Laman


Design awesome banner
 ads like this one FREE at AdDesigner.com

Kamis, 06 Januari 2011

Palestina vs Israel menurut Al-Quran Bag 1



Pengertian Israil
Pada mulanya Israil adalah sebutan atau gelar bagi Nabi Ya’qub as. Di dalam Alquran disebutkan:
كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: “(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar.” Q.s. Ali Imran: 93
Dalam hadis riwayat Ahmad (al-Munad 1:273 dan 278) Abu Dawud ath-Thayalisi (Musnad at-Thayalisi 1:356), Ibnu Sa’ad (at-Thabaqatul Kubra 1:175) diterangkan bahwa Rasulullah saw. bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Apakah kalian mengetahui bahwa Isra’il adalah Ya’qub?” Mereka menjawab, “Allahumma, ya”. Maka Rasulullah saw. Bersabda, “Ya Allah saksikanlah!”
Ya’qub diberkati banyak anak, antara lain, Lawe (berketurunan Musa, Harun, Ilyas dan Ilyasa), Yahuza (berketurunan Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa), Yusuf dan Benyamin (berketurunan Yunus). Anak dan turunannya itu kemudian dikenal dengan sebutan Bani Israil (Putra keturunan Nabi Ya’qub). Lihat silsilah lengkapnya pada lampiran diagram.
Adapun perkembangan Israel menjadi nama negara akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.
Pengertian Palestina
Pada awalnya Palestina disebut negeri Kan’an, karena negeri itu telah ditempati oleh suku-suku Kan’an (turunan Kan’an bin Ham bin Nuh as) sejak 2500 SM. Mereka telah membangun kota-kota dan istana-istana. Tempat-tempat peribadatan yang dihiasi dengan berhala-berhala didirikan untuk menyembah alam, terutama Tuhan badai yang menciptakan manusia. Rumah-rumah mereka juga dibangun dengan bentuk yang indah dan unik. Dalam Alquran mereka disebut kaum Jabbarin (lihat, al-Maidah:22) karena gagah perkasa. Kan’an pada awalnya terhitung sebuah desa dalam kawasan negeri Syam. Negeri ini kemudian menjadi tempat turunnya sebagian nabi Allah swt. yang menyerukan umat manusia untuk mengesakan-Nya. Di antara mereka adalah Ibrahim AS. Sebagai nenek moyang bangsa Arab dan Israil.
Adapun Palestina mengandung arti negeri orang-orang Filistin (turunan Filistin bin Sam bin Irm bin Sam bin Nuh). Dalam Alkitab (Injil), Palestina disebut juga tanah Israel, tanah Tuhan, tanah suci, dan bangsa Ibrani. Negeri ini mempunyai sejarah yang panjang bagi agama-agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Batas-batas sekarang: di barat Laut Tengah, di timur Sungai Yordan dan Laut Mati, di utara Gunung Herman pada perbatasan Suriah-Libanon, dan di selatan Semenanjung Sinai. Letaknya di antara Mesir dan Asia Barat Daya menjadikannya pusat sengketa berbagai bangsa. Di dalamnya terdapat kota Yerusalem dengan segala sebutan, yakni Ursalem, Yepus, Kota Daud, Yudes, Ary’il, Aelia Capitolina (pada masa ini timbul sebutan Palestina untuk kawasan kota ini dan berbagai kota di sekitarnya), Baitulmakdis (Bait al-Maqdis) atau al-Quds asy-Syarif (suci dan mulia), dan sekarang pemerintah Israel menyebutnya Ursalem al-Quds (Yerusalem yang suci).
Sejarah Konflik Palestina

A.Fase Ibrahim As & Ishaq
Singkat cerita, ketika langkah dakwah Nabi Ibrahim dibatasi oleh Raja Namrud, Ibrahim meninggalkan tanah airnya, Babylonia (bagian selatan Mesopotamia, sekarang Irak) menuju Harran, suatu daerah di Jazirah. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah bintang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Ibrahim as. Ibrahim yang waktu itu telah menikah dengan Sarah kemudian hijrah ke negeri Syam, termasuk di dalamnya Kan’an (Palestina), ditemani oleh Sarah dan Luth (anak saudaranya), pada tahun 2000 SM. Kisah hijrah ini diceritakan dalam Alquran surah Al-Anbiya:71
Karena tanah di negeri itu tandus, kemudian ia hijrah ke Mesir. Di tempat terakhir ini Nabi Ibrahim berniaga, bertani, dan berternak. Kemajuan usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Kan’an dengan membawa semua binatang ternak dan harta yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir. Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibrahim dan Sarah belum juga dikarunia anak. Untuk memperoleh keturunan, Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi Hajar, dayang/pembantu mereka yang diterimanya sebagai hadiah dari Raja Namrud. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail.
Dengan kelahiran bayi Ismail, Sarah berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Hajar dengan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari Allah, Ibrahim memenuhi kehendak istrinya itu. Ia kemudian memindahkan Hajar dengan bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuah bangunan suci yang kemudian dikenal sebagi Ka’bah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat yang kering itu karena harus kembali ke Kan’an untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan itu tidak henti-hentinya Ibrahim memanjatkan doa memohon keselamatan dan putra yang ditinggalkannya. Kisah ini diterangkan secara lengkap dalam hadis riwayat al-Bukhari, dan sepenggal kisahnya diungkap dalam Alquran antara lain surat Ibrahim ayat 37, ketika itu Nabi Ibrahim berdoa:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Adapun tentang kelahiran dan kehidupan Nabi Ishaq Alquran tidak banyak memuat kisahnya kecuali dalam beberapa ayat, di antaranya surah Hud ayat 71
وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ
Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub.
Menurut beberapa riwayat, Ishaq dilahirkan di Kan’an (Palestina) ketika usia Sarah 90 tahun. Jarak kelahiran Ishaq dari Ismail sekitar 30 tahun (Lihat, al-Bad-u wat Tarikh, I:143)
Keterangan:
Nabi Ibrahim wafat dalam usia 175 tahun dan dimakamkan dikota al-Khalil (Hebron) di Palestina. Sewaktu Ibrahim as wafat ia meninggalkan putranya yang pertama (Ismail) di Hedzjaz dan putranya yang kedua (Ishaq) di Kan’an (Palestina). Ismail merupakan bapak bagi sejumlah besar suku bangsa Arab. Ia wafat pada usia 137 tahun, sedangkan Ishaq merupakan bapak bagi sejumlah besar suku bangsa Israil. Ia wafat pada usia 160/180 tahun.
Bagaimana kondisi Kan’an (Palestina) pasca Ibrahim dan Ishaq? Apakah waktu itu sudah terjadi konflik antar suku? Alquran tidak banyak membicarakannya, selain sifat-sifat umum keturunan Ibrahim dan Ishaq sebagaimana tercantum dalam surah Ash-Shaffaat ayat 113 sebagai berikut :
وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ
Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada {pula} yang zalim terhadap dirinya dengan nyata.”
B.Fase Ya’qub & Yusuf
Ishaq as mempunyai dua anak yakni Isu dan Ya’qub as. Karena perlakuan istimewa dari ayahnya, saudaranya merasa iri terhadapnya. Melihat kenyataan itu, ayahnya menasehatkan agar Ya’qub hijrah dari Kan’an (Palestina) ke negeri Faddan Aram, di sekitar Irak. Di sana telah bermukim seorang pamannya bernama Laban bin Batwil. Kemudian Nabi Ya’qub menikah dengan dua putri Laban. Dari kedua istrinya tersebut ia dikaruniai 12 orang anak, yaitu: Raubin, Syam’un, Lawi/Lawe, Yahuza (asal kata “Yahudi”), Yassakir, Zabulun, Yusuf as, Benyamin, Fad, Asyir, dan Naftah. Dari 12 putranya inilah kemudian keturunannya berkembang. Dalam waktu yang tidak terlalu lama orang-orang Israil sudah menjadi satu suku besar dan berpengaruh, mengembara ke berbagai daerah, dan akhirnya, melalui pantai timur Laut Tengah, mereka sampai ke Mesir, kemudian kembali ke Utara memasuki daerah Palestina.
Kedatangan Bani Israil ke Mesir didahului oleh kedatangan Yusuf as, salah seorang Bani Israil (generasi I), karena “nasib”. Diceritakan dalam Alquran, ia dibuang oleh saudara-saudaranya, kecuali Benyamin, ke dalam sumur tua (QS. Yusuf:10) karena mereka iri melihat kasih sayang orang tua yang berlebihan kepadanya. Lalu saudara-saudaranya menyampaikan berita kepada ayah mereka bahwa Yusuf as telah dimakan serigala. Dia kemudian ditemukan kafilah lalu dibawa ke Mesir dan akhirnya diambil oleh Fir’aun menjadi orang kepercayaannya.
Pada masa selanjutnya, Ya’qub as bersama Bani Israil pindah ke Mesir karena bahaya kelaparan menimpa tempat pemukiman mereka di Kan’an. Ketika itu, Yusuf telah menjadi penguasa Mesir. Pertemuan mereka dengan Yusuf as dikisahkan dalam surah Yusuf ayat 58 hingga 101.
Di Mesir inilah kelak keturunan Ya’qub atau Israil berkembang biak melalui anak-anak yang berjumlah 12 tersebut, sehingga terbentuk menjadi 12 suku Bani Israil.
Selama 100 tahun pertama di Mesir (semasa Nabi Yusuf), Bani Israil hidup dalam suasana aman dan makmur, namun setelah itu mereka hidup dalam kehinaan, sebagaimana akan diuraikan selanjutnya
Keterangan:
Nabi Ya’qub beserta Bani Israil tinggal di Mesir selama 17 tahun dan ia wafat di sana pada usia 147 tahun dan dimakamkan dikota al-Khalil (Hebron) di Palestina. Sedangkan Yusuf wafat setelah Nabi Ya’qub, pada usia 120 tahun (Lihat, Tarikh ar-Rusul wal Muluk, I:140). Sebelum wafat, Nabi Ya’qub telah berwasiat kepada Bani Israil, sebagaimana wasiat Nabi Ibrahim:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (132) أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (133)
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. Q.s. Al-Baqarah:132-133
Bagaimana kondisi Kan’an (Palestina) ketika Ya’qub, Yusuf, dan Bani Israil di Mesir. Demikian pula pasca Ya’qub dan Yusuf wafat? Apakah waktu itu sudah terjadi konflik antar suku? Alquran tidak banyak membicarakannya. Alquran hanya menyatakan:
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (134)
Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. Q.s. Al-Baqarah:134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar