبُ Menjelaskan خالدٌ . adapun lafadz الحسنُtidak menjelaskan sifat الرجلُ , karena yang dimaksud shifatnya bukan الحسن tapi mejelaskan sifat خطُّ yang berkaitan dengan الرجلُ, karena tulisan tersebut disandarkan kepada الرجلُ.
Na'at wajib mengikuti man'utnya dalam hal I'rab, ifrad, tatsniyah, jama', tadzkir, ta'nits, ta'rif dan tankir. Kecuali na'at sababiy yang tidak mengandung kepada dhomir man'utnya. Maka ketika itu ia ajib mengikuti dalam hal I'rab, ta'rif dan tankir saja. Sedangkan ta'nits dan tadzkirnya memperhatikan kepada kalimat yang setelahnya, dean na'at sababiy itu selamanya mufrad.
Kamu bisa mengatakan tentang na'at haqiqi sebagai berikut :
"جاءَ الرجلُ العاقلُ. رأيتُ الرجلَ العاقلَ.مررتُ بالرجلِ العاقلِ. جاءَت فاطمةُ العاقلةُ. رأيت فاطمةَ العاقلةَ. مررت بفاطمةَ العاقلةِ. جاءَ الرجلانِ العاقلانِ. رأَيتُ الرجلين العاقلين. جاءَ الرجالُ العُقلاءُ. رأيتُ الرجالَ العُقلاءَ. مررتُ بالرجالِ العقلاءِ. جاءَت الفاطماتُ العاقلاتُ. رأيت الفاطماتِ العاقلاتِ. مررتُ بالفاطماتِ العاقلاتِ".
Dan kamu bisa katakana tentang na'at sababiy yang tidak mengandung dhomir man'utnya sebagai berikut :
"جاءَ الرجلُ الكريمُ أَبوه، والرجلانِ الكريمُ أَبوهما، والرجالُ الكريمُ أَبوهم، والرجلُ الكريمة أُمُّهُ. والرجلانِ الكريمةُ أُمُّهما، والرجالُ الكريمةُ. أُمُّهم، والمرأةُ الكريمُ أبوها، والمرأتانِ الكريمُ أَبوهما، والنساءُ الكريمُ أبوهنَّ، والمرأَة الكريمةُ أُمُّها، والمرأَتانِ الكريمةُ أُمُّهما، والنساءُ الكريمةُ أُمُّهنَّ".
Adapun na'at sababi yang mengandung man'utnya harus sesuai dengan man'utnya dari segi mufrod,mutsana,jama',mudzakar,dan muanats.Disamping itu harus sesuaio juga dari segi 'rob,ma'rifat dan nakiroh.Contoh: "جاءَ الرجلانِ الكريما الأبِ، والمرأتانِ الكريمتا الأبِ، والرجالُ الكرامُ الأبِ، والنساءُ الكريماتُ الأبِ"
Perlu di ketahui, terkait dengan ketentuan tersebut ada yang dikecualikan dalam 4 hal yaitu:
              1. Sifat yang menggunakan wazan فعول yang bermakna فاعل .contoh: صَبُورٍ وغَيورٍ وفَخُورٍ وشكُورٍ. Atau wazan فعيل yang bermakna مفعول .Contoh: جريح وقَتيل وخَضيبٍatau wazan مفعال .Contoh: مِهذار ومِكسال ومِبسامٍatau wazan مفعيل .Contoh: مِعطيرٍ ومِسكينٍ atau wazan مفعل contoh: مِغشَمٍ ومِدعسٍ ومِهذَرٍ .Kelima wazan tersebut sifatnya sama bagi mudzakar dan muanats. Kamu bisa mengatakan: رجلٌ غيورٌ، وامرأةٌ غيورٌ، ورجلٌ جريحٌ، وارمأة جريح
              2. Masdar yang dijadikan sifat. Ia tetap dalam satu bentuk untuk mufrod, mutsana, jama', mudzakar dan muanats. Kamu ucapkan: رجلٌ عدلٌ، وامرأة عدلٌ. ورجلانِ عَدلٌ. وامرأتانِ عدلٌ. ورجالٌ عَدلٌ. ونساءٌ عَدلٌ.
              3. Na'at untuk jama' yang tidak berakal. Ia boleh 2 bentuk, beramal seperti amal jama' dan beramal seperti mufrad muanats. Kamu katakana: عندي خيولٌ سابقاتٌ، وخيولٌ سابقة terkadang disifati untuk jama' 'aqil jika bukan jama' mudzakar salim dengan sifat mufradah muanatsah. Seperti:
              4. Na'at untuk isim jama'. Ia boleh mufrad dengan memandang lafadz man'utnya, dan boleh jama' dengan memandang maknanya. Kamu ungkapkan: إنَّ بَني فلان قومٌ صالحٌ وقومٌ صالحون

        1. Na'at Mufrod, Jumlah dan Syibhul Jumlah
Na'at juga terbagi kepada tiga bagian, yaitu: mufrad, jumlah dan syibhul jumlah.
  1. Na'at mufrad yaitu na;at yang bukan jumlah dan bukan syibhul jumlah walaupun ia mutsana atau jama'. Contoh:
  2. Na'at jumlah yaitu na'at dari jumlah fi'liyyah atau jumlah ismiyyah. Contoh:

  1. Na'at syibhul jumlah
        1. Na'at Maqthu'
        2. Tatimmah

  1. Taukid
  2. Badal
  3. Athof Bayan


BAB XII
HURUF-HURUF MA’ANI
Huruf terbagi kepada dua macam, yaitu huruf mabni dan ma’ni. Huruf mabni adalah huruf yang dapat membentuk suatu kalimat. Sedangkan huruf ma’ni adalah huruf yang memiliki makna yang tidak tampak kecuali jika tersusun dalam suatu jumlah, seperti huruf jar, istifham, athof dan yang lainnya. Huruf terbagi kepada dua bagian, yaitu ‘amil dan ‘athil. Huruf amil adalah huruf yang mempengaruhi perubahan pada akhir suatu kalimat. Yang termasuk huruf amil adalah, huruf jar, nawashib mudhore’, huruf yang menjazmkan satu fi’il, ان, اذما yang menjazmkan dua fi’il, huruf-huruf yang serupa dengan fi’il yang menashabkan isim dan marofa’kan khobar, la nafiyah lil jinsi yang beramal seperti amal ‘inna’ yaitu menasabkan isim dan merofakan khobar, ما, لا, لات, ان yang serupa dengan ليس dalam hal amal, yaitu merofa’kan isim dan menasabkan khobar.
Huruf ‘athil atau ghoir ‘amil yaitu huruf yang tidak mempengaruhi I’rob pada akhir suatu kalimat, seperti هل, هلا, نعم, لولا dan yang lainnya.
MACAM-MACAM HURUF
Huruf yang mencakup ‘amil dan athil ditinjau dari segi maknanya terbagi kepada 31 macam, yaitu :
  1. Huruf-huruf Nafi
Huruf-huruf Nafi ada tujuh yaitu : لم, لما, لن, ما, ان, لا, لات . Rincian penjelasannya yaitu sebagai berikut :
  • لم, لما yang menjazmkan satu fi’il mudhore
  • لن yang menasabkan fi’il mudhore
  • ما, ان itu menafikan madhi dan hal. Keduanya masuk pada fi’il dan isim
  • لا menafikan madhi dan mustaqbal
  • لات khusus masuk pada حين dan dzhorof zaman yang serupa dengannya.
  1. Huruf-huruf Jawab
Huruf-huruf jawab ada delapan yaitu : نعم, بلى, اي, أجل, جير, ان, لا, كلا . Penjelasannya secara rinci yaitu sebagai berikut :
  • نعم digunakan untuk menunjukan jumlah jawab yang dibuang, ia menempati posisi jawab
  • أجل bermakna نعم , seperti نعم digunakan untuk :
    • Membenarkan kepada orang yang membawa berita
    • Memberitahu kepada orang yang meminta berita
    • Janji kepada orang yang meminta apa yang ia minta
  • اي hanya digunakan sebelum qosam, untuk menguatkan qosam
  • بلى Letaknya dikhususkan setelah nafi, بلى merubah nafi menjadi itsbat. Berbeda dengan نعم, أجل , jawaban dengan keduanya mengikuti sebeumnya dalam hal itsbat dan nafi
  • جير adalah huruf jawab yang bermakna نعم , mabni atas kasroh, terkadang atas fathah. Biasanya terletak sebelum qosam. Sebagian ulama ada yang memandang bahwa ia itu isim yang bermakna حقا
  • ان adalah huruf jawab bermakna نعم . Jika ان huruf jawab bersambung dengan ha, maka ha tersebut bukan ha dhomir, tetapi ha saktah. ان jawab diambil dari ان taukid, karena jawaban itu membenarkan dan menguatkan.
  • لا, كلا menafikan jawaban. كلا disamping bermakna naïf, juga bermakna mencegah dan melarang mukhotob. Dan terkadang كلا bermakna حقا
  1. Huruf Tafsir
Huruf tafsir ada dua yaitu : أي, أن . Keduanya berfungsi untuk menafsirkan kalimat sebelumnya. أي digunakan untuk Menafsirkan mufrod dan jumlah. Sedangakan أن dikhususkan untuk menafsirkan jumlah saja, ia terletak diantara dua jumlah
  1. Huruf-huruf Syarat
Huruf syarat ada delapan, yaitu : ان, اذما, لو,لولا, لوما, أما, لما . Penjelasannya yaitu sebagai berikut :
  • ان, اذما yang menjazmkan fi’il mudhore
  • لو ada dua macam, yaitu
    1. Huruf syarat bagi madhi yang memberi faidah terhalangnya sesuatu karena terhalang oleh yang lain. لو ini dinamai “harf imtina’ li imtina’” atau huruf sesuatu yang akan terjadi karena terjadinya oleh yang lain. لو “huruf imtina’ li imtina’” ini hanya bersambung dengan fi’il madhi secara shigoh dan zaman.
  1. Huruf-huruf Tahdhid dan Tandim
  2. Huruf-huruf Arodh
  3. Huruf-huruf Tanbih
  4. Huruf-huruf Mashdariyah
  5. Huruf-huruf Istiqbal
  6. Huruf-huruf Taukid
  7. Huruf Istifham
  8. Huruf-huruf Tamanni
  9. Huruf Tarojji dan Isyfaq
  10. Huruf Tasybih
  11. Huruf-huruf Shillah
  12. Huruf-huruf Ta’lil
  13. Huruf Rod’i dan Jazr
  14. Laamat
  15. Ta Ta’nits Sakinah
  16. Ha sakt
  17. Huruf-huruf Tholab
  18. Hururf Tanwin
  19. Huruf –huruf lainnya



KHOTIMAH
A. Amil, Ma’mul dan Amal
1. Pengertian Amal, Ma’mul dan Amal
Kapan pun beberapa kalimat tersusun dalam suatu jumlah, maka diantara kalimat itu ada yang mempengaruhi kalimat berikutnya, merofa'kan setelahnya, menashabkan, menjazmkan atau memajrurkannya. Sepeti fi'il, yang merofa'kan fa'il dan manshabkan maf'ul bih. Seperti mubtada yang merofa'kan khobar. Seperti adat jazm yang menjazmkan fi'il mudhore. Dan seperti huruf har yang mengkhofdkan isim-isim setelahnya. Maka hal ini adalah yang mempengaruhi (muatstsir) atau amil.
Diantara kalimat itu ada pula yang dipengaruhi oleh kalimat sebelumnya, ia menjadi rofa', nashab, jar dan jazm. Seperti fa'il, maf'ul, mudhof ilaih, yang didahului oleh huruf jar, fi'il mudhore dan yang lainnya. Maka hal ini dinamai yang dipengaruhi (mutaatstsar) atau ma'mul.
Diantara kalimat itu ada pula yang tidak mempengaruhi dan tidak pula di pengaruhi, seperti sebagaian huruf. Contoh : هل – بل – قد – سوف – هلاّ dan huruf-huruf ma'ani lainnya.
Kesimpulan yang diperoleh dari fi'il yang mempengaruhi dan hasil yang dipengaruhi itu adalah atsar. Seperti alamat I'rob yang menunjukan kepada rofa', nashab, jar dan jazm. Maka itu merupakan hasil dari pengaruh amil-amil yang masuk pada beberapa kalimat, dan karena terpengarunya kalimat oleh amil.
Kalimat yang memberikan perubahan disebut amil
Kalimat yang akhirnya berubah karena adanya amil disebut ma'mul
Kalimat yang tidak berpengaruh dan tidak pula dipengaruhi itu adalah athil, yaitu bukan ma'mul, bukan pula amil.
Pengaruh yang dihasilkan berupa rofa', nashab, jazm dan khofd itu dinamai 'amal, yaitu I'rob.
2. Amil
Amil adalah kalimat yang memberikan pengaruh rofa', nashab, jazm dan khofd kepada kalimat yang setelahnya. Yang termasuk kategori amil adalah sebagai berikut :
Ø Fi'il
Ø Syibhul fi'li
Ø Adat nashab dan adat jazm bagi fi'il mudhore
Ø Huruf-huruf yang menashabkan mubtada dan merofa'kan khobar
Ø Huruf-huruf yang merofa'kan mubtada dan menashabkan khobar
Ø Huruf jar
Ø Mudhof
Ø Mubtada
Pembahasan tersebut telah lalu kecuali syibhul f'I'li yang akan dibahas nanti.
Amil terbagi kepada dua bagian, yaitu : lafdziyyah dan ma'nawiyyah.
· Amil lafdzi yaitu amil yang mempengaruhi yang dilafadzkan, seperti yang kami terangakan
· Amil ma'nawi yaitu kosongnya isim dan mudhore' dari yang mempengaruhinya secara lafadz. Kosong tersebut (tajarrud) adalah amil rofa'.
Tajarrudnya mubtada dari amil lafdzi itu adalah sebab rofa'nya. Dan tajarrudnya mudhore dari amil nashab dan jazm adalah sebab rofa'nya juga.
Tajarrud itu adalah tidak disebutnya amil. Itu adalah sebab ma'nawi pada rofa'nya yang kosong dari amil lafdzi, seperti mubtada dan fi'il mudhore yang tidak didahului oleh adat nashab dan jazm.
3. Ma’mul
Ma'mul adalah kalimat yang akhirnya berubah dengan rofa', nashab, jazm dan khofd disebabkan dipengaruhinya oleh amil. Yang termasuk kategori ma'mul itu adalah sejumlah isim dan fi'il mudhore.
Ma'mul tebagi kepada dua bagian, yaitu : ashalah dan tab'iyyah.
· Ma'mul Asholah adalah kalimat yang dipengaruhi oleh amil secara langsung, seperti fa'il, naibul fa'il, mubtada dan khobarnya, isim fi'il naqish dan khobarnya, isim dan kobar inna dan saudaranya, al-mafa'il, hal, tamyiz, mustatsna, mudhof ilalih dan fi'il mudhore. Mubtada itu adalah amil bagi rofa'nya khobar, dan mubtada juga ma'mul karena tajarrudnya dari amil lafdziyyah karena ibtida, dan itualah yang merofa'kannya. Mudhof itu adalah amil bagi majrurnya mudhof ilaih. Ia pun ma'mul karena ia marfu' atau manshub atau majrur bergantung kepada amil yang masuk padanya. Mudhore dan syibhunya adalah (selain isim fi'il) amil bagi kalimat setelahnya, dan ma'mul bagi amil yang sebelumnya.
· Ma'mul tabi'iyyah yaitu ma'mul yang dipengaruhi oleh amil dengan perantara matbu'nya, seperti na'at, athof, taukid dan badal. Kalimat-kalimat tersebut di rofa', di nashab, di jar dan di jazm karena mengikuti terhadap marfu', manshub majrur dan majzmu. Amil baginya adalah amil pada matbu' yang mendahuluinya.
4. Amal
Amal disebut juga i'rob, yaitu bekas yang dihasilkan dengan dipengaruhinya oleh amil rofa', nashab, khofd dan jazm.
B. Amal Mashdar dan shifat-shifat yang menyerupai Fi’il
1. Amal Mashdar dan Isim Mashdar
Mashdar beramal seperti amal fi'ilnya dari segi muta'addi dan lazim. Jika fi'ilnya lazim maka ia butuh pada fa'il saja. Contoh : يُعجبُني اجتهادُ سعيدٍ jika ia muta'addi maka ia butuh fa'il dan maf'ulnya. Mashdar itu muta'addi sebagaimana fi'ilnya memuta'addikan, terkadang dengan muta'ddi bi nafsih, seperti : ساءَني عصيانُك أباكَ dan terkadang pula muta'addi dengan huruf jar, seperti : ساءَني مُرورُكَ بمواضعِ الشُّبهةِ. Perlu diketahui bahwa mashdar tidak beramal seperti amal fi'il karena serupanya dengan fi'il, tapi karena mashdar itu adalah asalnya.
Boleh fa'ilny dibuang tanpa mengandung dhomir mashdar, seperti : سرَّني تكريم العاملينَ. Dan hal itu tidak boleh dilakukan pada fi'il, karena jika fa'ilnya tidak tampak maka fa'ilnya itu adalah dhomir mustatir.
Dan boleh membuang maf'ulnya, seperti firman Allah : {وما كان استغفارُ إبراهيمَ لأبيه إلا عن موعِدةٍ وَعدَها إياهُ}، أَي استغفار إبراهيمَ رَبّهُ لأبيه.
Mashdar itu beramal seperti amalnya fi'ilnya dari segi mudhof, kosong dari alif lam dan idhofah, atau ma'rifat oleh alif lam. Contoh pertama ولولا دفعُ اللهِ الناسَ بعضَهم ببعضِ contoh kedua : أو إطعامٌ في يومٍ ذي مسبغةٍ يَتيماً ذا مقربةٍ أو مِسكيناً ذا مَترَبَةٍ. Contoh ketiga itu amalnya sedikit, seperti : لَقَدْ عَلِمَتْ أُولَى المُغيرَةِ أَنَّني * كَرَرْتُ، فَلَمْ أَنْكُلْ عَنِ الضَّرْبِ مِسْمَعا
Disyaratkan bagi amal mashdar itu adalah pengganti dari fi'ilnya, seperti : ضرباً اللصَّ atau boleh……….disertai أن atau ما mashdariyyah yang menempati posisinya. Jika kamu katakan :
سرَّني فَهمُكَ الدَّرسَ"، صحَّ أن تقول "سرَّني أن تفهمَ الدرسَ". وإذا قلتَ "يَسرُّني عملُكَ الخيرَ"، صحَّ أن تقول "يَسُرُّني أن تعملَ الخيرَ". وإذا قلتَ "يُعجبُني قولكَ الحقَّ الآن"، صحَّ أن تقولَ "يعجبني ما تقولُ الحقَّ الآن
jika kamu bermaksud madhi atau istiqbal maka taqdirnya adalah dengan أن dan jika kamu bermaksud hal (sekarang) maka taqdirnya dengan ما.
Oleh karena itu mashdar muakkad, mashdar yang menjelaskan macam, mushoggor dan yang tidak datang untuk kejadian itu tidak beramal. Tidak bisa dikatakan sebagai berikut :
علَّمتُهُ تعليماً المسألة dengan pertimbangan bahwa المسألة mashub oleh تعليما , tapi manshubnya itu dengan علّمت tidak bisa dikatakan ضربتُ ضربةً وضربتينِ اللصَّ dengan pertimbangan bahwa اللص itu manshub oleh ضربة و ضربتين , tapi manshubnya oleh ضربت tidak bisa dikatakan "يُعجبني ضُرَيْبكَ اللصَّ"، ولا "لسعيدٍ صَوْتٌ صوْتَ حَمامٍ
Tidak boleh ma'mul mendahului mashdarnya kecuali jika mashdar itu pengganti dari fi'ilnya yang menggantikannya, seperti : عملَكَ إتقاناً atau ma'mulnya itu dzhorof atau jar majrur, seperti : فلمّا بلغَ معهُ السَّعيَ، وقولهِ ولا تأخذكم به رأفةٌ

2. Amal Isim Fa'il
3. Amal Isim Maf'ul
4. Amal Sifat Musyabahat
5. Amal Isim Tafdhil
C. Jumlah dan macam-macamnya
1. Pengertian Jumlah
Jumlah adalah ungkapan yang tersusun dari musnad dan musnad ilaih. Jumlah dan murokkab isnadi itu adalah sama. Contoh : جاءَ الحقُّ، وزهقَ الباطلُ، إنَّ الباطلَ كانَ زَهوقاً. Yang kita namai jumlah atau murokkab isnadi itu tidak disyaratkan memberi faidah makna yang sempurna yang cukup oleh ia sendiri. Tidak dseperti yang disyaratkan pada kalam. Murokkab isnadi itu terkadang faidahnya itu tam seperti : قد أفلحَ المؤمنون maka ia juga dinmaia kalam. Terkadang murokkab isnadi atau jumlah itu faidahnya naqish, seperti : مهما تفعلْ من خير أَو شرٍّ maka ia tidak dinamai kalam. Jumlah atau murokkan isnadi jika jawab syaratnya disebut seperti مهما تفعلْ من خير أَو شرٍّ تُلاقهِ maka ia bisa dinamai kalam, karena faidah yang dihasilkannya itu sempurna.
2. Klasifikasi Jumlah
Jumlah itu ada empat macam, yaitu : fi'liyyah, ismiyyah, jumlah yang memiliki mahal (posisi) i'rob dan jumlah yang tidak memiliki mahal i'rob.
a. Jumlah Fi'liyyah
Jumlah fi'liyyah yaitu jumlah yang tersusun dari fi'il dan fa'il, seperti : سبقَ السيفُ العذَلَ. Atau fi'il dan naibul fa'il, seperti : ينصر المظلوم atau fi'il naqish, isim dan khobarnya, seperti : يكون المجتهد سعيدا.
b. Jumlah Isimiyyah
Jumlah ismiyyah yaitu jumlah yang tersusun dari mubtada dan khobar, seperti الحقّ منصور atau yang asalnya mubtada dan khobar, seperti : إن الباطل مخذول – لا ريب فيه – ما أحد مسافرا – لا رجل قائما – إن أحد خيرا من أحد إلا بالعافية – لات حين مناص
c. Jumlah yang Memiliki Mahal (kedudukan) i'rob
Jumlah, jika sah dita'wil mufro maka ia memiliki kedudukan i'rob berupa rofa', nashab atau jar. Seperti mufrod yang dita'wil. I'rob jumlah itu seperti i'rob mufrod. Jika engkau menta'wil mufrod marfu' maka kedudukannya adalah rofa', seperti : خالد يعمل الخير karena ta'wilnya adalah خالد عامل للخير. Jika kamu menta'wil mufrod manshub maka kedudukannya adalah nashab. Contoh : كان خالد يعمل الخير karena ta'wilnya adalah كان خالد عاملا للخيرز. Jika kamu menta'wil mufrod majrur, maka kedudukan ia jar. Contoh : مررت برجل يعمل الخير karena ta'wilnya adalah مررت برجل عامل للخير
Jika jumlah tersebut tidak sah dita'wil mufrod, karena ia tidak menempati kedudukannya maka ia tidak memiliki kedudukan, seperti : جاء الذي كتب karena ia tidak bisa dita'wil جاء الذي كاتب. Jumlah yang memiliki kedudukan I'rob itu ada tujuh tempat, yaitu sebagai berikut :
Ø Jumlah itu sebagai khobar. Kedudukannya dalam I'rob adalah rofa', jika ia khobar mubtada, atau khobar huruf-huruf yang serupa dengan fi'il atau لا nafiyah lil jinsi. Contoh : العلم يرفع قدر صاحبه – إن الفضيلة تحب – لا كسول سيرته ممدوحة, nashab jika jumlah tersebut khobar bagi fi'il naqish, seperti firman Allah : أَنفسَهم كانوا يظلمون}، وقولهِ {فذبحوها وما كادوا يفعلون
Ø Jumlah tersebut sebagai hal. Kedudukannya adalah nashab. Contoh : جاءُوا أَباهم عشاءً يَبكون
Ø Jumlah tersebut sebagai maf'ul bih. Kedudukannya nashab juga, seperti firman Allah: قالَ إني عبدُ الله- أَظنُّ الأمةَ تجتمعُ بعدَ التفرُّق
Ø Jumlah tersebut sebagai mudhof ilaih. Kedudukannya adalah jar, seperti firman Allah: هذا يومُ ينفعُ الصادقينَ صدقُهم
Ø Jumlah tersebut sebagai jawab syarat jazm jika disertai fa atau إذا fijaiyyah. Kedudukannya adalah jazm, seprti firman Allah : ومن يُضللِ اللهُ فما لهُ من هادٍ}، وقولهِ {وإن تصِبهم سيِّئةٌ بما قدَّمت أَيديهم إذا همْ يَقنَطون
Ø Jumlah tersebut sebagai sifat. Kedudukan I'robnya tergantung kepada maushuf. Ada yang rofa' seperti firman Allah : وجاءَ من أَقصى المدينةِ رجلٌ يسعى ada yang nashab, seperti : لا تحترمْ رجلاً يَخونُ بلادَهُ dan ada yang jar, seperti : سَقياً لرجلٍ يَخدمُ أُمتَهُ
Ø Sebagai tabi' (pengikut) kepada jumlah yang memiliki kedudukan I'rob. Kedudukannya itu bergantung kepada matbu'. Ada yang rofa', seperti : عليٌّ يقرأ ويكتبُ, ada yang nashab seperti كانت الشمسُ تبدو وتخفى dan ada yang jar, seperti : لا تعبأ برجلٍ لا خيرَ فيهِ لنفسهِ وأمتهِ، لا خيرَ فيه لنفسهِ وأمتهِ
d. Jumlah yang tidak Memiliki Mahal I'rob
Jumlah yang tidak memiliki kedudukan i'rob itu ada sembilan tempat, yaitu :
Ø Ibtidaiyyah, yaitu yang menjadi pembuka kalam, seperti firman Allah : إنا أعطيناك الكوثرَ}، وقولهِ {اللهُ نور السَّمواتِ والأرض
Ø Isti'nafiyyah, yaitu yang berada pada pertengahan kalam, yang terputus dari yang sebelumnya karena untuk memulai kalam yang baru, seperti : firman Allah : خلق السَّمواتِ والأرضَ بالحقِّ، تعالى عمَّا يُشركونَterkadang disertai fa atau wau isti'naf. Contoh yang memakai fa isti'naf firman Allah : فلمَّا آتاهما صالحاً جعلا لهُ شركاءَ فيما آتاهما، فتعالى اللهُ عمّا يُشركون contoh yang memakai wau isti'naf yaitu firman Allah : قالت ربِّ إني وضعتُها أُنثى، والله أعلمُ بما وضعتْ، وليس الذكر كالأنثى
Ø Ta'liliyyah, yaitu jumlah yang terdapat pada pertengahan kalam sebagai alasan bagi yang sebelumnya. Seperti firman Allah : وصلِّ عليهم، إنَّ صلاتَكَ سَكنٌ لهم terkadang disertai dengan fa ta'lil, contoh : تمسَّك بالفضيلةِ، فإنها زينةُ العُقلاءِ
Ø I'tirodhiyyah, yaitu jumlah yang meritangi antara dua perkara yang saling bersamaan untuk memberi faidah terhadap kalam sebagai penguatan, kebaikan dan keindahan. Seperti mubtada dan khobar, fi'il dan marfu'nya, fi'il dan manshubnya, syarat dan jawabnya, hal dan shohibul halnya, sifat dan masuhufnya, huruf jar dan muta'allaqnya, qosam dan jawabnya. Contoh-contohnya yaitu sebagai berikut :
· وَفِيَهِنَّ، وَ الأَيامُ يَعْثُرْنَ بِالْفَتَى * نَوادِبُ لا يَمْلَلْنَهُ، ونَوائحُ
· وَقَدْ أَدْرَكَتْني، وَالحَوادِثُ جَمَّةٌ * أَسِنَّةُ قَوْمٍ لا ضِعافٍ، وَلا عُزْل
· وَبُدِّلَتْ، وَالدَّهْرُ ذُو تَبَدُّلِ * هَيْفاً دَبُوراً بِالصَّبا، وَالشَّمْأَلِ
· فإن لم تفعلوا، ولن تفعلوا، فاتَّقُوا النارَ التي وَقُودُها الناسُ والحجارةُ
· سعيتُ، وربَّ الكعبةِ، مجتهداً
· وانَّهُ لَقَسمٌ، لو تعلمونَ عظيم
· اعتصِمْ، اصلحكَ اللهُ، بالفضيلة
· لَعَمْري، ومَا عَمْري عَلَيَّ بِهَيِّنٍ * لَقَدْ نَطَقَتْ بُطْلاً عَلَيَّ الأَقارِعُ
Ø Sebagai sillah maushul isim seperti قد أفلحَ من تَزَكَّى atau huruf seperti نخشى أن تُصيبنا دائرةٌyang dimaksud maushul harfi adalah huruf mashdari, ia dan setelahnya dita'wil menjadi mashadar. Hurufnya itu ada enam, yaitu أنْ وأنَّ وكيْ وما ولوْ وهمزة التسوية pembahasannya sudah lalu pada pembagian fa'il dan huruf ma'ani
Ø Tafsiriyyah, seperti firman Allah : وأَسرُّوا النّجوَى}، {الذين ظلموا}، {هل هذا إلا بشرٌ مثلُكمْ}" وقولهِ {هل ادُلُّكم على تجارةٍ تُنجيكم من عذابٍ أليمٍ، تُؤمِنونَ بالله ورسوله tafsir itu ada tiga bagian, yaitu
· Kosong dari huruf tafsir, sebagaimana kamu lihat
· Disertai أي, seperti : أشرتُ إليه، أي أذهبْ
· Disertai أن, seperti : كتبتُ إليهِ أن وافِنا"، ومنه قولهُ تعالى {فأوحينا إليه أن اصنَعِ الفُلكَ
Ø Sebagai jawab qosam, seperti firman Allah : والقرآنِ الحكيمِ انّكَ لَمِنَ المُرْسَلين}، وقولهِ {تاللهِ لأكيدَنَّ أصنامَكم
Ø Sebagai jawab syarat yang tidak menjazmkan, seperti إذا – لو – لولا, seperti firman Allah : إذا جاءَ نصرُ اللهِ والفتحُ، ورأيتَ الناسَ يَدخلون في دينِ اللهِ أفواجاً، فسَبِّحْ بِحَمْدِ ربك}، وقوله {لو أنزلنا هذا القرآن على جبلٍ، لَرأَيتهُ خاشعاً مُتصدِّعاً من خشيةِ اللهِ} وقولهِ {ولولا دَفعُ اللهِ الناسَ بعضَهم ببعضٍ، لَفَسدتِ الأرضُ
Ø Tabi' (mengikuti) jumlah yang tidak memiliki kedudukan i'rob. Contoh : إذا نَهضَتِ الأمةُ، بَلغت من المجد الغايةَ، وادركت من السُّؤْدَدِ النهايةَ